Sepeninggalnya Alyn dari dalam kelas, berhasil mengubah raut Nolyn. Terlihat jelas olehku ekspresi khawatir dan takut yang berhasil terpampang di wajah Nolyn. Ekspresi itu perlahan berubah menjadi ekspresi kecewa. Melihat ekspresi itu membuatku menghela nafas dan menghampirinya.
"Sudahlah," ucapku dengan senyum diwajahku berusaha menyemangatinya. 'Ku gerakkan kepalaku dan menunjukkan gestur yang berarti 'ikuti aku' dan dia mengikutku setelah mengangguk kecil.
Kami pun bergerak ke kantin. Sesampainya di sana, Nyonya Smith kembali menyapaku dan memberi tahuku kali ini makanan sudah ada.
Kami berdiri dalam antrean. Tak terlalu lama menunggu, giliranku pun tiba, aku mengambil nampan makanan yang telah disediakan.
"Kentang tumbuk, steak, dan kacang ditambah susu. ini pasti akan sangat lezat," Nolyn berbicara pada dirinya sendiri, Nolyn selalu bersemangat jika makanan telah di depan mata.
Kami duduk berhadapan dan menyantap makanan kami dalam diam, setidaknya Nolyn memiliki tata krama di meja makan.
Ketenangan makan kami terganggu ketika secara tiba-tiba nampan Nolyn terlempar jauh.
Hening, semua orang terdiam dan aku merasakan banyak pasang mata tengah memandang ke arahku, ketika aku mendongak, aku dapat melihat tiga orang berdiri di belakang Nolyn.
Damien Hudson, Lars Austin, dan Jax Washington, inilah urutan kiri ke kanan tiga serangkai yang telah bermasalah dengan Nolyn sejak mereka berjumpa di kelas 10.
Mereka mengenakan jaket jeans yang sama yang membuatku penasaran apakah geng sekolah seperti ini masih populer.
Wajah Nolyn mulai memerah marah seperti biasa. Aku menahan tangannya agar tak segera memukuli mereka.
"Bukankah kalian baru saja di skors seminggu? sedalam apa masalah di antara kalian sebenarnya?" tanyaku santai kepada tiga serangkai itu.
Lars sebagai de facto pemimpin di antara tiga serangkai ini membuka suaranya.
"Kau tak perlu tahu masalah di antara kami. Yang perlu kau ketahui adalah, kau sebaiknya meninggalkan si brengsek ini." ucapnya sambil menunjuk Nolyn ketika menyebutkan kata brengsek.
Nolyn sontak menarik tangan yang menunjuk ke arahnya itu lalu membanting Lars ala Judo ke atas meja kayu yang kami gunakan.
Suara punggung lars yang menghantam meja menciptakan suara yang sangat bising dan memancing perhatian Nyonya Smith yang seketika panik dan bergegas mendatangi meja kami dan mencoba menghentikan perkelahian antara Damien, Lars, dan Jax yang mengeroyok Nolyn.
Aku sendiri di tarik menjauh oleh David—Kapten tim football dan teman sekelasku—, dia menggelengkan kepalanya seolah berkata 'ini bukan perkelahianmu' dan aku hanya menelan ludah karena rasa kering di leherku. Padahal maksudku bertanya agar aku bisa mencari dasar permasalahan mereka sehingga bisa di selesaikan secara damai tapi apa daya, aku bukanlah orator yang bisa meyakinkan orang lain.
Aku pernah melihat Nolyn mengalahkan lima orang sekaligus tanpa masalah sedikit pun. Tapi kali ini, Nolyn tampak kesulitan dan beberapa kali menerima pukulan di wajah.
Aku memerhatikan ke sekitarku. Semua orang hanya melihat dan pergi, tak menghiraukan hal ini sama sekali dan bahkan menjadikan hal ini sebagai tontonan yang menghibur
Kekerasan adalah manusia yang sedang menciptakan ulang dirinya sendiri.
Itulah yang dikatakan oleh Frantz Fanon mengenai hubungan yang begitu intim di antara manusia dan kekerasan, dengan demikian aku juga berpandangan bahwa melihat beberapa orang saling menyakiti sama saja seperti melihat seni terkutuk yang indah. Mematikan tapi begitu menarik untuk di lewatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh! Philosophy!, Oh! My Dear Love!
Teen Fiction"Death smiles at all of us, but all a man can do is smile back" - Marcus Aurelius - Berkisah tentang Kerwin Gallacher, seorang remaja penggiat filsafat, yang mencoba menjalani hidup setelah kematian ibunya. Pertemuannya dengan Alyn, seorang gadis pe...