Nora mulai mengerjakan 40 soal IPS, begitu juga dengan Faresta yang mengerjakan 40 soal IPA. Semua sudah tersedia dari kertas coret-coretan, kalkulator, dan alat pengukur lainnya. Soal-soal yang diberikan hampir 75% sama dengan yang ia pelajari sewaktu belajar di kelas.
Materi yang ada juga, semuanya sudah dipelajari lewat buku-buku yang dipinjamnya dari perpustakaan. Seketika suasana hatinya berubah sangat baik, dan ia sangat percaya diri untuk bisa mengerjakan. Semua soal dikerjakannya dengan cepat sesuai dengan jawaban yang ia ketahui. Walaupun ada beberapa soal yang membuatnya bingung, namun Nora tetap mengingat jawaban yang sesuai.
Nora menoleh untuk melihat Faresta yang sedang mencoret-coret kertasnya. Nora penasaran apakah Faresta kesulitan atau tidak dengan soal-soal yang diberikan, Nora pun berbisik.
"Gimana soalnya?" Tanya Nora dengan berbisik.
"Lumayan juga," Jawab Faresta sambil fokus kepada soal-soalnya.
"Setelah selesai ngerjain soal IPS, aku bantu, ya," kata Nora dan dibalas dengan anggukan Faresta.
Mereka mulai fokus lagi untuk mengerjakan. Nora sudah menjawab semua soal IPS nya dan dikoreksinya berulang-ulang, dikerjakannya ulang hingga waktu tersisa 30 menit lagi Nora mulai meletakkan kertas jawaban dan soalnya. Ia mulai membantu Faresta mengerjakan soal-soal IPA yang sekiranya ia bisa, menghitung ulang soal-soal yang sudah dijawab oleh Faresta.
"Udah semua, Res? Ada lagi nggak?" Tanya Nora ketika Ia sudah menghitung ulang jawaban-jawaban Faresta.
Takjubnya, semua hitungan Faresta tidak ada yang salah itu kenapa Faresta dianggap sangat pintar oleh semua orang karena terbukti adanya.
"Udah istirahat aja, Nor. 10 menit lagi kan habis, sisanya biar gue aja," jawab Faresta yang masih membaca jawaban-jawabannya.
Nora mengangguk setuju, Ia mulai meregangkan badannya yang pegal akibat terlalu lama duduk. Ia melihat Bu Wati yang dengan sabar menunggu dan mendukung mereka. Hingga waktu pun habis, dan soal-soal mulai dikumpulkan . Nora dan Faresta meninggalkan meja, dan pergi menemui Bu Wati. Mereka diberi waktu 1 jam untuk beristirahat sembari menunggu pengumuman.
"Kalian hebat! Gimana soalnya?" Tanya Bu Wati.
"Menantang sih, Bu. Kalau menurutku soal IPS rata-rata hampir sama kayak yang di buku perpustakaan," Jawab Nora.
"Wah, berarti Nora optimis lah, ya," kata Bu Wati senang.
"Kalau soal IPA gimana, Res?" Lanjut Bu Wati.
"Lumayan sulit, Bu. Awalnya ga percaya diri sama hasil hitungan, untung ada Nora yang bantu hitung ulang," kata Faresta memuji Nora.
"Kerja sama yang hebat, sekarang tinggal tunggu hasilnya. Apapun hasilnya pasti yang terbaik untuk kita," kata Bu Wati.
Mereka pun pergi ke tempat makan sekitar untuk mengisi perut yang pastinya sudah lapar sembari menunggu pengumuman. Semua sangat penasaran dengan hasilnya, hingga Nora sangat takut jika hasilnya tidak sesuai harapan. Bagaimana jika mereka gagal? Apa kata pihak sekolah dan murid yang lain jika mereka gagal? Apakah dia harus berhenti sekolah? Orang tuanya pasti sangat kecewa. Memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, rasa percaya diri Nora menurun. Hingga Bu Wati mendapat pesan dari panitia lomba.
"Kita berhasil masuk ronde 2," teriak Bu Wati dengan bersemangat.
Nora dan Faresta yang mendengar langsung mendatangi Bu Wati untuk melihat pesan yang dikirimkan oleh panitia lomba. Mereka ikut senang dan bersorak, Nora berpelukan dengan Bu Wati karena rasa bahagia yang mereka terima.
Hingga waktu tiba ronde 2 dimulai, sudah ada 3 meja untuk 3 sekolah yang lolos masuk ke ronde 2. Nora dan Faresta duduk sesuai dengan nama sekolah, dan lawannya dari 2 sekolah unggulan duduk juga di tempat mereka masing-masing.
"Harus bisa, kita pasti bisa," kata Faresta mantap.
"Apapun hasilnya, kita harus berusaha. Ini titik dimana kita harus berjuang lebih dan lebih," ujar Nora.
Pembawa acara pun memulai acara lomba cermat tepat dan memberikan peraturan-peraturan yang berlaku selama acara berlangsung. Sekiranya mereka sudah paham, lomba pun dimulai.
Soal demi soal diberikan, setiap sekolah unggulan menjawab dengan cepat dan tepat. Nora dan Faresta bergantian menjawab sesuai dengan pelajaran yang mereka kuasai, sekolah lawannya pun dibilang sangat jago untuk bisa dikalahkan. Skor yang tertera saat ini, hanya sekolah Nora dan satu sekolah lawannya yang tertinggi dan imbang.
Ini saatnya mereka diberikan 3 pertanyaan untuk merebutkan juara pertama, soal pertama berhasil dijawab oleh sekolah lawan. Soal kedua berhasil dijawab oleh Faresta, dan masing-masing skor imbang. Hingga soal terakhir diberikan, soal yang dikatakan cukup sulit. Kedua sekolah sama-sama sulit untuk menjawab.
"Res, aku tau jawabannya. Tapi kalau salah kita bakal kalah," kata Nora dengan tidak yakin.
"Percaya diri aja ,Nor. Apapun hasilnya, itu yang terbaik untuk kita," kata Faresta meyakini Nora.
Nora pun pada akhirnya menekan tombol, seketika seisi ruangan hening menunggu jawaban Nora. Dengan keheningan yang dibuatnya, Nora akhirnya menjawab jawaban soal terakhir. Hingga..
"BENAR! SELAMAT UNTUK SEKOLAH YANG MEMENANGKAN JUARA PERTAMA," Teriak Pak Arif histeris yang diikuti sorak sorai dari penonton.
Nora dan Faresta tidak percaya, mereka memenangkan lomba yang mereka awalnya tidak yakin bisa menang. Bu Wati berlari sambil memeluk muridnya satu-satu. Ini lah akhir cerita perjalanan Nora, Ia dapat melanjutkan sekolah dan mendapat beasiswa masuk perguruan tinggi karena memenangkan lomba cerdas cermat.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Struggle
Fiksi RemajaNora anak SMA kelas 11 dengan hidup serba kekurangan seperti orang tuanya hanya penjual nasi uduk dengan penghasilan sedikit, selalu dibully di sekolahnya, tidak memiliki teman, dan perekonomian keluarga yang sulit. Hanya memiliki kepintaran dan cit...