Arka berdecih saat dirinya berdiri di depan gedung dengan tulisan West High School. Sekolah elit di pusat kota dengan penerimaan siswa yang terbatas. Tentu saja hanya berisi para anak-anak dari para konglomerat Indonesia dan mancanegara.
Kembali pada Arka, tadi malam dirinya bertengkar hebat dengan Randy karena Randy meminta Arka untuk masuk ke sekolah barunya. Pertengkaran berakhir dengan ancaman bahwa Stefanni akan mewariskan perusahaan di Kanada. Jelas saja Arka menolak. Baginya, Stefanni tidak berhak menerima warisan seperak pun dari sang ayah.
Akhirnya dengan terpaksa Arka mengikuti permintaan sang ayah. Seorang pria dengan setelan jas ikut mengantarkan Arka bertemu dengan pihak kepala sekolah. Dia orang suruhan Randy yang bernama Daniel.
Kedatangan Arka sangat menarik perhatian seluruh anak di sekolah. Sedangkan Arka memilih untuk sibuk bermain dengan ponsel nya dengan headset yang terpasang di kedua telinga nya.
"Tuan, ingin ikut masuk atau menunggu disini?" tanya Daniel.
"Disini." ucap Arka singkat. Ia langsung mencari kursi dan duduk disana, sedangkan Daniel masuk keruangan mengurus kepindahan Arka.
Arka menatap kesekitar sekolah nya, ia mengakui bahwa sekolah ini terbilang elit. Walaupun tidak semewah sekolah di Kanada.
Hingga gerakan matanya berhenti pada sosok wanita yang tersenyum menatap langit. Duduk dibawah pohon besar. Wanita itu menutup kedua matanya lalu menikmati angin menerpa wajah nya.
Tatapan Arka hanya terpaku pada wanita itu. Hingga wanita itu bangkit dan meninggalkan tempat duduk nya.
"Tuan Arka!." Daniel memanggil.Arka tersadar lalu menatap ke arah Daniel.
"Ini wali kelas anda."Arka bersalaman. "Kamu bisa panggil saya Bu Ana."
"Arka." Jawabnya singkat. Bu Ana sudah diberitahu oleh Daniel tentang Arka jadi ia memaklumi jawaban singkatnya itu. Setelahnya Bu Ana mengantarkan Arka ke kelas nya.
"Ayo Arka kamu bisa masuk sekarang." ucap Bu Ana.
Arka melangkah kan kaki nya memasuki ruang kelas nya. Seluruh anak memperhatikan nya. Dan tentu Arka tidak suka perhatian seperti ini.
"Kamu bisa perkenalkan nama dan asalnya."
Arka menatap seluruh orang dikenal.
"Nama saya Sean Arkana dari Kanada." Hanya itu.
"Wihh orang bule nih, tapi kok bisa bahasa Indonesia yaa??."
"Ganteng banget!!."
Ucap beberapa anak di dalam kelas, Arka mendengar itu semua namun ia tidak terlalu peduli dan sudah biasa menjadi pusat perhatian orang banyak.
"Sudah?." Tanya Bu Ana. Arka mengangguk.
"Baiklah, kamu bisa--."
Belum menyelesaikan ucapan nya, seorang siswa mengangkat tangan nya.
"Bu!! Lana sesak nafas!!."
Semua mata tertuju pada anak yang bernama Lana.Bu Ana ikut panik. "Cepat bawa Lana ke unit kesehatan." Beberapa siswa membawanya.
Saat melewati Arka, ia melihat wanita itu adalah wanita yang duduk di bawah pohon tadi.
"Maaf ya Arka, kamu bisa duduk dikursi belakang disana."
Arka mengangguk dan memilih duduk di kursinya. Pembelajaran pun dimulai dan Arka sudah melipat tangan nya dan menundukkan kepalanya untuk tidur.
🥀🥀🥀
"Nama saya Sean Arkana dari Kanada."
Lana yang sedang membaca buku nya langsung terhenti. Nama yang tidak asing itu terdengar di telinga nya.
Sean Arkana. Sean.
Lana mengangkat kepalanya dan melihat pria yang berdiri di depan nya. Pria di depan nya adalah pemilik nama yang tidak asing ditelinga nya. Nama yang sama dengan anak yang ada di masa lalu nya.
Seperti berputar nya sebuah film, kenangan manis juga menyakitkan itu mengisi kepalanya. Tanpa ia sadari, dirinya mulai kesulitan bernafas. Ketika teman-teman nya membantu membawa nya ke luar kelas. Tapapan mata Lana tetap tertuju pada pria itu.
Sean, kita bertemu lagi.
🥀🥀🥀
Lana membuka matanya. Ia terbangun dari tidur dan menyadari bahwa dirinya sudah ada di kamar rumah sakit.
"Lana, sudah bangun? Apa yang kamu rasakan?." ucap seorang dokter yang bernama Chris. Dia adalah dokter keluarga Lana.
"Disini lagi." ucap nya.
"Lana, ada apa dengan mu? Akhir-akhir ini sepertinya kamu memiliki banyak pikiran dan itu sangat berpengaruh pada kesehatan kamu." jelas Chris.
Lana hanya terdiam.
"Aku ingin pulang.""Lana--."
"Pulang." ucapnya tegas. Akhirnya Chris memanggil suster untuk mencabut infus dan oksigen di tubuh Lana.
"Lana, tolong jangan banyak pikiran dan pastikan meminum obatnya."
Lana hanya mengangguk. Setelah nya ia keluar dari ruangan.
🥀🥀🥀
Arka berjalan dengan santai ke belakang sekolah. Disana terdapat 3 orang yang sedang menghisap rokok.
"Heh?! Mau ngapain disini? Sana pergi." ucap seorang anak yang Arka tahu senior nya. Arka masuk kesekolah ini dan menempati kelas 11.
Arka tetap berjalan melewati mereka tanpa menghiraukan ucapan itu. Tiga pria tersebut terlihat marah, mereka menghampiri Arka dan menghalangi jalan nya.
Arka hanya menghela nafasnya. Ia menyadari bahwa sekolah disini sangat berbeda dengan yang di Kanada. Orang-orang disana tidak memperdulikan apapun yang dirinya atau orang lain lakukan. Lihatlah disini, Arka tidak memperdulikan mereka namun mereka yang sepertinya ingin mencari masalah.
Salah seorang dengan name tag, Kevin itu mendorong tubuh Arka. Ia mundur selangkah.
"Gue bilang pergi dari sini." ucap Kevin.
Arka menatap ke arah pundaknya yang disentuh oleh Kevin. Tanpa menunggu lama, Arka sudah menerjang ketiga pria itu termasuk Kevin. Perkelahian 3 lawan 1 itu dimenangkan oleh Arka. Kevin dan teman-teman nya berlari ketakutan saat Arka siap melawan mereka lagi.
Arka kembali menghela nafasnya, ia tidak suka tenaga nya dihabiskan untuk hal yang tidak penting seperti ini. Ia memilih untuk berjalan kembali ke sebuah gedung kosong dan naik menuju rooftop gedung.
Tak lama ponsel nya berbunyi. Nama Nathan tertera di layar ponsel nya. Tanpa menunggu lama, Arka mengangkat panggilan tersebut.
"Lo dimana?."
"......."
"Oke, pulang sekolah gue kesana."
Arka memutuskan panggilan lebih dulu. Ia memasukkan kembali ponsel nya ke saku celana nya.
Pandangan nya mengarah pada lapangan tempat semua anak-anak sedang bermain bola. Seketika ia melihat ke arah pohon yang tadi pagi menjadi pusat perhatian nya. Ia mengingat seoarang wanita yang duduk disana.
Arka menyadari wanita yang duduk di dekat pohon tadi pagi sangatlah mirip dengan wanita yang ada kelas nya wanita yang dibawa ke ruang uks karena sesak nafas.
"Dia juga wanita yang ada di depan rumah itu."gumam nya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA
Non-FictionTidak ada satu pun dari sebuah kebahagiaan bagi Sean Arkana. Masa lalu, masa kini, juga masa depan nya sangatlah gelap. Namun, ada satu titik terang yang ia lupakan, yang ia tidak ingat bahwa seseorang menunggu nya. ~~~ Seberapa jauh Alana berlari...