5

15 5 0
                                    

Enjoy!

.


"Tidak usah khawatir, luka memarnya akan sembuh dalam beberapa hari."

"Tapi dia masih belum sadarkan diri."

"Nyonya tenang, ia hanya butuh istirahat."

"Apa ada tulang yang patah? Apa ada luka berat?"

"Tidak ada, Nyonya tidak perlu memikirkan macam-macam, kita hanya perlu menunggu sampai ia sadar. Setelah sadar, anak Anda bisa istirahat di sini sampai besok pagi, atau pulang untuk pemulihan di rumah."

"Bisa pulang hari ini juga?"

"Iya Pak, apakah ingin melakukan pembayaran sekarang?"

"Sekarang saja,"

"Baik,"

Tap. Tap.

Tap.

Tap. Tap.

Tap.

Pintu terbuka. Seorang wanita paruh baya masuk melalui pintu itu, menatap Areum prihatin.

"Areum? Ada apa?"

Areum memicing, "Ibu?"

"Iya, ini ibu, Areum."

"Lagi? Kenapa ibu datang?" Areum memandang tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.

"Kamu baik-baik saja?" Ia berjalan mendekati Areum.

"Kenapa?" Areum berucap dengan nada datar.

"Bagaimana keadaanmu Areum?" Ia duduk di sisi ranjang Areum, memandang ke arah lengan Areum yang diperban kasa.

"Kenapa?!" Areum mengucap kata itu berulang kali, berharap salah satunya akan dijawab oleh ibunya. Tapi nyatanya tidak.

"KENAPA IBU SELALU DATANG SEOLAH IBU MEMANG ADA!" Areum berteriak dengan tangis yang ia tahan sekuat tenaga.

Moon Hee tetap diam. Matanya hanya memandang Areum tanpa jeda, tetapi tetap tidak menggubris pertanyaan berulang yang Areum berikan.

"Ibu selalu bilang jangan melamun saat di jalan, Areum," Ucap Moon Hee sambil mengelus lengan Areum pelan.

Itu bukan kalimat yang ingin Areum dengar.

"Kenapa ibu datang lagi?" Suara Areum mengecil. Ia terisak. "Aku merasa tidak ingin bangun lagi jika ibu datang. Aku merasa ingin terus di sini jika ibu datang. Aku selalu rindu ibu..."

Jung Moon Hee segera memeluk erat putrinya. "Ibu di sini sayang, ibu di sini." Ia mengelus lembut kepala Areum.

Tangis Areum semakin pecah, kali ini ia membiarkan emosi itu menguasai dirinya. Pelukan ini, pelukan yang sudah lama tidak ia rasakan lagi sejak setahun lalu. Areum menangis, dan terus menangis.

"Apakah ibu juga seperti ini kepada kakak? Apakah ibu juga mengelus kepala kakak seperti ini? Apakah ibu juga datang kepada kakak?" Areum memberi pertanyaan bertubi-tubi.

Lagi-lagi Moon Hee tidak menjawab pertanyaan Areum. "Jangan membenci ayahmu." Ucapnya.

Areum kembali menangis. Moon Hee selalu tidak menjawab dan selalu mengucapkan kata-kata itu, di setiap kedatangannya. Areum membenci ayahnya, dan seharusnya Moon Hee tahu kenapa.

Blue HourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang