Happy Reading
•───────•°•❀•°•───────•Bingung. Satu kata itu agaknya sangat pas menggambarkan perasaanku belakangan ini. Aku hanya gadis biasa berusia tujuh belas tahun, dan sedang menjalani pendidikan SHS. Tidak ada yang spesial dalam hidupku, keseharianku terkadang hanya membantu ayah dan juga ibuku berjualan street food selepas pulang sekolah di daerah kawasan Seoul.
Hidupku bahagia walaupun aku tidak terlahir dengan sendok emas. Memiliki ayah dan ibu yang begitu menyayangiku membuatku bersyukur tiap-tiap harinya ditambah dengan kehadiran Chanyeol sebagai pelengkap hidupku.
Membicarakan siapa Chanyeol, mungkin kalian akan bertanya-tanya siapakah lelaki ini padaku. Bisa dibilang Chanyeol adalah kekasihku, dia lebih tua setahun dariku. Chanyeol ini adalah kaka kelasku di sekolah, jadi jika sekarang aku berada di tingkat dua maka Chanyeol berada di tingkat tiga.
Pertemuanku dengan Chanyeol sering terjadi, entah kami berpapasan di koridor sekolah, tak sengaja bertemu di perpustakaan atau aku yang sering melihatnya bersama anggota osis lainnya di ruangan osis yang terletak persis di samping kelasku. Pertemuan-pertemuan itu layaknya pertemuan dua orang asing yang tidak saling mengenal. Aku tau Chanyeol adalah ketua osis, siswa yang cukup terkenal di sekolah namun, belum tentu Chanyeol mengetahui murid biasa sepertiku.
Aku tidak mempunyai cukup nyali sekedar hanya untuk menyapa Chanyeol. Tapi, Baekhyun sahabatku sering mengatakan jika Chanyeol sering memperhatikanku diam-diam dari jauh.
Tentu aku tidak percaya! Wah, dalam pikiranku bagaimana bisa seorang pangeran sekolah memperhatikan ilalang sepertiku. Mustahil!
Sejak itu aku makin bertambah canggung ketika bertemu Chanyeol walaupun kami memang tidak pernah berbicara sebelumnya. Aku akan menunduk atau membuang muka ketika berpapasan dengan Chanyeol di manapun. Sebenarnya aku tidak perlu repot-repot seperti ini, tapi semuanya karena Baekhyun yang mengatakan hal yang mustahil terjadi tapi untungnya semakin hari aku mulai melupakan perkataan Baekhyun dan kembali bersikap biasa jika berpapasan dengan Chanyeol.
Namun suatu saat, ku ingat hari itu adalah hari senin. Hari pertamaku mendapatkan tamu bulananku beserta rasa sakit di perutku. Aku menyesali kenapa disaat seperti ini adalah pelajaran olahraga.
"Kamu kenapa, Kyung?" Kurasa Baekhyun yang berdiri di sebelahku melihat gelagat anehku sedari tadi yang terus meringis sembari memegangi perut bawahku.
"Tamu bulanan," jawabku yang Baekhyun angguki.
"Mau ke Uks?"
"Tidak usah, nanti juga baikan sendiri kok."
Namun, perkiraanku ternyata salah karena rasa sakit di perutku semakin bertambah bahkan membuat kepalaku berkunang-kunang. Guru Lee pun sedari belum juga menyelesaikan pidato panjang lebarnya di depan lapangan.
Lama-kelamaan kesadaranku pun berkurang seiring mataku menatap Chanyeol yang melintas di koridor kelas di depanku bersama teman-temannya dengan tawa khasnya.
Bruk!
Aku terbangun dan mendapati diriku sudah berada di ranjang Uks. Aku mengingat-ingat apa yang sudah terjadi padaku dan ketika aku merasakan sakit di perutku aku segera sadar jika aku pingsan di lapangan. Aku segera mengira-mengira siapa gerangan yang membawaku kesini? Guru Lee? Atau Baekhyun?
"Kamu sudah sadar?"
Aku menoleh ke sumber suara dan mataku membulat tak percaya. Ini pertama kalinya dalam hidupku Chanyeol berbicara padaku dan perlahan-lahan mendekat padaku sambil meletakan gelas berisi teh hangat ke atas nakas.
"Kenapa melihat saya seperti itu? Saya tanya kamu udah sadar?"
"U-udah seperti yang bisa sumbaenim lihat saya udah melek berarti saya sudah sadar kan?" Chanyeol tertawa mendengar jawabanku. Aku benar bukan?
"Yasudah diminum teh hangatnya. Karena kamu sudah sadar saya balik ke kelas dulu."
Selepas itu Chanyeol pergi dari ruangan itu meninggalkanku dengan sejuta tanda tanya besar. Bagaimana bisa Chanyeol kesini? Aku memang tadi sempat melihat Chanyeol sebelum pingsan tapi apa mungkin Chanyeol yang membawaku ke Uks?
Dugaan tak berdasarku ternyata benar. Baekhyun yang mengatakan sendiri pdaku saat dia datang ke Uks jika Chanyeol lah yang membawaku kesini. Baekhyun bilang Chanyeol segera menghampiriku ketika aku pingsan dengan wajah paniknya dan menggedongku ke Uks.
Tak sadar aku tersenyum memikirkannya. Baekhyun sudah pulang dari tadi karena bel sudah berbunyi namun aku masih berada di Uks. Bukannya aku tidak ingin pulang, hanya saja aku malu dengan keadaanku sekarang. Belakang celana olahragaku basah karena darahku yang bocor.
"Belum pulang?" Aku melihat Chanyeol datang dengan membawa dua bola basket. Tak heran karena memang bola basket selalu disimpan di Uks dan Chanyeol lah yang bertanggung jawab menyimpannya kembali setelah dimainkan anak-anak lainnya.
"Belum." Posisiku berdiri menghadap Chanyeol dan menyembunyikan kekacauan di belakang celanaku.
''Kenapa?"
"I-itu c-celana saya."
Chanyeol mulai melirik celanaku. Namun detik berikutnya, Chanyeol mendekat dan langsung memutar tubuhku. Aku segera menutup kedua wajahku menahan malu.
Lelaki itu membuka tasnya lalu mengeluarkan jaket dan melilitkannya di pinggangku. Aku terdiam cukup lama dengan sikapnya.
"Kamu bisa mengembalikannya besok dan pasti kamu harus mencucinya terlebih dulu." Chanyeol pergi setelah mengatakan itu dan lagi-lagi meninggalkanku namun dengan jantung yang berdetak melebihi detakan detik jam.
Keesokan harinya aku mengembalikan jaket Chanyeol yang tentu sudah kucuci sebelumnya. Semenjak saat itu aku dan Chanyeol semakin dekat. Tiap harinya juga Chanyeol selalu menaruh cokelat ataupun bunga di dalam lokerku bersama kertas berisikan kata-kata kakunya walaupun manis.
Tak berapa lama setelah kedekatan kami berlangsung, Chanyeol menyatakan cintanya padaku dan aku tak ragu untuk menerimanya. Aku pikir tidak ada alasan untuk menolak pria baik dan sempurna seperti Chanyeol. Aku mulai menceritakan bagaimana dulu Baekhyun yang mengatakan jika Chanyeol sering memperhatikanku dan aku berkata itu mustahil.
"Kenapa mustahil? Itu benar kok. Aku memang sering memperhatikanmu dulu. Ya, karena aku menyukaimu tapi aku tidak berani mengungkapkannya." Ternyata benar? Aku jadi merasa bersalah pada Baekhyun karena sempat meragukan kejelian matanya yang tidak memiliki atigmatisme sepertiku. Omong-omong aku dan Chanyeol mulai memakai kata "aku-kamu" setelah kami berpacaran.
waktu itu aku tidak pernah berfikir bahwa akan berpacaran apalagi dengan Chanyeol yang mempunyai segudang pesona. Aku berfikir, aku yang terlalu naif mengira Chanyeol yang selama ini tidak menyukaiku atau akunya saja yang tidak sadar?
Walaupun begitu, tapi mulai sekarang Chanyeol adalah kekasihku satu-satunya, itulah yang ada dalam pikiranku sebelum aku sendiri merusak semuanya dan menghianati ketulusan cinta Chanyeol.
꧁ to be continued ꧂
❀໋༘ࣧ ❀໋༘ࣧ
KAMU SEDANG MEMBACA
I Have 3 Boyfriend?
FanfictionHidupku baik-baik saja sebelum tiga pria tampan datang lalu mengacaukan perasaanku. 'Berpacaran' satu hal itu tidak pernah ada dalam list ku lalu bagaimana jika aku mempunyai seorang pacar namun bukan hanya satu melainkan tiga? Do Kyungsoo gs/school...