"Ingat, jangan lupa untuk menghubungi ku setelah kau sampai disana"
"Tentu saja, aku tidak akan lupa"
"Jangan melirik wanita lain disana!"
"Ya ampun, kau pikir aku ini pria macam apa, hm?"
Ia merengut kesal ketika sang kekasih mencubit kedua pipinya dengan lembut, jemari itu sangat berhati – hati agar tidak menyakitinya. Choi Siwon memang sering bertindak konyol sebagai seorang kekasih, namun pria itu tidak pernah mengeluh dengan segala rengekan yang selalu ia lontarkan, hanya tersenyum geli jika ia mulai menjadi terlalu posesif, bahkan selalu menjadi yang pertama untuk mengalah dan meminta maaf. Katakanlah, pria itu merupakan kategori kekasih yang didambakan para wanita.
Kebersamaan mereka selama satu tahun lebih empat bulan ini merupakan bukti bahwa pria itu sangat berperan besar dalam mempertahankan hubungan mereka. Mengingat hubungan percintaannya di masa lalu yang kandas karena dirinya yang terlalu egois, posesif, dan kekanakan, itu yang mereka katakan. Namun Siwon nya tak sekalipun mengeluh mengenai sifat buruknya.
Pria yang ia cintai dan ia harapkan untuk bersama seumur hidupnya.
Ya, Choi Siwon sang kekasih tercinta dan hanya miliknya seorang.
"Baiklah, aku pergi dulu"
***
Dirinya tahu bahwa ini adalah ide yang buruk.
Sangat buruk bahkan.
Namun, ia yakin sang kekasih akan memaafkannya. Tentu saja, Siwon sangat mencintainya, tidak mungkin pria itu akan marah hanya karena dirinya diam – diam mengikuti sang kekasih. Ia bahkan rela duduk di kursi ekonomi, menggunakan rambut palsu, bahkan kacamata hitam lebar agar tak di sadari oleh pria tersebut.
Sebutlah ia konyol atau berlebihan, tetapi ia merasakan bagaimana Siwon lebih sering melakukan perjalanan bisnis selama tiga bulan terakhir. Dan yang dirinya lakukan saat ini hanyalah sebuah usaha untuk menenangkan diri, karena ia percaya bahwa sang kekasih tidak akan mengkhianatinya. Siwon selalu terang – terangan menolak afeksi wanita lain, bahkan sejak sebelum menjalin kasih dengannya, pria itu lebih memilih untuk memperkerjakan laki – laki sebagai sekretaris.
Maka dari itu, apa yang terlihat dimatanya saat ini adalah sesuatu yang tak bisa akalnya cerna. Berdiri terpaku didepan pintu kamar hotel yang tak terkunci, bibirnya bergetar hebat. Ia jelas menyaksikan bagaimana lengan kokoh itu sengaja melingkar erat pada pinggang orang lain, yang bahkan tak lebih ramping dari miliknya. Kekehan pelan dari yang lebih tua dan pekikan kecil dari yang lebih muda terdengar saat jemari yang tak pernah menyentuh bagian intim tubuhnya, kini justru menelusup masuk ke balik sweater ungu pastel tersebut.
Sungguh ia ingin meneriaki dua insan didepannya itu, namun semua sumpah serapah dan amarahnya terhenti ditenggorokan. Netra bulat bak lelehan coklat karamel itu memeluk leher kekasihnya, mendekap erat pria itu dan tersenyum mengejek padanya. Dirinya terguncang keras dengan realitas.
"Hyung, kenapa masih bersama wanita itu? Apa kau tidak bosan?"
"Dia memang mengganggu, tapi sedikit mempermudah bisnis perusahaan kita"
"Apa kau tidak lelah melihat tingkah lakunya itu? Aku saja muak"
"Lelah? Muak? Aku bahkan lebih dari itu, Kyu"
Ia menarik nafas dalam, sebelum melempar gelas berleher tinggi yang ada didekatnya kearah dinding, memberikan efek kejut bagi sang kekasih. Pria itu lantas berbalik cepat dan mengernyit heran melihat dirinya. Melepas kacamata hitam dan rambut palsu yang ia kenakan, segera saja tungkainya melangkah lebar. Sungguh telapak tangannya memanas, sangat ingin mendaratkan sebuah tamparan pada pipi pucat dari seorang pemuda yang berlindung dibalik kekasihnya itu.
Sayangnya, ia salah besar.
Pemuda itu tidak berlindung dibalik sang kekasih.
Seringai tipis diwajah manis pemuda itu membuktikan bahwa Siwon yang memilih untuk menghentikan langkahnya.
"Minggir, Siwon. Sekretaris kurang ajar mu itu perlu diberi pelajaran", ia menggeram rendah dengan atensi tajam terarah pada pemuda yang bersandar santai di selusur balkon sembari berkutat dengan sebuah ponsel pintar. Beberapa detik berlalu dalam keheningan menyentaknya kembali pada sebuah realisasi pahit. Atensinya berpindah pada sang kekasih, namun yang ia lihat bukanlah wajah teduh dan senyum menenangkan pria itu.
"Pergi dari sini, dan jangan sentuh Kyuhyun"
"Sa, sayang?"
Netra sekelam malam itu menyorot dingin padanya, gurat kekesalan terpampang nyata disana, menggetarkan lututnya dan nyaris membuat ia berlutut. Suara lembut dari ranum merah milik pemuda tadi pun ikut menambah luka pada harga dirinya.
"Hyung, jangan berbohong lagi. Selesaikan saja, dia benar – benar membuat ku kesal"
"KAU–"
Saat tubuhnya merangsek maju, dua pasang tangan menahan lengannya, menghentikan gerakannya. Dua orang pria berseragam sebagai petugas keamanan hotel tersebut menatapnya dengan keras, justru membuatnya semakin histeris, teriakan dan sumpah serapah yang tertahan tadi, pun berakhir tumpah ruah.
"KAU! RUBAH SIALAN! JALANG SIALAN! SIWON OPPA ITU MILIKKU!"
"Benarkah? Lalu kenapa Siwon hyung justru lebih menginginkan ku?"
Kekehan yang sarat akan sinisme menerpa panas indera pendengarannya. Ia benar – benar murka, melihat bagaimana pemuda bermarga Cho itu mendapat kecupan manis dari kekasihnya.
Miliknya–
"Pergi. Hubungan kita selesai sampai disini, karena kau sudah melihat semuanya, kau tidak ku perlukan lagi"
"Oppa? Kau bercanda kan?"
"Bawa wanita ini pergi"
Kalimat tersebut cukup mengguncangnya keras, hingga pandangannya menjadi samar, nyaris membuatnya hilang kesadaran. Nafasnya melaju cepat, hingga tepat sebelum dirinya di seret keluar dan pintu kamar tersebut ditutup, ia bisa mendengar Cho Kyuhyun, pemuda yang seharusnya hanya berstatus sebagai sekretaris Choi Siwon, menghela nafas pelan. Belah bibir itu mengucap rendah kata selanjutnya, berbalut dengan sarkasme yang pekat.
"Menyerahlah, nona. Sejak awal dia bukan milik mu"
Senyuman itu tampak ramah dan lembut, namun berhasil menamparnya keras dengan fakta pahit yang terpaksa dirinya telan saat itu juga.
"Karena Choi Siwon hanyalah milik Cho Kyuhyun seorang sejak lima tahun yang lalu"
Fakta bahwa dirinya hanyalah peran figuran pengganggu dalam kehidupan percintaan orang lain, entitas yang insignifikan dalam kisah kedua lelaki tersebut. Salahnya yang memang mengemis cinta sejak awal pertemuan mereka. Salahnya yang tenggelam dalam delusi terlalu dalam. Dan sekarang, keterpurukan atas realisasi tersebutlah yang menyambutnya.
.
"Someone told me stay away from things that aren't yours
But was he yours, if he wanted me so bad?Pacify her
She's getting on my nerves
You don't love her
Stop lying with those words"(PACIFY HER - Melanie Martinez)
.
- END -
.
KAMU SEDANG MEMBACA
You and Him
FanfictionKau dan dia. Dimana pun aku berpijak, apapun lakon yang ku emban, kalian selalu bersama. Dalam harapan kecil ku, mimpi yang hanya diri ku seorang alami, kita bertemu dimana aku adalah saksi. Peran ini ku nikmati, walau dibeberapa episode, hati mungk...