Hope you enjoy! <3
---
"Jadi, apa rencanamu?"
Beomgyu terdiam sejenak, ia bingung akan memulainya dari mana.
"Kurasa... akan lebih baik jika aku memberi waktu bagi diriku sendiri, Yeonjun." Ucapnya sambil memasukkan gitarnya ke dalam tas gitar.
"Maksudmu?"
Beomgyu melihat sekeliling, memastikan tidak ada 'dia' yang akan menguping pembicaraan mereka.
"Sudah, katakan saja. Dia tidak di sini, dia sedang bersama Soobin."
Beomgyu terkejut. "Soobin?! Ngapain?!"
"Bermain." Ucap Yeonjun sambil memasang senyumnya.
"Siapa yang menyuruhnya? Bagaimana dia bisa-?"
"Tentu saja aku! HAHAHA! Kamu tidak sadar sejak pagi dia terus mengikutimu?"
"Siapa? Soobin?"
"Tentu saja cewe itu Bambang."
Beomgyu menggeleng polos.
"Jinjja Pabo. Bahkan saat kamu masuk ke ruangan ini dia ada di balik pintu itu." Yeonjun menunjuk pintu yang terkunci, ada kaca transparan di pintunya.
Beomgyu bergidik ngeri. "Serius?! Cewe itu? Gila! Lalu Soobin?"
"HAHAHA! Aku mengiming-imingi dia es krim satu ember besar! Dan jangan lupa dengan rotinya." Yeonjun tergelak, Beomgyu menggelengkan kepalanya heran.
"Daebak... Mudah sekali dia, HAHAHAHA!" Beomgyu ikut menertawakan kebodohan Soobin.
"HAHAHAHA! Tapi dia tidak sebodoh, itu. Pasti habis ini dia menuntut es krimnya. Okay, jadi apa rencanamu."
"Aku dan keluargaku akan pindah," Beomgyu memberi jeda.
"Kau tahu kan bukan aku saja yang merasa terganggu, keluargaku juga. Dan besok aku akan izin untuk tidak sekolah dulu." Beomgyu tersenyum memaksa, menggendong gitarnya. "Tapi itu terdengar tidak menyenangkan, bukan?" Beomgyu memandang gitarnya sendu.
"Jadi, kamu akan pindah?"
Beomgyu mengangguk.
"Ah, biar aku bilang saja ke ayahku, akan kubilang orang itu telah mengganggu kenyamanan salah satu siswa teladannya, kamu tidak bisa pindah begitu saja... ."
"Aku? Posisiku sudah bukan siswa teladan lagi sekarang Yeonjun."
"Hah? Tiga bulan berturut-turut kamu tidak bisa digeser oleh seorangpun. Siapa sekarang?"
"Dia Yeonjun. Dia sekarang siswa teladannya,"
...
Pulang sekolah ...
"Dia... benar-benar seperti siswi biasa yang suka belajar." Soobin menceritakan yang dirasakannya tadi. "Seperti... tidak ada apa-apa."
Yeonjun mengusap rambutnya kasar.
"Justru yang seperti itu yang menyeramkan."
Beomgyu hanya menunduk dengan tatapan kosong.
"Hey, kamu tidak sedang kesurupan kan?"
Beomgyu menggeleng pelan. "Tidak. Aku hanya... takut." Lalu ia tersenyum pahit. "Kemarin aku mendapat pesan dari nomor tidak dikenal, dia terus menyepam seperti tidak punya pekerjaan lain. Aku yakin itu adalah dia, entah dia mendapatkannya dari mana. Aku... benar-benar takut."

KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Hour
Fanfiction"Hey," Kepala Soobin menyembul dari balik pintu, Beomgyu menoleh. "Mau tahu apa yang aku dan Yeonjun temukan?" Beomgyu menggelengkan kepalanya pelan, di sisi lain jantungnya berdegup sangat cepat. "Dengar, tidak usah pedulikan lomba minggu depan, ti...