Cahaya pagi yang cerah menerpa wajah tirus seorang pria. Membuat matanya mengerjap.
"Ohayou, Papa!" Ucap gadis yang telah membuka korden dikamar sang pria.
"Hmm..." Pria itu hanya berdehem dan membalikan badannya membelakangi cahaya.
"Okiteeeeeee yo, Papa!" Gadis itu menarik selimut pria tersebut.
(Papa ayo bangun!)"Lima menit lagi, [Name]." Ucap pria itu dengan suara seraknya.
Deg!
Apa ini? Kenapa wajah sang gadis memerah?
"Mouu ii." Ucap gadis itu —[Name].
(terserahlah)[Name] ingin berjalan keluar dari kamar sang Papa, namun tangannya ditarik oleh Papanya.
"Papa?"
Papanya —Nanami segera menarik [Name] yang membuat [Name] terjatuh keatas kasur Nanami.
"Eee---"
Nanami segera memeluk [Name].
"Chotto Papa?"
"Hmm?"
Jantung [Name] berdetak cepat, kenapa Papanya tiba-tiba melakukan ini?
"To-tolong lepaskan." Pintamu.
"Nande?" Nanami berbicara tepat ditelingamu.
Hampir saja copot jantungmu.
Ingat [Name] dia adalah Papamu, batinmu.
"Etto... ra-rasanya aneh kalau seperti ini."
"Aneh? Bukannya kita sering seperti ini dulu?"
"Itu kan waktu aku masih kecil..."
"Memang kalau sekarang kenapa?"
"Aku sudah besar, malu rasanya jika seperti ini."
Nanami malah memperet pelukannya, punggungmu makin menempel dengan dada Nanami. Hangat.
"Kenapa malu? Bukannya ini yang selama ini kamu inginkan?"
"I-iya, tapi tidak yang seperti ini!" Kamu mencoba melepaskan pelukan Nanami.
"Hm? Ja, seperti ini?" Nanami membalikan tubuh [Name] agar menghadapnya.
Mata mereka bertemu, jarak wajah mereka kurang dari 20cm. Sangat dekat.
Nanami dengan tatapan bangun tidurnya menatap [Name] yang masih kaget dengan apa yang baru Papanya lakukan.
"Ini yang kamu mau?" Tanya Nanami yang membuat [Name] kembali sadar.
"B-bu-bukan!"
"Hah terus?"
"Papa tolong lepaskan..."
"Tidak mau."
"Ini salah, tidak seharusnya seorang ayah memeluk anaknya yang sudah besar seperti ini, ditambah hanya mengenakan celana tidur." [Name] tidak bisa menahan wajahnya yang semakin memerah karena melihat pemandangan yang cukup panas didepannya.
"Eeee~ ya karena kamu sudah besar, aku sudah tidak menganggapmu sebagai anakku lagi." Ucap Nanami.
"Apa maksud perkataan itu? Lalu aku benar-benar tidak dianggap anak? Apa karena Papa sudah lama kehilangan ingatan dan baru beberapa tahun ini mengingatku lagi? Apa Papa terbiasa dengan tidak memiliki anak?" Kamu menyerbu Papamu dengan banyak pertanyaan.
"Bukan seperti itu. Sekarang aku hanya menganggapmu sebagai seorang wanita. Kau tahu mengapa aku tidak menikah? Ya karena dirimu yang semakin besar dan tumbuh menjadi seperti wanita idamanku, ah bahkan aku sampai tidak tertarik lagi dengan wanita lain." Jelas Nanami.
Kamu terkejut, tidak bisa berkata-kata. Apa yang baru saja Nanami katakan? Jantungmu sangat berdebar, entah mengapa kamu malah merasakan kupu-kupu bertebangan diperutmu.
"[Name]?"
Kamu masih terdiam.
"Hei kenapa diam?"
Tetap diam.
"Kamu marah?" Nanami mengelus pipimu lembut.
Tanganmu dengan refleks menepis tangan Nanami.
"Ah gomen." Nanami segera menjauhkan dirinya dan mengambil posisi duduk.
Dirimu berkutit dengan pikiranmu, memikirkan tentang apa yang Papamu katakan.
Ini salah, tidak seharusnya Papa seperti ini. Aku tahu kami tidak memilik hubungan darah, tapi rasanya aneh kalau Papa ternyata menyukai diriku. Dan tadi mengapa jatungku berdebar dan merasakan kupu-kupu bertebangan diperutku, ah tidak, tidak mungkin aku juga menyukai Papa! Tidak aku tidak boleh menyukai Papaku sendiri!
Dirimu pun bangun dan duduk dipinggiran kasur membelakangi Nanami.
"Aku merasa ini tidak benar, aku tahu kalau Papa dan diriku memang tidak hubungan darah. Tapi... aku tidak mau Papa menyukaiku." Ucap [Name].
"Gomen.."
"Aku hanya ingin kita hidup seperti keluarga, ayah dan anak, bukan seperti ini yang aku inginkan."
"Maaf tapi aku tidak bisa menahan rasa ini.." Ucap Nanami.
"Yappari suki desu. Kimi no koto ga, suki desu." Nanami menarik [Name] lagi dan segera menci----
(memang benar aku suka. Aku suka denganmu.)KRINGG!!! KRINGGG!!! KRINGGGG!!!
"AAAA TIDAK!!!" [Name] terbangun dari mimpinya karena alarmnya.
"Sial! Apa yang baru saja aku mimpikan?! Tidak mungkin Papa menyukaiku!"
"Nanda yo? Pagi-pagi sudah berisik." Suara serak mengintrupsimu.
"Na-NANDE PAPA KOKO NI?!!" Teriakmu refleks.
(Kenapa Papa disini?!!)"Heh? Papa? Kita sudah suami istri loh." Ucap Nanami.
"HAHHHHH?!!!! AAAAAA USOOO!!!!!!!"
.
.
.Halo gaissss, bagaimana kalau itu benar terjadi?
.
btw i'm so sorry, jadwalku ternyata makin padat, aku kira bakal banyak waktu luang, ternyata tidak huhuhu.
.
Maaf banget baru update, karena baru ada waktu luang:(
.
Jadi Al mau rubah jadwal update jadi seminggu sekali atau tetap seminggu 2 kali tapi satu chapter gak bakal 1000 kata+, mungkin hanya 500-700 kata. Kalian maunya kaya gimana? Komen please agar cerita ini tetap bisa lanjut huhuhu
.
Jangan lupa untuk tinggalkan jejak!:D›next?
KAMU SEDANG MEMBACA
Past Time to Future [NANAMI KENTO X READER]
Fanfiction"Papa?" Ucap gadis penjaga kasir disebuah toko roti setelah melihat seorang pria berjas didepannya. "Ha'i? Sumimasen?" Ucap pria itu sambil memiringkan kepalanya sedikit. "Iie... Iie... Gomennasai." Gadis itu menggelengkan kepalanya cepat dan sediki...