Affair

440 40 10
                                    

"Kita harus ke toko bunga dulu sebelum pulang!"

"Anda semangat sekali, Tuan Cho"

"Tentu saja, Pak", pemuda itu tertawa lepas, lelehan karamel tersebut menatap dirinya dengan pandangan teduh. "Besok adalah hari pernikahan yang sudah kami tunggu sejak lama"

Sang supir hanya menggeleng sembari ikut tersenyum pada mereka. Kedua pipinya menghangat menerima perlakuan manis dari sang tunangan. Mobil yang mereka tumpangi, melaju dengan kecepatan rata - rata, mengantarkan keduanya pada toko bunga tujuan. Sekedar melihat hasil jadi buket pengantin yang mereka pesan, lalu kembali menuju hotel tempat keduanya bermalam, sekaligus tempat dimana acara pesta pernikahan akan dilangsungkan.

Cho Kyuhyun bukanlah lelaki paling romantis yang pernah ia temui, namun pemuda itu dapat membuatnya bahagia hanya dengan perhatian kecil. Pemuda yang selalu mengingat detail tanggal - tanggal penting sejak pertemuan pertama mereka, merupakan pemuda yang juga sering melupakan barang bawaannya sendiri. Ramah dan baik hati, serta santun pada kedua orangtua. Sekalipun mereka bertemu karena perjodohan, tetapi Kyuhyun membuat semuanya menjadi pengalaman yang tak terlupakan.

Sosok calon suami idaman setiap wanita.

Seharusnya begitu.

Jikalau dirinya belum jatuh hati pada orang lain. Sebutlah ia tidak bersyukur, namun tak seorang pun dapat mengubah rasa di hati. Pria itu tidaklah sekaya Cho Kyuhyun, tetapi senyuman lembut yang selalu ia dapatkan dari sang pujaan hati di setiap pagi, cukup untuk membuat jantungnya berdebar berisik. Seakan palpitasinya cukup untuk memicu serangan henti jantung mendadak. Bagaimana perlakuan sang pria saat berada di sekelilingnya, saat berada disampingnya, mampu membuat dirinya merasa nyaman dan gemetar hebat disaat yang bersamaan. Jangan salah tingkah! Itu yang hati kecilnya selalu peringatkan.

Malam ini adalah malam terakhir ia menjadi seorang wanita yang masih memiliki kebebasan. Maka dari itu, ia akan mengutarakan rasa yang terpendam sebelum terlambat. Kedua kakinya menapak hati - hati pada lorong lantai tiga, beberapa kamar di sewa oleh para orangtua untuk pekerja mereka. Tujuannya bulat pada satu pintu kamar. Sebelah tangan terangkat, siap mengetuk pintu, jika saja pendengarannya tak menangkap suara familiar seorang lelaki. Seseorang yang seharusnya tidak berada disana.

"Satu kali lagi, hyung? Tapi jangan di pintu"

"Kau yakin? Besok kau harus menikah"

"Mhm... Fuhh"

"Jangan merokok, Kyu. Kasihan kalau Nona merasakannya saat mencium mu besok"

Gelak tawa yang sarat akan nada sarkas, dapat ia dengar dengan jelas. Netranya memanas, namun ia keras kepala untuk tetap berdiri disana.

"Kau berharap aku mencium nya dengan lidah ku? Kau tidak cemburu, Siwonnie?"

"Tentu saja aku akan cemburu, tapi kau akan menjadi suami Nona. Walaupun itu membuat kita jadi lebih mudah bertemu"

"Dan dia tidak perlu tahu, kenapa aku menerima perjodohan bodoh ini. Yang terpenting, kau akan bekerja untuk ku juga dan kita bisa tinggal satu rumah"

"Oh sayang, jika itu menjadi supir mu, aku bahkan rela untuk tidak di gaji"

"Cheesy~!"

Dan yang ia tahu, dirinya telah melangkah pergi dari tempat tersebut, berlari menuju kamarnya. Bodohnya ia yang berharap dapat mengubah nasib, berpikir bahwa kisahnya ini bisa berakhir indah seperti novel roman picisan.

Karena mungkin, kisah ini bukanlah tentang dirinya.

Karena mungkin, dirinya ini hanyalah peran figuran.

Kerlap kerlip kota Seoul, tampak indah dari balkon kamarnya. Jejak basah di wajahnya pun tak kunjung mengering, sekeras apapun batinnya berteriak memaki diri sendiri. Ia menunduk menatap hilir mudik kendaraan dibawah gedung hotel tersebut, dengan senyuman hambar ia menapaki pinggir tepian.

Dan mungkin, tak satu pun akan merindukan dirinya, jikalau ia pergi ke alam baka.

.

- END -

.

A/N:

Request from AufaDzahin

Request drabble boleh drop di kolom komentar. Cukup satu kata aja, sebagai judul. Untuk isinya, author yang kembangkan! Nanti bakal di pilih satu untuk update selanjutnya ❤

You and HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang