Hidup itu indah apalagi bisa membantu orang-orang sekitar. Hidup akan lebih berkmakna ketika kita bisa menebarkan kebaikan kepada orang lain.
Seorang remaja perempuan menutup buku hariannya tempat dia berkeluh kesah. Ia membereskan buku-buku, alat tulis, dan tas yang berserakan di mana-mana. Seluruh barang yang menurutnya mengotori kamarnya akan segera ia bereskan. Ketika ia rasa kamar kecilnya sudah rapih dan tertata dengan baik, ia pergi ke tempat tidur dan terlelap dalam mimpi indah.
***
"Nora, tolong ambilkan Ibu nasi tambahan di belakang, Nak" teriak Bu Sulis, Ibu Nora, dari depan rumah.
Nora berlari ke belakang sambil merapikan rambut cokelatnya. Ia membopong termos nasi yang sudah usang milik ibunya.
"Kak Nor, mau Otni bantuin nggak?" tanya Otni dengan wajah polos nan menggemaskan.
Otniel merupakan adik Nora yang paling kecil, Ia memiliki rasa peduli yang tinggi diantara saudara-saudara Nora yang lainnya.
"Nggak usah Otni. Otni mau susu? Nanti kakak beliin" tanya Nora.
"Otni mau dong, Kakak," jawab Otniel.
Nora mengacak-acak rambut Otniel dan segera memberikan termos nasi kepada ibu nya.
Setelah Nora membantu ibu nya berdagang, ia segera mempersiapkan keperluan sekolahnya dan bersiap berangkat ke sekolah.
"Ibu, Ayah, Nora berangkat ke sekolah yaa," pamit Nora kepada orang tuanya yang sedang membungkus pesanan nasi uduk pembeli.
"Hati-hati ya Nak, sekolah yang pinter," jawab Bu Sulis melambaikan tangannya setelah Nora mulai beranjak pergi dari halaman rumah mereka.
Nora berjalan menuju halte bus dengan tenang. Ia menikmati udara pagi yang cerah dan bersenandung dengan pelan lagu favoritnya Gangga-Blue Jeans. Ia menikmati setiap suara di lingkungan sekitarnya. Sangat menyenangkan baginya saat bisa melihat interaksi orang-orang yang ia temui. Para pedagang yang senang karena mendapat pembeli, para pejalan kaki dengan seragam berbeda dari segala tingkatan, dan suasana parkiran dengan suara klaksonnya.
"Mau berangkat sekolah, Neng?" tanya penjual susu keliling langganannya yang sedang duduk sambil menunggu pelanggan, namanya Pak Usman.
"Iya ni Pak. O iya Pak Usman nanti jam pulang sekolah mampir ke sekolahan ngga?" Nora duduk dekat Pak Usman sembari menunggu bus yang menuju ke sekolahnya datang.
"Jam makan siang kesananya, Neng. Temuin di kantin Bu Syara aja," jawabnya.
"Emang ngapain di kantin Bu Syar, Pak?" tanya Nora.
"Nitip susu juga, Neng. Yang kemaren saya titip sudah habis ngga ada yang sisa" jawab Pak Usman.
"Wah laku habis ya, Pak. Ya udah saya berangkat dulu, Pak. Busnya sudah datang!" kata Nora sambil berdiri dari tempat duduknya lalu melangkah pergi meninggalkan Pak Usman yang melambaikan tangan padanya.
Dalam perjalanan ke sekolah Nora selalu berdoa agar hari ini baik untuknya, dan jika tidak baik maka ia minta agar bisa melewati hari ini. Sesampainya di sekolah, seperti biasa Nora berjalan sendiri tanpa ada teman karena ia memang tidak memiliki teman. Nora masuk ke kelas IPS karena ia memiliki potensi dalam pelajaran IPS. Nora bahkan ikut kegiatan ekstrakurikuler olimpiade IPS dan sudah menjadi kandidat untuk mengikuti lomba
"Woy norak, udah ngerjain soal Ekonomi belom?" Gilang menyentak Nora yang sedang membaca buku olimpiadenya.
"Tapi kayaknya gak mungkin deh kalau seorang Nora ngga ngerjain tugas. Bagi dong!" lanjut Gilang dengan memaksa Nora.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Struggle
JugendliteraturNora anak SMA kelas 11 dengan hidup serba kekurangan seperti orang tuanya hanya penjual nasi uduk dengan penghasilan sedikit, selalu dibully di sekolahnya, tidak memiliki teman, dan perekonomian keluarga yang sulit. Hanya memiliki kepintaran dan cit...