CHAPTER II

14 3 1
                                    

     "Silahkan kumpulkan tugas kalian di meja saya!" suara Bu Ara mengisi seisi kelas, dan satu persatu mereka maju untuk mengumpulkan tugasnya.

     Nora berjalan dengan hati yang hancur, pikiran ke mana-mana, dan perasaannya yang benar-benar sakit.

     "Sudah terkumpul semua. Saya akan memberikan latihan soal untuk UTS 2 minggu lagi. Saya juga akan memeriksa tugas yang sudah kalian kerjakan, dan seperti biasa hukuman jika kalian memberikan contekan maupun mencontek tetap berlaku," Bu Ara berbicara ria sembari membagikan lembar latihan soal satu persatu kepada anak muridnya.

     Nora merasa takut jika ia dianggap sengaja memberikan contekan kepada Gilang, dan tidak hanya itu ia bisa tidak dipercaya oleh Bu Ara karena Nora tahu Bu Ara sangat senang dengannya sebagai murid yang berpotensi di kelasnya. Nora membuka lembar buku dan mulai mengerjakan latihan soal.

     "Norak, ssssst Norak. Gue minta jawaban pilihan ganda, dong" Ellen memanggil Nora dengan berbisik.

     Nora tidak ingin menambah masalah, ia pun sengaja tidak menggubris Ellen.

     "Yailah ni bocah, pura-pura budek Lu ya!" Ellen yang spontan emosi pun mulai meninggikan suaranya.

     "Ellena, siapa suruh kamu meminta jawaban?" teriak Bu Ara dari mejanya sambil menatap tajam ke arah Ellen.

     "Engga, Bu, saya cuma mau pinjem pensil," Ellen yang takut pun mencoba untuk membohongi Bu Ara.

     "Sudah salah masih mau bohong lagi, lari di lapangan sepuluh kali. Sekarang!" Bu Ara memerintah dengan suaranya yang tegas dan lantang.

     Mau tidak mau Ellen pun keluar kelas untuk melakukan hukumannya. Kelas pun kembali tenang, tidak ada yang berani membuat kegaduhan, suara, dan gerakan-gerakan yang akan mengganggu Bu Ara. Selama dua puluh menit kelas tetap tenang, namun suara Bu Ara memecah keheningan secara tiba-tiba.

     "Nora, Gilang, dan Dita kalian silahkan maju ke depan menghadap ibu!" kata Bu Ara.

     Mereka pun berdiri dan berjalan ke arah meja Bu Ara. Nora dan Gilang pun takut jika harus berhadapan dengan Bu Ara, terkecuali Dita karna dia tahu dia tidak akan mendapat hukuman yang berat dari Bu Ara.

    "Kenapa tugas kalian sama persis? Saya tidak perlu bertanya siapa yang memberikan contekan, sudah pasti Nora," mereka pun masih terdiam dengan perasaan takutnya masing-masing.

     "Gilang, Dita bisa jelaskan kenapa kalian mencontek Nora?" Bu Ara yang sangat marah meninggikan suaranya.

     Gilang dan Dita tetap menutup mulut mereka dan hal ini tambah membuat Bu Ara geram terhadap sikap mereka.

     "Karena kalian tidak menjawab, saya akan memberikan kalian konsekuensinya," kata Bu Ara.

     "Gilang bersihkan ruang BK, Dita bersihkan ruang kepala sekolah, dan Nora kamu beri pengingat untuk tidak mencontek di semua kelas 11 IPA tentang perilaku kamu. Saya berikan waktu dari sekarang sampai jam pelajaran selesai. Mengerti?" tanya Bu Ara.

     Mereka pun mengangguk dan mulai menjalankan hukuman masing-masing.

     Nora berjalan menuju gedung jurusan IPA. Untuk mencapai gedung IPA ia harus melewati lapangan sepak bola dengan jarak tempuh yang cukup jauh. Ia menaiki tangga menuju lantai 2 gedung tersebut untuk sampai di kelas 11 IPA. Ada 4 kelas 11 IPA yang harus ia masuki. Perasaan malu dan takut pun Nora rasakan sekarang, dan Ia memberanikan diri untuk masuk ke kelas pertama.

     Tok..tok..tok!

     Nora mengetuk pintu dan spontan murid di kelas itupun menengok ke arah Nora sebagai sumber suara.

A StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang