🌹| 5 |🌹

61 6 0
                                    

Happy Reading
•───────•°•❀•°•───────•

Pagi-pagi buta aku sudah berkutat di dapur membuat dua bekal untuk dua kekasihku. Biasanya aku hanya membuat satu bekal kini menjadi dua jadi aku harus lebih pagi lagi untuk bangun. Walaupun melelahkan tapi ini yang harus kujalani, aku kan sudah berjanji untuk adil pada Chanyeol dan Kai.

"Tumben pagi-pagi sekali membuat bekalnya? Kamu buat dua lagi, biasanya kan hanya satu?" Aku terkejut ketika ibuku bertanya di belakangku.

"Em i-tu .."

"Jangan-jangan bikin dua untuk pacar kamu yang satunya, ya?"

Uhuk! Aku terbatuk ketika ibu langsung mengiraku begitu. Walaupun ibu tertawa yang menandakan beliau hanya bercanda tapi itu tepat sasaran sekali untuk menyindirku tanpa ibu sadari.

"Aku buat dua yang satunya untuk Chanyeol dan satunya lagi untuk Kai. Tapi ... bukan berarti Kai itu pacarku, aku hanya kasian padanya karena dia tidak pernah sarapan di rumah karena ayah dan ibunya tidak peduli padanya. Hanya itu saja kok, lagipula bekal ini untuk ucapan terima kasihku karena Kai mau mengantarku ke sekolah," jelasku panjang lebar yang hanya ibu angguki.

"Tapi ibu penasaran bagaimana kamu bisa mengenal Kai, dari yang ibu lihat kalian berbeda sekolah."

Haruskan aku menceritakan kejadian detailnya tentang awal pertemuanku dengan Kai? Masa aku bilang kalau aku menolong Kai yang habis dipukuli lalu aku bilang jika Kai itu berandalan sekolah.

"Kami kenal karena sebenarnya Kai itu ... sahabatnya Chanyeol. Ya, sahabat Chanyeol."

"Oh begitu. Hm, yasudah ibu mau siapkan bahan untuk di kedai dulu, kamu lanjutkan masaknya." Ibuku akhirnya pergi dan aku bisa bernafas lega.

Jika kupikir alasanku yang menyebutkan Chanyeol dan Kai bersahabat sungguh mustahil. Sebagai ketua osis Chanyeol sangat membenci pengrusuh seperti Kai lalu bagaimana bisa mereka bersahabat. Akhirnya aku tertawa dengan kebohongan absurdku sendiri.

Kai mengambil bekal yang kusodorkan padanya lalu memasukannya ke dalam tasnya. Saat itu aku sendirian di rumah karena ayah dan ibu sudah pergi ke kedai pastinya.

"Masakanmu sungguh enak. Aku tidak bisa berhenti untuk mengucap syukur di setiap kunyahanku kemarin." Kai ini membual apa benar memujiku?

"Sungguh kamu tidak berhong?" Pria itu mengangguk. Kai mendekat berniat memelukku tapi kutahan. Kai langsung menatapku bingung seperti "aku pacarmu, kenapa kamu tidak mau dipeluk olehku?"

"Tubuhmu bau rokok, aku tidak suka." Itulah alasanku. Aku benar-benar tidak berbohong ketika mengatakan tidak menyukai bau rokok.

"Aku tidak," sanggahnya.

Kai pikir bisa membodohiku? Aku tau ada kotak rokok yang tersimpan di saku celananya. Langsung saja kurogoh saku celananya dan mengambil rokok itu lalu mengayunkannya di depan wajah pria itu.

"Ini apa? Kamu tidak bisa membohongiku, Kai. Sungguh dengarkan aku, berhenti merokok karena itu tidak baik untuk kesehatanmu."

"Aku tidak bisa untuk berhenti-"

"Kamu bisa. Hanya saja harus ada niat dalam dirimu untuk berhenti merokok. Pokoknya aku tidak suka kamu merokok."

"Tapi-"

"Berhenti merokok atau jangan pernah memelukku."

Kai menatapku dengan tatapan yang tidak bisa kuartikan. Apa Kai akan menolak ancamanku atau dia akan menururtiku aku sungguh tidak tau.

I Have 3 Boyfriend?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang