Sembilan

1.1K 70 0
                                    

Yono memberanikan diri naik ke lantai atas sambil berdoa tidak ada adegan dewasa yang akan ia lihat. Yono bernafas lega saat melihat pintu kamar Dhani tertutup sedang Dhani tertidur di sofa.

"Kang, maaf." Yono menepuk lengan Dhani pelan.

"Ehh Pak Yono. Ada apa pak?"

"Barusan Neng Riri telepon. Ibunya akang masuk rumah sakit."

"Hah?!' Dhani langsung bangkit dan bergegas ke rumah sakit. Saat sadar Cinta belum bangun, ia titip pesan pada Yono untuk membelikan bubur ayam terenak untuk Cinta.

Di rumah sakit Riri tampak menangis. Bram tampak sedang mengatur emosi. Sedang Resti terbaring lemah. Dhani masuk dengan dahi berkerut.

"Kenapa Aa nggak bilang?"

"Nggak bilang apa, Bu?"

"Aa dan Riri ada hubungan. Coba aja ada bilang, ibu nggak mungkin ambil keputusan ini. Aa juga bisa tanggung jawab, nggak bikin dosa."

"Maksud ibu?"

"Ibu udah tahu semuanya. Ibu juga tahu sampai sejauh mana hubungan kalian dulu." Isak tangis mulai terdengar. Dhani menelan saliva, sadar akan sesuatu. "Pak, gimana ini?" Resti mengguncang lengan Bram.

"Kita nikahkan saja mereka. Bapak pernah baca kalau saudara sambung masih bisa menikah."

"Maaf Bu, Pak. Saya juga nggak bisa nikah sama Riri. Saya akui saya salah, saya pernah ada hubungan dengan Riri tapi tidak terbuka pada ibu juga bapak. Tapi saya pastikan saya dan Riri tidak melakukan apa-apa."

"Tidak melakukan apa-apa bagaimana? Ibu lihat sendiri video kalian lagi bercumbu, apa belum cukup? Apa mata ibu salah? Aa mau berdalih apa lagi, siapa yang ajari Aa jadi gini? Ibu malu, A. Malu."

Dhani menunduk lemas. Riri menangis. Emosi Bram campur aduk.

***

"Neng Cinta. Sarapannya bapak simpan di meja ya." Yono mengetuk pintu lalu berujar seperti itu. Cinta bangun, ia mengernyitkan kening. Lalu segera beranjak membuka pintu.

"Kang Dhani kemana?"

"Ke rumah sakit, ibunya masuk rumah sakit."

"Sakit apa?"

"Bapak kurang tahu, Neng."

"Ohh iya itu ya, Neng, buburnya. Tadi Kang Dhani pesen saya disuruh belikan bubur ayam buat Neng Cinta."

"Makasih, Pak. Oya yang lain udah datang?"

"Belum, Neng."

Selesai sarapan, Cinta pamit pada Yono untuk pulang. Setelah sebelumnya kirim chat di grup WhatsApp SPP.

Cinta : Mohon izin hari ini aku nggak kerja dulu ya. Terima kasih sebelumnya.

Lucky : Iya istirahat aja, Cin. Cepet sembuh cinta.

Erick : Get well soon cinta, Miss You

***

Setelah sehari bolos kerja, hari ini Cinta kembali ke kantor. Ia ceria namun suasana kantor mendadak suram. Tapi ia maklum info terakhir sebelum ia bolos kemarin ibunya Dhani masuk rumah sakit, siapa tahu penyakitnya serius hingga mempengaruhi suasana kantor.

"Ta, ada calon klien. Kang Dhani kayaknya lagi nggak bisa presentasi. Kamu bisa gantiin?"

"Wedding?

"Iya konsepnya mah udah ada tinggal dipresentasikan ke calon klien."

"Oke. Emang Kang Dhaninya kemana? Ke rumah sakit?"

"Ada di atas dikamarnya. Lagi banyak pikiran kayaknya. Tuh kata Pak Yono sarapannya belum di sentuh sama sekali."

"Aku izin anterin sarapannya dulu boleh?"

"Boleh...boleh...boleh."

"Apa sih?"

"Emang apa? Aku cuma bilang boleh." Cinta mencibir. Ia pun langsung naik ke lantai atas

Tok...tok..tok...

"Kang..." Dhani menoleh ke arah pintu yang masih tertutup dan terkunci itu. "Kang sarapan dulu." tidak ada jawaban karena Dhani memang sedang enggan menjawab apapun semenjak kemarin. Cinta menghela nafas. "Kang, aku simpan nasi uduknya di meja sofa ya. Aku tinggal, kata Erick ada yang harus aku presentasikan ke calon klien soalnya." Masih hening. Cinta pun turun ke lantai dua dan memeriksa properti untuk presentasi.

Resti memaksa Bram dan Riri untuk ikut dirinya ke kantor Dhani. Resti ingin segera mendengar kesanggupan dari anaknya.

Cinta turun dari lantai dua untuk menyambut kliennya. Betapa terkejut Cinta

saat tahu yang datang itu Fahmi dan Mala, tunangannya. Cinta menelan saliva.

Berusaha profesional meski ia ingin lari sekencang dan sejauh mungkin dari sini dan saat ini juga. Ia mulai presentasi.

Dhani menelepon Erick bertanya apa benar ada jadwal meeting dengan calon klien.

"Iya, Kang. Ada."

"Siapa? Saya lupa.

"Itu Kang yang kemarin tunangan. Mala sama Fahmi." Dhani membulatkan mata.

"Presentasinya udah mulai?"

"Udah, Kang. Cinta yang presentasi."

Dhani tidak buang waktu ia segera mandi dan berpakaian rapi lalu turun ke lantai dua, tempat ruang meeting berada. Ia sampai bertepatan dengan selesainya presentasi Cinta. Fahmi dan Mala keluar ruangan bergandengan tangan sedang Cinta masih mematung di posisi semula. Dhani mendekat. Dhani pun meraih kepala Cinta dan menenggelamkannya dalam pelukan.

Di saat itulah Resti, Bram dan Riri datang. Resti segera melepaskan pelukan mereka.

"Aa kenapa jadi gini sih? Aa marah sama ibu, jangan kayak gini. Stop A, udah."

Cinta mengernyitkan kening. Terlebih Resti tampak histeris, Riri menunduk, Bram dengan aura yang sulit Cinta terjemahkan.

"Bu, ibu tenang. Aa nggak ngapa-ngapain sama siapapun. Sama Riri juga ataupun sama Cinta." Jelas Dhani yang membuat Cinta mengernyitkan kening.

"Kalian udah apa aja?" Tanya Resti pada Cinta. "Apa anak ibu ini sentuh kamu lebih dari pelukan seperti yang ibu lihat barusan? Jawab Cinta, Ibu mohon tolong kamu jujur." Cinta menggeleng, karena memang Dhani tidak pernah melakukan apapun terlebih berlaku kurang ajar. "Syukurlah, kalau gitu cuma Riri yang kamu gituin?! Tolong ibu, A. Nikahi Riri." Cinta membulatkan mata. Ia tidak bisa mencerna dengan baik ada apa sebenarnya. Tapi mendadak ada sesuatu yang sakit mendengar permintaan itu. Cinta undur diri.

"Ta...." Dhani menahan Cinta pergi dengan meraih jemarinya. Lalu menggenggamnya erat. "Bu, sumpah demi apapun Aa nggak berbuat mesum."

"Masih mau ngelak?"

"Oke Aa kelewatan tapi sampai ambil kehormatan Riri, Aa pastiin nggak. Ri, ngomong dong." Dhani mulai frustrasi. Cinta berusaha melepaskan genggaman tangan Dhani, namun sulit. Ia ingin segera berlari. Hari ini terasa berat untuk ia hadapi. Mulai dari presentasi tadi hingga pembicaraan keluarga yang ia tidak mengerti, satu yang ia tangkap. Dhani dituduh melakukan tindak asusila terhadap adiknya sendiri. Kepala Cinta pun mendadak pening.

"Bu, apa yang dibilang A Dhani itu benar. Aku sama A Dhani nggak sampai sejauh itu." Riri akhirnya buka suara saat melihat Dhani begitu khawatir pada Cinta. "Iya kami bercumbu tapi sebatas yang ibu liat di video. Nggak lebih. A Dhani belum ambil kehormatan Riri. Malah Riri yang minta pisah demi kalian. Riri pengen kalian hidup bahagia di sisa usia kalian." Lirih Riri berlinang air mata.

Dhani sama Riri... Kepala cinta semakin pening hingga akhirnya tubuh itu kembali ambruk. Dhani segera menangkap tubuh tersebut sebelum mengenai lantai lalu berusaha menyadarkannya. Setelah beberapa detik tanpa respon Dhani segera menggendongnya ke lantai atas, tepatnya ke kamarnya.

Melihat Cinta ambruk. Amarah Resti sedikit mereda, Bram sedikit panik. Sedang Riri, ia menelan saliva. Melihat Dhani-nya dulu, kini menjadi Dhani-nya Cinta.

Cinta Untuk DhaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang