CHAPTER 4
Resto yang menarik, penuh dengan pelanggan, dan pelayan yang berlalu lalang. Terdengar suara orang-orang saling berbincang, sendok dan garpu yang saling beradu, dan suara musik yang bahkan hampir tidak terdengar karena situasi resto yang berisik.
Sudah seminggu kejadian di depan resto antara bos dan pelayannya itu. Di sinilah Nora duduk sekarang, sedang menunggu gilirannya untuk wawancara bekerja di resto milik bos yang angkuh itu. Semua orang memperhatikan Nora dengan tatapan bingung, mungkin karena ia yang mengenakan seragam sekolah.
"Nora!" sebuah suara memanggil Nora untuk masuk.
Ia berjalan santai mendekati pintu ruang wawancaranya. Saat ia membuka pintu, terlihat seorang pria tua namun berwibawa. Pria ini bukan bos angkuh pada kejadian seminggu lalu. Pria tua ini terlihat lebih hangat dan memiliki sifat yang kebapakan. Nora pun memulai wawancaranya.
***
Nora mendatangi meja pendaftaran bimbel dengan perasaan yang ragu. Ia ragu apakah ini keputusan yang tepat untuk mengikuti kelas bimbel karena ia tidak meminta izin kepada orang tuanya.
"Selamat pagi, Kak,"salam salah satu petugas muda yang diperkirakan umurnya sekitar awal 30-an.
"Selamat pagi, Bu Karina," balas Nora dengan senyum hangatnya sembari melihat nametag yang dipakai petugas tersebut.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Bu Karina.
"Saya mau mendaftar kelas bimbel, Bu," jawab Nora.
"Silakan isi formulirnya, Kak. Ini lembar tentang jenis-jenis kelasnya," ujar Bu Karina sembari memberikan 2 lembar kertas yang merupakan kertas formulir dan kertas keterangan kelas-kelas bimbel.
Nora memperhatikan kelas-kelas yang tertera dan membandingkan harganya, Ia hanya memilih kelas yang khusus untuk mempelajari soal-soal tes beasiswa dan tentunya yang harganya sesuai dengan uang yang ia miliki. Nora berani untuk mendaftarkan dirinya karena ia sudah diterima bekerja paruh waktu di resto yang terakhir kali ia datangi untuk wawancara.
"Ini kertasnya sudah saya isi, Bu," ujar Nora sembari menyodorkan kertas pendaftaran.
"Baiklah, untuk pembayaran bisa dibayar saat sudah mulai masuk kelas ya, Kak," kata Bu Karina dengan senyum hangatnya.
"Terima kasih ya, Bu," kata Karina sambil menundukan sedikit kepalanya tanda hormat.
Karina berjalan meninggalkan tempat bimbelnya. Ia berjalan dengan santai sampai akhirnya ia tersadar waktu sudah menunjukkan pukul 11 kurang. Ia langsung berlari menuju resto tempat ia bekerja.
Sesampainya di resto, ia langsung mengganti pakaiannya dengan seragam pelayan milik resto. Hari ini sekolahnya libur, maka ia bisa berangkat bekerja setelah mendaftarkan diri ke kelas bimbelnya.
"Bisa-bisanya ya kamu telat. Baru juga beberapa hari bekerja sudah melanggar aturan resto!" kata Pak Bhadra selaku kepala pelayan resto.
Pak Bhadra merupakan pelayan resto yang tegas dan sangat sensitif saat ada pekerjanya yang melanggar peraturan. Ia akan terus mengomel dalam waktu yang tidak sebentar. Pak Bhadra adalah orang uang mengusir pelayan yang Nora lihat beberapa waktu lalu. Kalau Nora ingin mempertahankan posisinya, ia harus belajar untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja dan sikap karakter orang yang berbeda-beda.
"Maaf Pak Bhadra, saya tadi ada urusan sebelum ke sini. Posisinya juga jauh dari resto, Pak," kata Nora meminta maaf sambil menundukkan kepalanya.
"Maaf doang, besok diulangi lagi nanti maaf lagi. Anak muda jaman sekarang kayak gitu ya, seenaknya saja!" ujar Pak Bhadra.
"Tidak Pak, saya janji ini untuk yang terakhir kalinya," kata Nora.
"Bagaimana saya bisa percaya? Dari dulu pekerja macam Anda ini pasti pada akhirnya akan selalu mengulangi kesalahan yang sama" Ujar Pak Bhadra.
"Saya yakin...," ucapan Nora belum selesai karena Pak Bhadra memotong pembicaraannya.
"Halah, bisanya bantah saja. Apa jaminannya kalau kamu tidak akan melakukan kesalahan yang sama lagi?" tanya Pak Bhadra dengan tatapannya yang tajam.
"Bapak bisa mengurangi gaji saya, Pak," kata Nora.
Terlihat Pak Bhadra diam karena sedang mempertimbangkan penawaran Nora, dan Pak Bhadra setuju dengan mengangguk dan berlalu meninggalkan Nora. Nora menghela nafas panjang, dan berjalan ke dalam resto untuk memulai pekerjaannya.
***
Nora sudah kembali ke rumah, ia melihat dagangan ibunya sudah tutup dan rumahnya terasa sangat tenang. Setelah meletakkan sepatunya, ia masuk ke dalam rumah dan langsung menemukan ibunya yang sedang duduk di ruang tamu sembari menyeruput tehnya.
Di depan ibunya ada adik-adiknya yang sedang tertidur pulas. Nora baru tersadar bahwa ia melalaikan tugasnya lagi untuk menjaga adik-adiknya. Beberapa hari ini Nora memang tidak menjaga adik-adiknya karena pekerjaan paruh waktunya. Mau tidak mau kedua orang tua Nora harus menyelesaikan dagangan mereka lebih cepat untuk menggantikan tugas Nora.
"Nora dari mana saja? Kenapa tidak jaga adik-adik lagi?" tanya Bu Sulis.
"Tadi Nora ada kelas tambahan lagi, Bu," jawab Nora dengan bohong.
Ia tidak ingin ibunya tahu kalau ia bekerja paruh waktu karena ia tahu ibunya akan melarang keras.
"Setiap hari selalu ada kelas tambahan, Ra?" tanya Bu Sulis,
"Sepertinya iya, Bu," jawab Nora.
"Maaf ya, Bu. Karena Nora dagangan ibu sama bapak jadi selesai lebih cepat," tambah Nora.
Nora tahu yang ia lakukan salah. Pendapatan orang tuanya jadi tidak banyak seperti biasanya. Namun, ia tidak bisa berhenti begitu saja karena semua yang ia putuskan sudah bulat dan ia akan mengakhirinya dengan hasil yang baik.
"Ya sudah tidak apa, kamu mandi dulu baru istirahat ya," kata ibu Nora dengan hangat.
"Siap, Ibu!" ujar Nora sambil berlalu kembali ke kamarnya.
Hari-hari Nora dilaluinya dengan sibuk. Ia harus pergi ke resto untuk kerja dan ke kelas bimbelnya. Nora sudah merasa lelah namun ia masih belum ingin berhenti. Ia ingin menggapai hal-hal lainnya yang bisa membantunya untuk bisa berkembang lagi.
Saat ini Nora sedang menatap sebuah amplop yang di dalamnya berisikan uang gajiannya di resto. Ia heran dengan pendapatannya karena tidak sesuai dengan nominal gajinya. Ia terus menerka-nerka kesalahan apa yang sudah ia lakukan hingga membuat gajinya berkurang banyak. Nora memutuskan untuk bertanya kepada staff bagian keuangan di restonya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Struggle
Teen FictionNora anak SMA kelas 11 dengan hidup serba kekurangan seperti orang tuanya hanya penjual nasi uduk dengan penghasilan sedikit, selalu dibully di sekolahnya, tidak memiliki teman, dan perekonomian keluarga yang sulit. Hanya memiliki kepintaran dan cit...