Salsa yang tidak mengetahui situasi di rumah baru saja terbangun karena bunyi alarm. 'Astaga mati aku' ia mengutuk dalam hati.
Terlihat tidak ada lagi tanda-tanda kalau ia baru saja bangun tidur. Di wajah itu hanya ada ketegangan yang tidak wajar sama sekali.
Ia melirik jam di atas nakas. Waktu telah menunjukan pukul 18.20 WIB ia menghela napas. Melirik lagi ke dinding kaca, pemandangan kota yang begitu indah. Banyaknya lampu yang berkelap kelip seakan-akan mempunyai warna yang berbeda-beda.
Namun berapa pun indahnya pemandangan itu, nampaknya tak mampu menghilangkan kekhawatiran di wajah gadis itu.
Menggelengkan kepalanya dengan cepat seolah-olah mengusir pikiran jahat. Mengambil kunci motornya kemudian ia bergegas pergi menuju lift.
Salsa menjalankan motornya dengan kecepatan yang normal. Di tengah-tengah perjalan tiba-tiba turun hujan. Kesal dengan situasi saat ini Salsa tak henti-hentinya mengutuk.
Sampai di rumahnya, seluruh tubuh Salsa telah basah. ia kedinginan, sambil memeluk dirinya sendiri Salsa berjalan masuk ke rumah.
"Assalamu'alaikum Salsa pul..." kalimat Salsa terputus oleh teriakan menggelegar "Dari mana saja kamu!? serkas Laras (ibu Salsa, Laura dan Rega).
"A-anu mah Salsa...". Laras bertambah marah melihat wajah Salsa. Menjambak rambut Salsa kuat sambil menyumpa-serampahi Salsa. "Anak tidak tau di untung ya kamu! Gara-gara kamu anakku kelaparan tau. Sialan kamu! kenapa kamu tidak mati saja!"
"A-ampun mah s-sakit hiks Salsa m-minta hiks maaf mah" Bukan hanya sakit karena jambakan itu, kata-kata Laras sepertu pisau yang menyayat-nyayat hatinya.
Laras yang mendengar isakan Salsa bertambah geram. "Sialan kamu!"
Plakk
Suara tamparan terdengar jelas di ruangan itu. "Habis ngejalang di mana kamu!? Bajingan!! tidak tahu diri!" cercaan demi cercaan, makian demi makian di keluarkan Laras.Air mata Salsa bartamba deras mendengar kaliamat-kalimat yang di kuluarkan mamanya. Tak ada suara yang mampu di keluarkan Salsa. Ia menunduk tak ada yang bisa melihat wajahnya. bahunya yang bergetar menjelaskan batapa rapuhnya ia pada orang-orang yang melihatnya. Saat ini Salsa berharap seseorang bisa memberikan pelukan untuknya, menghiburnya, mengatakan bahwa semua akan biak-baik saja.
Dengan keadaan yang masih basa kuyup, membuat tampilan dirinya tambah menyedihkan. Sayang sekali saat ini tidak ada yang peduli dengannya.
Laras menatap Salsa dengan sinis. Tama (papa Salsa, Laura, dan Rega) menatap Salsa jijik seolah-olah Salsa adalah kotoran. Rega bahkan tidak melirik Salsa. Dan Laura ia tersenyum puas melihat penderitaan Salsa.
Mereka pergi meninggalkan Salsa. Betapa menyedihkan Salsa saat ini. Hatinya yang berulang kali terluka. Kalimat-kalimat itu berputar dalam pikirannya. Seakaan-akan enggan membiarkan Salsa melupakannya.
Menghapus kasar air matanya Salsa berjalan menuju kamarnya dengan keadaan acak-acakan. Mengunci pintu dari dalam, berjalan menuju kamar mandi. Salsa berniat membersikan diri.
Selesai mandi Salsa mengambil sepasang pakaian hitam dan memakainya. Rambutnya di biarkan tergerai begitu saja. melihat di cermin, bekas tamparan mamanya masih tercetak jelas bahkan merobek sudut bibirnya.
Mengoleskan sedikit bedak di wajahnya agar menutupi tanda merah bekas tamparan itu. Selesai memoles wajahnya, Salsa mematikan lampu kamarnya. Bukannya tidur Salsa malah berjalan ke arah balkon.
Melihat sekitar kemudian ia melompat langsung ke bawah. Tak ada cedera. Dari postur tubuh dan gerakannya nampaknya ini bukan pertama kalinya ia molompat langsung ke bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
♡'Salsabillah'♡
Teen FictionKisah seorang gadis yang hapir terbunuh oleh keluarganya. Bukan hanya sekedar siksaan yang dia dapati, bahkan cacian dan makian pun di alaminya. Sakit Fisik bahkan sampai Mental!!! Siapa yang akan sanggup coba? Jika orang yang kalian bangga-banggaka...