Eld dan Gunter kembali ke tempat masing-masing di pohon redwood. Petra menunggu Oluo agar masuk dan tak mengikutinya. Oluo hanya terdiam menanti reaksi Petra.
Kalau begini aku pura-pura kembali ke tempatku dulu, batin Petra kemudian berpamitan "Daah Oluo, ingat jangan keliaran nanti""Ooh, gitu ya. Kamu juga dong berarti"
"Hah? Apa maksudmu?"
"Eh, pura-pura nggak tau ya. Baiklah, aku pulang dulu. Hati-hati jangan sampai tertangkap" pamit Oluo terbang menuju pohon redwood.
Petra terdiam mematung melihat Oluo pergi, sepertinya Oluo sudah tau kebiasaan setiap malam Petra. Lain waktu akan ia ceritakan pada teman-temannya, tapi sepertinya juga tidak perlu toh dirinya hanya sebagai pengamat dan belajar hal tentang manusia.
Suara sungai mengisi malam di hutan, diselingi sahutan burung nocturnal, dan gesekan daun diterpa angin. Petra terbang mengikuti arah sungai itu dan sampai pada rumah kecil. Petra mempercepat terbangnya dan mengatur kecepatannya memutar rumah untuk melihat keadaan sekitar. Seperti biasanya, meski sudah hampir fajar namun lilin di rumah itu belum padam. Pertanda ada seseorang yang masih terjaga.
Petra mengendap ke arah jendela mengarah sebuah meja kerja dengan lelaki berambut hitam yang masih berkutat pada kertas, penggaris, dan pensil. Petra bisa menebak lelaki itu belum tidur, Petra tersenyum seakan lelaki itu menunggunya untuk bernyanyi. Petra menarik napas dalam-dalam dan bersenandung sebuah nyanyian yang sama seperti biasanya. Dengan mudah, lelaki itu menguap, mengucek mata, dan akhirnya jatuh tertidur di atas mejanya. Berhasil.
Petra menyelinap masuk ke rumah itu dan melihat kertas yang dikerjakan lelaki itu. Sebuah rancangan rumah tampak depan yang terlihat manis. Petra mengagumi hasil karya lelaki itu.
Entah kenapa Petra menjadi sedikit tertarik pada kegiatan manusia, terutama lelaki yang tertidur pulas ini. Awal kedatangan di hutan saat awal musim semi. Saat Petra bersenandung nyanyian pembangun bibit-bibit bunga, langkah lelaki itu berhenti seakan bisa mendengar sesuatu.
Petra terdiam sejenak, apakah benar lelaki itu bisa mendengarnya barusan. Petra bergerak pelan melindungi tubuhnya agar tidak terlihat di balik rerumputan lebat dekat batu.
Lelaki itu masih terdiam dan mengamati sekitar, Petra jadi bersembunyi dulu dan menghentikan tugasnya. Dirasa sudah sembunyi dengan aman, Petra mengamati lelaki itu membawa kapak di tangannya dan kotak yang sepertinya berisi perbekalan lainnya.
Tampak dia akan merusak hutan, wajah Petra berubah jadi sebal. Sudah banyak manusia datang ke hutan hanya ingin menebang pohon. Ia harus memberitahu Gunter karena tugasnya menjaga bibit pohon.
Hendak Petra beranjak, lelaki itu berlutut dan menaruh kotak itu di atas tanah, membuka isinya. Petra terkejut ternyata yang ia bawa adalah dua bibit pohon. Lelaki itu menggali tanah dengan tangannya dan menanam bibit pohon yang ia bawa. Petra tidak memahami apa yang dilihatnya, namun lelaki itu sepertinya memiliki maksud yang baik.
Lelaki itu selesai menanam, membersihkan telapak tangannya dan berdiri. "Aku tau disini ada peri penjaga hutan, izinkan aku dan ibuku menetap di hutan ini. Berilah aku tanda apakah kalian mengizinkan"
Mata Petra melebar, tadi barusan dia bilang apa? Minta izin? Kenapa dia tau keberadaan kami? Tunggu sebentar, bukan aku saja kan yang melihatnya?
Petra memberi sinyal dengan mengepakkan sayapnya, yang ia tau dari pendengaran manusia katanya seperti gemerincing lonceng.
"Bila boleh, bunyikan lonceng dua kali. Bila tidak, bunyikan sekali". Ternyata lelaki itu bisa mendengar tapi Petra tak bisa memberikan keputusan. Sayup terdengar kepakan sayap, satu kali, dua kali.
Boleh? Siapa yang membolehkan?
"Terimakasih" ucap lelaki itu dan pergi memulai melihat pohon di sekitar.
Petra mencari tau siapakah yang mengepakkan sayap barusan. Petra terbang sejauh di belakang lelaki itu dan mengitari sekitar. Akhirnya bertemu Gunter yang sedang duduk di ranting pohon paling tinggi. "Gunter, tadi kau dengar ucapan lelaki itu?"
Gunter mengangguk, "Aku mengizinkannya"
"Kau sudah beritahu dengan Dryad Ymir? Bagaimana kalau dia membabat habis hutan?" Petra jadi panik, tidak biasa Gunter seperti ini. Biasanya Gunter akan melemparkan biji pohon ek pada orang-orang yang jahil yang dibantu oleh hewan-hewan lainnya dari arahan Eld.
Gunter menggeleng. Petra makin panik ketakutan. Melihat itu Gunter menenangkan, "Aku bisa merasakan kalau dia adalah manusia yang baik pada hutan"
"Jangan begitu Gunter. Mungkin sekali dia berlaku seperti itu, kemudian esoknya dia tebang lagi dan begitu seterusnya sampai anak dan cucunya. Hutan ini akan habis kalau kita memaklumi satu pohon yang ditebang meski dengan permohonan izin. Usahamu jadi sia-sia menjaga bibit pohon dan tumbuh sebesar ini. Manusia punya sifat serakah dan hutan ini milik kita" Petra setengah berteriak mencoba menyadarkan Gunter.
Gunter menjawab dengan enteng sambil menunjuk, "Itu aku punya tugas menjaga dua bibit pohon yang ia bawa"
"Lagipula ini bukan kali pertamanya dia kesini. Dia sudah sering membawa bibit pohon sebelumnya. Dia seorang perancang bangunan dan membutuhkan batang kayu pohon disini. Setiap kali ia mau menebang satu pohon, pasti dia membawa satu bibit pohon. Kau hanya tidak tau dan pertama kali bertemu dengannya" jelas Gunter.
Petra hanya mendesah pelan, "Baiklah, semoga dia seterusnya begitu". Petra berbalik badan melihat lelaki itu yang saat ini menyingkap lengan kemeja dan membuka beberapa kancing memperlihatkan tubuhnya yang atletis. Dengan tenaga yang kuat menancapkan kapak ke batang pohon, Petra yang menyaksikan ikut merasakan hentakan pohon itu. Hingga lelaki itu berhasil merobohkan satu pohon. Menciptakan sinar mentari yang masuk lebih banyak dari sebelumnya.
"Lihat Petra, matahari yang masuk jadi lebih banyak. Kau bisa menanam bunga matahari kesukaanmu disana" hibur Gunter di sampingnya. Petra hanya tersenyum kecut.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Wind at Dawn
FanfictionMatahari mulai terbit menembus sela kabut Memberi secercah cahaya dan kehangatan Semilir angin berbisik menyatakan pertemuan Juga perpisahan bersamaan dengan kabut yang sirna Itulah gambaran tentangmu -- Celebrating RivetraMonth 2021 on December 31...