Levi dan Kuchel melewati jalan setapak diantara barisan pepohonan tinggi yang terkadang di sepanjang perjalanan harus berhati-hati dengan akar-akar pohon mencuat ke permukaan.
Berjalan kurang lebih selama satu jam di dalam hutan. Levi menarik gerobak yang berisi kotak perlengkapan dan persediaan makanan. Sedangkan Kuchel hanya membawa dirinya, berjalan sejauh ini sudah membuatnya berulang kali istirahat dan ingin duduk sebentar karena sesak di dadanya, tapi ia tidak mengeluh.
Ranting dan dedaunan pohon di dalam hutan membuat terik matahari yang sudah berada di atas ubun-ubun menjadi tidak dirasakan panasnya, yang ada hawa sejuk menerpa ketika angin berhembus menggerakkan helai rambut mereka.
Tapi tubuh Kuchel yang lemah membuat dirinya ingin sekali lagi duduk sebentar di akar pohon namun diurungkan karena sudah berapa sekian kalinya dirinya begitu. Menambah menit waktu yang dihabiskan yang seharusnya tiga puluh lima menit yang lalu sudah sampai pada tujuan.
"Bertahanlah bu, sebentar lagi akan sampai" Levi menoleh ke belakang yang kini ibunya sedang berdiri membungkuk, mengatur napas.
"Baiklah. Semangat" Kuchel memaksakan kakinya lagi untuk melangkah sambil mengeratkan tangan pada kain yang menyelimuti dadanya.
Sayup terdengar riak air sungai yang mengalir pertanda mereka akan segera sampai pada rumah barunya. Rumah kecil di sisi sungai mulai terlihat.
"Itu rumah kita bu" Levi menunjuk pada sebuah cabin log yang dibuat dari kayu sekitar hutan. Hasta karya Levi selama tiga atau empat bulan lamanya, seorang diri.
Kuchel tersenyum, melihat punggung anaknya yang memiliki kekuatan dan ketabahan yang luar biasa. Meski perangainya keras di luar namun hanya pada dirinya dan teman dekatnya tidak demikian.
Di depan rumah tumbuh subur bunga matahari, seperti menyapa pada dirinya "Apakah kau yang menanamnya, nak?"
"Tidak bu" Levi sudah sampai dan berhenti tepat di depan anak tangga rumah. Menunggu langkah Kuchel menginjakkan kaki pada rumah baru buatannya.
Kuchel menaiki anak tangga memasuki rumah tanpa membuat kepayahan. Beranda yang lebarnya cukup dimuat dengan dua kursi dan satu meja di sisi kanan, memiliki panjang seukuran rumahnya. "Nanti ibu bisa berjemur di sini".
Rumah yang berhadapan dengan sinar mentari pagi sangatlah baik untuk kesehatan Kuchel, Levi pasti memikirkan rancangan rumah dengan perhitungan matang dan cocok untuk dirinya.
"Rumah ini bagus sekali, nak" puji Kuchel menatap takjub atas hasil kerja anaknya.
Memasuki ke dalam rumah di dapati ruangan tanpa sekat. Sisi kanannya adalah ruang tamu dengan perapian dan sofa panjang. Bila agak terus masuk ke dalam akan ditemui ruang dapur.
Kemudian di tengahnya meja makan dengan kursi panjang. Sisi kirinya jendela besar juga menghadap ke arah timur, berisi meja kursi serta rak buku milik Levi, fungsi ruang Levi bekerja.
Kemudian ada tiga pintu yang berjejer, kamar tidur, kamar mandi serta ruangan kecil berisi lemari baju dan penyimpanan peralatan kebersihan.
"Kenapa hanya ada satu kamar tidur?"
"Aku sudah memiliki ruanganku"
"Dimana kalau kau tidur nanti?"
"Tidak usah dipikirkan" jawab Levi enteng sambil memasukkan barang yang dibawanya tadi satu per satu menuju dapur.
Kuchel berjalan-jalan mengamati rumah, menyentuh dinding kayu yang halus. Pasti Levi benar-benar memperhatikan betul permukaan kayu satu per satu agar tidak ada serbuk kayu yang menggangu pernapasannya. Hanya bisa tersenyum getir, ada perasaan bersalah di dalam hatinya karena telah merepotkan anak semata wayangnya.
"Ibu, beristirahatlah. Nanti kita makan bersama"
"Nanti saja, melihat rumah buatan anakku yang indah ini jadi ingin tau bagaimana dengan dapurnya. Enaknya masak apa ya hari ini?"
Levi hanya diam, memaklumi bila ibunya ingin memasak karena itulah keahliannya. Levi memposisikan dirinya duduk di ruang tamu yang bisa mengarah pandangan langsung ke dapur, melihat senyuman ibunya yang sedang menyiapkan bahan masakan.
Hanya senyuman beliaulah adalah obat dari segala lelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wind at Dawn
FanfictionMatahari mulai terbit menembus sela kabut Memberi secercah cahaya dan kehangatan Semilir angin berbisik menyatakan pertemuan Juga perpisahan bersamaan dengan kabut yang sirna Itulah gambaran tentangmu -- Celebrating RivetraMonth 2021 on December 31...