Dani terlihat tidak bisa fokus melakukan pekerjaan nya. Bahkan ia kesulitan memahami berkas-berkas yang saat ini menumpuk di meja kerja nya. Ia memikirkan banyak hal tentu itu tentang anak perempuan nya. Alana.
"Pak Dani. " ucap seorang pria yang baru saja memasuki ruangan nya.
"Ah ya Dr. Harry. Silahkan duduk."
Dr. Harry pun duduk di salah satu sofa. Dani pun meminta seketaris nya untuk membawakan teh hangat untuk dirinya dan Dr. Harry.
"Maaf saya mengganggu waktu anda, keliatan nya anda sedang sangat sibuk. " Ucap Dr. Harry.
"Ah tidak hanya mengecek beberapa berkas. Justru saya yang sudah banyak merepotkan dokter terlebih akhir-akhir ini Lana sering kambuh."
"Itu sudah kewajiban saya sebagai dokternya. " Tak lama seketaris Dani membawa 2 cangkir teh untuk kedua pria yang duduk berhadapan itu.
"Bagaimana keadaan Lana? Apakah sudah ada kemajuan?. "
"Sebelumnya saya mau menanyakan, tadi sebelum kesini saya sempat mengecek keadaan Lana. Namun saya mengurungkan niat saya karena melihat Lana terlihat nyaman berbicara dengan seorang pria. Selama Lana melakukan sesi dengan saya, baru kali ini saya melihat Lana senyaman itu. Kalau saya boleh tanya siapa pria itu?. "
Dani tersenyum. "Namanya Samuel. Dia anak sambung saya."
Dr. Harry terkejut, ia baru mengetahui fakta ini. "Maaf saya baru tahu soal ini."
"Kami memanggil nya Sam. Dia dua tahun diatas Lana. Selama ini Lana tidak menerima kehadiran Sam dan ibu nya Sam. Bisa dikatakan saya juga lah yang menambahkan trauma Lana di hidupnya." Dani terlihat sangat menyesal.
"Saya terlalu egois, saya merasakan sakit karena kematian istri pertama saya. Hingga Sam datang juga dengan ibu nya seperti memberikan warna baru untuk saya. Saya lupa dan tidak sadar bahwa saat itu ada malaikat kecil saya juga sama terluka nya. Ia kehilangan sahabat juga ibu nya diwaktu yang bersamaan."
Dr. Harry mendengarkan dengan seksama cerita yang baru pertama kali ia ketahui. Ia yakin bahkan seluruh karyawan di rumah saki tidak mengetahui fakta ini. Mereka hanya tahu Dani hidup bersama dengan Alana.
"Sam sangat menyayangi Lana seperti adik kandung nya sendiri. Tidak terhitung berapa kali penolakan yang anak itu terima dari Lana, begitupun dengan ibunya Sam. Seharusnya saya ada di samping Lana, menemani anak itu melewati semua trauma nya tapi malah saya yang menorehkan luka baru untuk Lana." Dani mentertawakan dirinya sendiri.
"Tapi saya lihat Lana dan Sam sudah mulai saling terbuka? Ini kemajuan yang sangat pesat." ucap Dr. Harry.
"Ini pertama kalinya. Bahkan bagi saya ini merupakan keajaiban yang hadir di tengah keluarga saya."
Dr. Harry mengakui hal itu, kemajuan pada kondisi mental Lana memang dapat dikatakan sebagai keajaiban. "Pak Dani, saya yakin anda sudah berusaha sebaik mungkin untuk menjaga dan membesarkan Lana. Anak itu hanya membutuhkan sosok yang mampu meyakinkan nya bahwa dirinya tidak sendiri." Dani mengangguk paham.
"Oh ya, selain itu ada yang mau saya sampaikan. Tadi saya dan Dr. Paul sudah memeriksa dan menyampaikan terkait kondisi Arka pada Tuan Randy. Mendengar kejadian hari ini, saya pikir anda harus memastikan Lana tidak mengetahui terlebih dahulu kondisi Arka saat ini. Arka yang berbaring di rumah sakit akan menimbulkan trauma itu kembali karena kejadian hari ini berada di tempat yang sama dengan Arka kecelakaan."
Dani terkejut lalu setelahnya ia mengangguk paham. "Baik, akan saya bicaran dengan ayah Arka. Lali apa Lana sudah bisa pulang besok pagi?." tanya Dani.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA
Non-FictionTidak ada satu pun dari sebuah kebahagiaan bagi Sean Arkana. Masa lalu, masa kini, juga masa depan nya sangatlah gelap. Namun, ada satu titik terang yang ia lupakan, yang ia tidak ingat bahwa seseorang menunggu nya. ~~~ Seberapa jauh Alana berlari...