🍅Chapter 03🍅

26 6 13
                                    

Wijaya Hospital

Banyak orang-orang yang keluar masuk ruang IGD. Entah itu tenaga kesehatan maupun masyarakat biasa. Tama, Laras dan Laura berjalan di sepanjang koridor rumah sakit. Sampai di depan ruang rawat Rega. Tama hendak membuka pintu akan tetapi seorang dokter kebetulan keluar dari dalam. "Bagaimana keadaan anak saya, Dokter?" Tanya Tama.

"Keadaan pasien saat ini cukup baik akan tetapi pasien membutuhkan donor darah secepatnya jika tidak akibatnya akan sangat fatal. Tolong ayo siapa yang bisa mendonorkan darah ikut saya. Ohh golongan darah pasien AB" Kata dokter itu.

"Golongan darah AB? saya dok" Kata Laras. "Mah, mama gk bisa mamakan lagi gk stabil tekanan darahnya" Cegah Laura. "Biar Ara telfonin Salsa kan dia golongan darah AB juga" Lanjutnya.

Laras dan Tama mengangguk mendengarkan itu. Dokter yang mendengar itu memberitau mereka jika pendonor sudah siap langsung ke ruangannya saja. Kemudian pergi meninggalkan keluarga Tama.

Laura berjalan menjauh sedikit dari Tama dan Laras. Kemudian mulai menelpon Salsa. Satu kali bunyi tuuutttttt~~ tanda bahwa telepon tersambung langsung di putus oleh Laura. Berulang-ulang ia lakukan seperti itu. 'menembak dua burung dangan satu batu'. Pikirnya Lalu tersenyum.

Hingga beberapa saat di rasa sudah cukup lama Laura berjalan kembali menuju Orang tuanya. "Mama Salsa gk angkat, mungkin Salsa kecapean atau ketiduran. Kasian Salsa juga mah tadikan dia habis nangis". Ucap Laura matanya sudah memerah menahan tangis. Ia terdengar sangat peduli pada Salsa.

"Kecapean?! Habis kerja apa dia? Bajingan yang hanya tau pulang ketika malam" Geram Tama. 'Awas saja kau' lanjutnya dalam hati.

"Hiks... Pah ja-jangan marah hiks hiks Ara telfonin Salsa  lagi yaa" bujuk Laura dengan terisak-isak sambil mengelus halus punggung Tama. Berharap hal itu mampu meredahkan amarah Tama. Laras yang melihat anaknya menangis menarik Laura ke dalam pelukannya. Sedangkan Tama melihat kedua wanitanya itu dengan lembut.

☆☆☆

Waktu telah menunjukan pukul 02.07 WIB. Salsa dkk baru saja kembali dari misi yang mereka lakukan. Salsa mengambil handphonenya yang sengaja ia tinggalkan saat mengerjakan misi tadi. Ia melihat 20 panggilan terlewat 'banyak sekali' pikirnya. Melihat keriwayat panggilan 'Dari Laura? kenapa tumben sekali. apa ada sesuatu yang terjadi ya?' ia terdiam dan berpikir, Aneh rasanya.

Tak ia hiraulan lagi. Salsa berjalan menuju kamarnya di villa itu berniat untuk membersikan diri. Tapi di tengah-tengah perjalan handphonenya berbunyi. Sambil terus melangkah ia melihat ke layar handphone. Deg langkahnya berhenti, matanya berbinar melihat nama sang pemanggil. 'mama' bacanya dalam hati. Langsung ia menerima panggilan itu. 'Ini adalah kali pertama mamanya bersedia menelfonnya'. Ia sangat bahagia.

Akan tetapi kalimat yang ia dengar saat pertama kalinya adalah bentakan. "Ke mana saja kamu hah?! Anak saya kecelakan cepat kamari sialan!! 20 menit kamu belum sampai di rumah sakit Wijaya, Tunggu saja!". Panggilan langsung di putuskan sepihak oleh Laras. Salsa bangkan bulum mengatakan apa-apa. Ia mematung mendengar perkataan mamanya 'anak saya kecelakaan' kalimat itu terus-menurus berputar dalam pikirannya.

Menggelengkan kepalanya dengan cepat. Salsa berlari ke arah parkiran. Ia berpapasan dengan Syifa. "Lohh Aca kemana? katanya mau mandi tadi. kok belum ganti baju?" Langka Salsa berhenti "Pinjam mobil kamu Fa cepatan" desak Salsa. Ia tidak menjawab pertanyaan syifa. "mau kemana Aca? tangan Aca masih luka di obatin dulu". Kata Syifa sambil menyodorkar kunci mobilnya. "gk ada waktu" ucap Salsa kemudian berlari meninggalkan syifa yang masih kebingungan.

♡'Salsabillah'♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang