CHAPTER VII

1 1 0
                                    

     Nora terbangun dari tidurnya, badannya merasa lebih baik dari kemarin. Matahari pagi yang sudah menyapa lewat jendela kamarnya, suasana pagi yang sangat menenangkan. Ia mulai membereskan tempat tidurnya, dan menyiapkan keperluan sekolah yang belum sempat ia siapkan karena kemarin langsung tertidur. Lalu, berjalan keluar kamarnya untuk mengambil handuknya dan langsung pergi mandi. Selesainya mandi, Nora langsung membantu orang tuanya menyiapkan dagangan.

     "Kakak udah mau berangkat nya?" Tanya Otniel yang melihat kakanya keluar dari kamar.

     "30 menit lagi kakak berangkat, Otni. Ada apa?" Jawab Nora yang diikuti pertanyaan kepada adik terkecilnya itu.

     "Otni mau minum susu," jawab Otniel.

     "Nanti kalau mamangnya jualan, kakak beliin untuk Otniel sama yang lain," ujar Nora sambil tersenyum manis kepada Otniel.

     Nora berjalan ke arah dapur untuk mengambil termos nasi milik ibunya untuk dibawa ke depan rumah tempat orang tuanya berdagang.

     "Nora, udah tidak usah dibawain. Ibu bisa bawa sendiri kok," kata Ibu yang melihat Nora yang sedang menggontong termos nasi.

     "Ih Ibu mah, biasanya juga gini," ujar Nora.

     "Nanti kamu kecapekan trus sakit gimana? Keganggu nanti belajarnya," kata Ibu Nora.

     "Aku nggak selemah itu, Ibu," kata Nora.

     "Yaudah sana sarapan dulu," kata Ibu Nora sambil mendorong kecil Nora.

     "Siap, Ibu," kata Nora sambil berlalu meninggalkan ibunya didepan.

***

     "Enak sih, jadi perwakilan lomba cerdas cermat sama Faresta," kata Dita yang tiba-tiba menghampiri Nora yang sedang berjalan memasuki halaman sekolah.

     Seperti biasa, Dita datang bersama teman-temannya.

     "Bisa berduaan dong, ya," kata Ellena yang diikuti suara cekikikan dari Carla.

     "Biasa aja kok, cuma belajar biasa untuk lomba," ujar Nora sambil tersenyum tipis.

     "Halah sok professional, seneng aja kan lu," tambah Carla.

     Nora lelah jika harus menanggapi Dita dan teman-temannya yang terus merundungnya karena tidak akan ada habisnya. Lalu, Nora hanya berjalan mendahului mereka yang masih asik menertawainya.

     Sesampainya di kelas belajar, Nora melihat sudah ada Faresta yang sedang membaca buku-buku IPA nya. Ia terlihat sangat fokus sampai tidak menyadari kedatangan Nora.\

     "Siap nggak siap untuk lusa ya, Res," kata Nora dengan tiba-tiba kepada Faresta yang langsung menoleh ketika mendengar suara Nora.

     "Udah sehat?" Tanya Faresta.

     "Lebih baik dari kemarin sih," Jawab Nora,

     Lalu mereka memulai aktifitas belajar mereka ketika Bu Wati datangk ke kelas.

***

     Hari dimana lomba cerdas cermat diadakan. Nora sudah berkumpul di halaman sekolah bersama Faresta dan Bu Wati untuk menunggu mobil yang akan mengantar mereka ke tempat lomba.

     "Pelan-pelan aja nanti ngerjainnya, ya. Apapun hasilnya, yang penting sudah berusaha yang terbaik," kata Bu Wati.

     "Mau bagaimana pun kita harus menang, Bu," kata Faresta dengan mantap.\

     "Aku sih setuju sama Faresta, Bu," ujar Nora dengan mantap juga.

     "Yaudah maka dari itu kita semua harus berusaha penuh, itu mobil jemputan udah dating ayo siap-siap," kata Bu Wati.

     Sesampainya di tempat tujuan, Nora merasa takjub dengan banyaknya murid yang datang dari berbagai sekolah. Nyalinya langsung berkurang, tidak percaya diri dengan kemampuannya, rasa panik menyerang dirinya. Mereka tampak terlihat sangat unggul dibidangnya masing-masing, Nora merasa sangat tidak yakin bisa menang. Bu Wati dan Faresta menyadari gerak-gerik tidak nyaman dari Nora. Bu Wati langsung menyentuh pundak Nora untuk menenangkan. Faresta mengangguk mantap untuk meyakinkan Nora.

     Mereka menuruni mobil, dan berjalan menuju sebuah gedung besar yang diyakini gedung olahraga. Lomba cerdas cermat kali ini memang diadakan di sebuah gedung, dan sekolah-sekolah yang datang merupakan sekolah yang berasal dari daerah sekitar.

     "Yuk, masuk. Kita lengkapin data sekolah," ujar Bu Wati dan diikuti anggukan dari Nora dan Faresta.

     Nora dan Faresta mencari meja yang bertuliskan nama sekolah mereka, dan menduduki kursi yang tersedia. Terlihat Bu Wati yang duduk di kursi penonton sambil tersenyum senang untuk meningkatkan semangat murid-muridnya.

     "Siap, kan?" Tanya Faresta kepada Nora.

     "Harus siap demi sekolah, Res" Jawab Nora.

     Seorang pembawa acara maju kedepan dan bersiap untuk membuka acara lomba. Terlihat umurnya masih mau memasuki umur 40, tapi Nora tau kalau orangnya sangat ceria. Karena ia terlihat selalu tersenyum kepada semua orang yang ia temui.

     "Hello ,everyone! Wah udah pada semangat kayaknya ini," teriak pembawa acara dengan semangat.

     Para penonton bersorak dengan semangat. Nora merasa sangat senang ketika semua orang dengan bersemangat menyoraki si pembawa acara.

     "Perkenalkan saya Arif sebagai pembawa acara kali ini, lomba akan dibagi menjadi 2 ronde. Ronde pertama kalian akan diberi 80 soal, 40 soal IPA dan 40 soal IPS. 3 pemenang ronde pertama akan maju ke ronde kedua, dan ronde kedua akan diberlakukan lomba cermat tepat. Mengerti?" ujar Pak Arif sambil menjelaskan.

     "Mengerti," jawab semua peserta dengan semangat.

     "Oke, soal akan mulai dibagikan. Waktu diberikan 90 menit,"

     Soal pun dibagikan dan inilah waktunya bagi Nora dan Faresta untuk mengerahkan seluruh kemampuannya demi sekolah mereka dan tentu saja untuk nasib pendidikan Nora.

A StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang