Bagian 32

2.1K 289 22
                                    

Bukan maksud Kafka membolos hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukan maksud Kafka membolos hari ini. Tapi, sejak semalam ia mulai merasakan gejala flu. Dan puncaknya pada tadi pagi, suhu tubuhnya mencapai 38 derajat celcius, yang artinya sudah melebihi suhu tubuh normal.

"Hari ini nggak dinas dulu, ya." Azri berucap final. Ia meletakkan handuk kecil yang sudah dibasahi oleh air hangat ke kening Kafka. Diusapnya perlahan rambut putranya itu, lalu ia bangkit. "Jangan lupa makanannya dimakan. Abis itu, minum obatnya. Minum airnya juga jangan kurang. Jangan sampai Ayah pulang nanti kamu malah dehidrasi."

"Iya, paham, kok," balas Kafka. Rasanya membantahpun tidak berguna. Kepalanya pening, sampai-sampai membuka mata saja rasanya tidak sanggup. Baru seminggu dinas, rasanya Kafka sudah ingin mengibarkan bendera putih.

Setelahnya, tidak ada percakapan lagi. Entah sejak kapan Kafka merasa canggung ketika bersama ayahnya. Makanya itu, saat akhirnya Azri pamit berangkat kerja, Kafka mengembuskan napasnya. Setidaknya, sang ayah tidak mengomel karena semalam Kafka keluar rumah padahal sudah ada gejala.

"Hari ini mau gangguin siapa, ya?"

•••

"Semesta, coba jelaskan bagaimana pasien Anda."

Semesta ingin marah rasanya. Bu Ayun tiba-tiba memanggil kelompoknya, padahal minggu dengan Bu Ayun sudah selesai sejak lama. Tapi, karena sebelumnya Bu Ayun tidak bisa mengadakan responsi sama sekali karena sibuk dengan penelitiannya, dan Semesta juga beberapa kali izin, akhirnya dosen yang terkenal galak itu memutuskan untuk melakukan responsi pada minggu kedua.

Sialnya, Semesta dipanggil pertama.

Sepertinya benar Semesta adalah kesayangan Bu Ayun.

"Itu ...." Semesta membuka buku catatan kecil tempat ia mencatat resume pasiennya. "Pasien saya kemarin itu post operasi debridement, Bu. Sebelumnya sempat dilakukan laminektomi pada bulan Agustus. Sempat dirawat juga selama dua belas hari dan kemarin masuk lagi karena luka jahitannya terbuka dan ada pus. Pasien juga mengeluh ada demam. Pas saya lakuin pengkajian, pasien udah dirawat selama dua belas hari."

Semesta menarik napas panjang, membuka buku catatannya ke halaman selanjutnya. Kedua manik matanya memincing. Sementara Bu Ayun masih diam, menyimak.

"Operasinya di daerah lumbal, Bu. Kemarin udah dilakukan ganti balutan karena ada rembesan. Seharusnya dilakukan ganti balutan setiap dua hari sekali. Buat luka jahitannya sendiri bagus, Bu, nggak ada kemerahan, nggak ada edema, nggak ada pus juga. Terus, pasien juga—"

"Cairannya warna apa?"

Saya lagi bicara, Bu!

Rasanya Semesta ingin menghilang saja.

"Cairannya warna bening-putih gitu, Bu."

"Cairan apa itu?"

Semesta lantas melirik ke kanan, lalu ganti ke kiri. Teman-teman sekelompoknya sibuk pada kasus masing-masing. Tidak ada yang menyimak, apalagi berminat menjawab.

KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang