Chapter 2

3.4K 336 21
                                    

** Selamat Membaca **

~~~


Seorang gadis terlihat sangat gelisah didalam kamarnya sambil sesekali dia menggigit kuku jarinya, perasaannya tidak tenang sama sekali pikirannya kacau. Hatinya diselimuti rasa bersalah dan ketakutan yang luar biasa, gadis itu merutuki kebodohannya yang hanya bisa diam dan tak dapat bicara bila berhadapan dengan seorang Shani Indira.

“Aku harus ketemu shani besok.” gumamnya.
“Sekarang atau tidak selamanya, aku tetap harus mengatakannya pada shani.” tekadnya seorang gracia.

Ya Gracia sudah mengambil keputusan dia akan menjelaskan semuanya pada shani, gracia tidak ingin gadis itu terus-terusan merasa bahwa dia punya kesalahan yang membuat gracia menjauhinya.

Gracia tidak ingin melihat raut wajah kesedihan dari gadis yang dia cintai, gracia ingin selalu melihat senyum manis yang memperlihatkan pipi bolong shani yang sudah menjadi candu untuknya.

Pagi ini Gracia sudah menunggu shani didepan gerbang sekolahnya, jantungnya deg-degan kakinya bergetar dan tangannya yang selalu berkeringat beberapa kali dia usap dirok sekolahnya.

Rencananya hari ini gracia akan menyatakan perasaannya pada shani soal jawaban shani menerimanya menolaknya bahkan memandang rendah dirinya itu urusan belakang intinya gracia harus menyatakan dulu perasaan nya toh kalaupun ditolak gracia hanya harus seperti sebelumnya pura-pura tidak pernah melihat shani meskipun sangat sulit.

Dari kejauhan gracia menatap heran shani masalahnya shani turun dari bus di halte sekolah mereka, kemana wanita yang sering mengantarnya pikir gracia.

Jantung gracia dibuat semakin berpacu 2x lebih cepat saat melihat gadis itu berjalan kearahnya. Apalagi gadis itu hanya menampilkan wajah datarnya.

“Shani Indira, bisa ikut aku sebentar.” ucap gracia ketika gadis itu tepat dihadapannya.

“Maaf gre, aku harus ke kelas sekarang.” shani melangkah melewati gracia.

“Shan.. Please sebentar saja.” gracia meraih tangan shani dan membuat gadis itu menghentikan langkahnya.

Shani bimbang apakah harus menuruti permintaan gracia atau pergi meninggalkan gracia, shani sudah tidak mampu lagi untuk berhadapan dengan gracia.

Shani sudah terlalu lelah untuk menangis mengingat kenyataan bahwa gracia membencinya tapi lagi-lagi shani kalah dengan tatapan sendu gracia .

“Baiklah, mau bicara dimana ??” akhirnya shani luluh dan shani ingin mendengarkan apa yang akan dibicarakan oleh gadis didepannya ini.

“Didanau belakang sekolah aja ya, sekarang kita ke kelas dulu bentar lagi bel” kata gracia dengan senyumannya.

Mereka pun kini berada dikelasnya untuk mengikuti pelajaran pertama dan guru yang mengajar adalah guru yang membuat hati Desy berbunga-bunga siapa lagi kalau bukan pujaan hatinya Viviyona Apriani.

Selama pelajaran berlangsung kedua sahabat itu selalu tersenyum Desy dengan senyuman bahagia melihat pujaan hatinya didepan papan tulis dan Shani dengan senyuman bahagianya karena gracia menunggunya pagi ini digerbang sekolahnya.

Cinta Beda Raga (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang