🍋Chapter 04🍋

33 7 10
                                    

Salsa berlari meninggalkan dokter itu. Ia terus-menerus mengutuk dirinya sendiri 'aduh Salsa goblok. kenapa gegabah sih' katanya dalam hati sambil memukul-mukul kepalanya. Hingga di lihat ia telah cukup jauh barulah ia berjalan perlahan.

Saat ia sampai di depan ruangan Rega, ia melihat kedalam ruangan, terlihat kedua orang tuanya tertidur pulas. Tama tidur di atas sofa sedangkan Laras tidur di samping tempat tidur Rega dan tangannya memegang tangan Rega. Laura tidak lagi terlihat 'Mungkin Laura pulang ke rumah' pikirnya.

Salsa membuka pelan pintu kamar rawat Rega, memasuki ruangan ia menutup kembali dengan pelan agar tidak menimbulkan suara. Menjinjitkan kakinya lalu melangkah perlahan ke arah Rega dan Laras. Saat sampai di dekat mereka ia menatap lakat wajah Rega kemudian bekata "Kak cepat sembuh ya. Aca gak tega lihat kaka seperti ini. Pasti sakit yaa?" ia berbicara sangat lembut "Semoga kondisi kaka semakin membaik biar bisa menjalani aktifitas seperti biasa. Aca sayang kak Rega" lanjutnya.

Ia tak mampu lagi menahan air matanya. 'ini adalah kesempatanku bisa berbicara dengan mereka. Mengatakan semua yang ku rasakan. Meskipun tidak mereka sadari setidaknya melihat dan berbicara dengan mereka dari jarak sedekat ini adalah hal yang baik'. Ia tersenyum kemudian pandangannya beralih pada wajah Laras. Wajah bidadarinya. Ia menatap lekat wajah damai itu.

Sedikit ragu tapi ia tetap mengangkat tangannya. Terlihat sedikit gemetar. Saat tangannya menyentuh wajah Laras. Air mata Salsa bertamba deras ia terisak dalam diam. Ia membelai halus wajah itu seakan takut mengusik tidur Laras. "Mah kenapa mama benci Aca?" lama ia terdiam sambil terisak. "Aca ingin di peluk mama. Aca juga mau di tanyain keadaan Aca. Aca juga mau di perhatiin mama. Makan masakan mama. Semua yang mama lakuin ke kak Laura Aca mau mama lakuin itu ke Aca juga mah". Salsa terus terisak. Ia menatap lembut wajah Laras. Mendekatinya kemudian Salsa mengecup pelan kening Laras.

Tanpa ia sadari air matanya mengenai wajah Laras. Hal itu membuat tidur Laras terusik. Laras menyernyitkan keningnya. Perlahan ia membuka matanya, meraba wajahnya sendiri 'Air?' Laras menatap bingung pada tangannya sendiri. Lalu mengedarkan pandangannya ke seleru ruangan. Ia melihat Salsa yang tengah mengendap-endap menuju suaminya. Seketika ia langsung berdiri dari duduknya "Salsa! apa yang kamu lakukan?! mau mencuri kamu?!" bentak Laras dan jarinya menunjuk-nunjuk ke arah Salsa.

Tubuh Salsa menegang. Gerakannya terhenti mendengar bentakan Laras. Ia membalikan badannya menghadap Laras "Engga mah aku hanya tak ingin mengganggu kalian" ucap Salsa dengan kepala menunduk ke bawah. Laras yang mendengar pembelaan Salsa tersenyum serkasme "Kamu pikir saya anak kecil! mana ada maling yang mau ngaku! pergi kamu sana. Kalau kamu masih di sini anak saya malah makin sakit. Dasar tidak berguna!!"

Salsa terdiam di tempatnya. 'Mah kenapa mama sangat membenci Aca? Aca gak ada niatan nyuri. Aca hanya....' "Kenapa masih di sini?! KELUAR!!!" bentakan Laras menyadarkan Salsa dari lamuannya. Ia melihat ke arah mamanya lalu mulai berjalan menuju pintu. Di depan pintu ia sekali lagi melirik ke arah Laras, Tama dan Rega. Ia melihat Tama telah membuka matanya. Mungkin terbangun karena suara Laras. Salsa menghapus bekas-bekas air mata. Membuka pintu kemudian keluar.

☆☆☆

Sinar matahari pagi mulai menembus celah-celah dedaunan. Bersamaan embun yang melai menguap dan kicauan burung yang saling bersahutan. Dering telepon membangunkan seorang gadis. Ia meraba-raba ke arah sumber suara dengan mata yang masih menutup. Membuka sedikit matanya, melihat siapa si penelpon itu? lalu mengangkat telepon dan mulai berbicara "hmm" dengan suara khas bangun tidur. Matanya kembali menutup.

"Aca di mana? kita ada misi. Mau ikut gak?" Suara seorang gadis terdengar dari seberang telepon. Salsa tidak langsung menjawab. Ia membuka matanya tampak sedang berpikir. "Misi tentang apa?" bukan menjawab ia malah bertanya balik. Naila si penelpon pun menjelaskan sumua tentang misi itu.

Salsa mulai berpikir kembali lama terdiam akhirnya ia membuka mulutnya "Èèè Nai aku gak ikut dulu yaa? soalnya kak Rega masih di rumah sakit" Ucap Salsa sedikit tidak nyaman. Ia sebenarnya sangat mau mengikuti misi itu. Misi yang penuh tantangan dan bahaya. Salsa termasuk orang yang menyukai tantangan. Akan tetapi misi kali ini berada di luar kota. Jadi mau tidak mau Ia tetap harus tinggal di sini.

Naila yang mendengar itu pun terkekeh geli "Iya Aca santai aja kali. Kamu jaga diri di sini kita gak bisa nemanin dulu. Hati-hati sama Laura" peringat Naila. "Hehe iya kalian juga hati-hati. Saling jaga yaa" ucap Salsa. " iya Aca di jamin pulang dalam keadaan utuh hahaha" canda Naila.

Salsa terkekeh "Yaa udah hati-hati. Aku matiin yaa" tanpa menunggu balasan Naila ia telah memutuskan sambungan telepon itu. Ia bangkit dari tidurnya. Tak lupa meregakan otot-ototnya lalu berjalan menuju kamar mandi.

40 menit kemudian Salsa telah siap dengan seragamnya. Ia kembali bercermin. Melihat penampilannya, lalu tangannya di angkat ke atas kepala mengusap rambutnya pelan "Terima kasih sudah bertahan sejauh ini" ucapnya dan tersenyum lalu pergi meninggalkan kamarnya.

Di pertengahan tangga ia melihat ke arah meja makan. Di sana tidak ada siapa-siapa. 'Laura ke mana? apa udah berangkat deluan' pikirnya. Ia merasa aneh pemandangan setiap paginya adalah keluarga yang sedang bencada ria dan tertawa terbahak-bahak. Akan tetapi sekarang dia bahkan tak melihat seorang pun. Ia tau orang tuanya masih di rumah sakit tapi Laura?. Entahlah Salsa mengangkat bahu acuh kemudian berjalan menuju meja makan.

Setelah selasai sarapan. Salsa tak lupa berpamitan pada pembantu rumah tangga lalu berangkat sekolah.

Sampainya ia di sekolah, pemandangan pertama yang ia lihat adalah Dion yang sedang berlarian sepanjang koridor sambil menggendong seorang gadis. Melihat wajah panik Dion ada rasa sedikit tidak nyaman di hati Salsa. Yaa bagaimana pun Dion adalah tunangannya.

Ia berjalan dengan langkah yang sedikit tergesa-gesa menuju kearah kepergian Dion. Saat sampai depan pintu, bau khas obat-obatan mulai tercium. Salsa berjalan masuk ke dalam di lihanya Dion yang sedang memegang tangan gadis itu. Ia menurunkan pandangannya ke arah gadis itu. 'Laura?' matanya berkedip.

Berjalan mendekatkan diri ke arah kedua orang itu. "Dion... Laura kenapa?" tanya Salsa setelah sampai di dekat mereka. Dion yang mendengar suara itu pun mendongakan kepalanya. Melihat ke arah sumber suara. Seketika rahangnya mengeras. Wajahnya memerah menahan marah. "Salsa lu tega banget ya? gak nyangka gue lu se jahat ini" serkas Dion.

Salsa bingung dengan semua maksud Dion. Ia tidak mengrti "Dion maksud kamu apa? kok kamu tiba-tiba marah. Salah aku apa?" bingung Salsa. Dion menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir dengan gadis yang ada di depannya itu.

"Laura sakit gara-gara lu! Dia kecapean dan masih lelah karena habis donorin darahnya buat Rega. Dan lu...." jari telunjuk Dion mengarah pada wajah Salsa "lu gak bisa ngorbanin sedikit tenaga lu untuk buatin Laura sarapan. Egois lu!! sambung Dion. Suara sudah mulai meninggi.

Salsa terperangah mendengar semua perkataan Dion. Bagaimana bisa semua fakta menjadi seperti ini? "Dion bukan...."

"Apa lagi? lu mau menjelaskan tentang diri lu ke gue gitu? gak perlu Sal. Gak guna tau?! Lagian gue males banget lihat muka lu! mendung lu pergi. Ganggu aja!! pergi sana. Huuuusss hussss hussss" usir Dion sambil mengibas-ibaskan tengannya.

Salsa menatap wajah Dion penuh kekecewaan. Ia pergi meninggalkan ruang UKS tanpa sepata kata pun. Terlalu malas berbicara dengan orang bodoh seperti Dion. Dia memang sedikit kecewa pada Dion. Ia pikir sebagai calon pewaris paling mungkin Dion akan melihat masalah tidak dari satu sisi saja. Ternyata dia terlalu melebih-lebihkan seorang Dion.

Menurut Salsa, Dion masih terlalu gampang di butakan oleh cinta. Menerima semua perkataan seseorang yang ia sukai. Tanpa menyaring terlebih dahulu, langsung saja di telan mentah-mentah. Dia yakin suatu saat nanti jika Dion terus-terusan seperti ini, hasil akhirnya adalah berada di dalam lubang yang gelap tanpa tau cara keluar seperti apa.

☆☆☆

Maafkan segala pertypoan aku😊

Silahkan tinggalkan kritik dan saran yang membangun.

Terima Kasih☄

Evahrst__

♡'Salsabillah'♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang