PROLOGUE

79 45 217
                                    

Tap tap tap

Beomgyu berlari terengah-engah sampai ke ruang musik. Napasnya menderu, dilihatnya dua manusia sedang sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing di sana.

"Almamaterku diambil lagi!" ucap Beomgyu membuat aktivitas dua orang itu terhenti.

Mendengar hal itu, mata Yeonjun membelalak ke arah Soobin, sedangkan Soobin sudah menahan tawanya. Ya, dua orang itu adalah Soobin dan Yeonjun.

"Kalian pikir ini lucu?" Beomgyu memandang heran ke arah dua temannya itu. Cepat-cepat ia menduduki kursi yang paling dekat dari pintu.

"Kenapa tidak kau datangi langsung saja dia?" usul Soobin sambil berjalan ke arah Beomgyu. "Katakan padanya kalau dia sangat mengganggu, suruh dia pergi dari sekolah ini dan JJAJANG! Dia hilang. Selesai." Soobin mengambil kursi lalu duduk di sampingnya.

"Aku sudah membicarakan ini dengan ayahku," ucap Yeonjun kemudian. "Aku terkejut bahkan ayahku sendiri tidak percaya padaku. Aku akui Gyu, perempuan itu menyeramkan." Yeonjun kemudian duduk di hadapan Beomgyu.

Kini mereka bertiga sudah duduk berhadapan satu sama lain.

"Hanya satu bulan... Tapi aku sudah merasa seperti satu tahun! Cewe gila. Aku ingin pindah." Beomgyu mengusap wajahnya kasar.

"Aku dan Yeonjun sudah seperti pengawalmu satu bulan ini. Bukankah kita hanya perlu mengumpulkan bukti? Ayolah, dia saja yang pindah... ." Soobin berbicara serius.

Beomgyu menggeleng. "Tidak semudah itu Bin. Sudahlah aku malas. Ambil saja semua barangku! Aku tidak peduli." Beomgyu sudah pasrah.

...

Satu bulan lalu, ada seorang siswi yang pindah ke SMA Dong-Gwa, sekolah yang sama dengan Beomgyu dan kedua temannya.

"Hey, Beomgyu. Kamu sudah dengar ada murid baru pindah hari ini?" Soobin mendatangi kelas Beomgyu saat jam sekolah usai.

"Hmm.. ."

"Kamu sudah tahu?"

"Hmm.. ."

"Kudengar nilainya sangat bagus sampai bisa masuk ke SMA ini. Kau tidak takut?"

"Untuk apa?"

"Kamu tidak takut peringkatmu digantikan olehnya?"

Beomgyu hanya mengedikkan bahu. "Lagipula aku tidak pernah benar-benar belajar. Kamu tahu sendiri aku tukang tidur di kelas. It's okay. Mau dia peringkat berapapun tidak penting." Beomgyu lalu memasang headphone ke kepalanya.

Soobin hanya mengangguk polos.

Tok tok tok

Yeonjun langsung masuk dan duduk di hadapan Beomgyu. "Hey hari ini sangat ramai. Padahal hanya satu siswi pindahan, bukankah dia bisa populer dengan sangat cepat? Hahah, kita akan kalah."

Beomgyu yang akan menyetel lagunya itu langsung menggeleng. "No." Jari telunjuknya mengarah ke wajah Yeonjun, bergerak ke kanan dan kiri. "Tidak ada yang boleh. Ayo kita pulang."

Beomgyu, Soobin, dan Yeonjun biasa pulang lebih lama dari murid lainya. Jam sekolah mereka selesai pukul empat, sedangkan mereka biasa pulang pukul enam petang. Namun kali ini Beomgyu mengajak mereka untuk pulang lebih cepat.

"Tidak ada latihan?" Soobin bertanya heran. "Kita tidak ada latihan?"

Beomgyu menunjukkan layar ponselnya.

"Eomma menyuruhku pulang lebih cepat." Beomgyu menyampirkan tali tas ke bahu kanannya, lalu berjalan ke luar kelas.

"Okay, aku juga cukup lelah hari ini." Yeonjun mengikuti Beomgyu dari belakang. Soobin tidak ada pilihan, ia juga langsung pulang.

Sampai di ruang loker, Beomgyu mengerutkan dahinya. Ada barang yang hilang dari lokernya.

"Sepatuku hilang." Beomgyu memandang bergantian ke arah Yeonjun dan Soobin yang ada di kanan dan kirinya.

"Hah?" Yeonjun mengecek ke dalam loker Beomgyu, benar-benar tidak ada. "Lah?"

"Beneran?" Soobin ikut mengeceknya. "Kamu memindahkannya ke mana?"

"Memangnya sejak kapan aku suka memindahkan barang?" Beomgyu bertanya serius.

"Saat jam olahraga?"

"Tidak ada jam olahraga hari ini."

Tap tap tap.

Tampak seorang siswi menuruni tangga dan hendak pulang. Cukup membuat perhatian Beomgyu, Soobin, dan Yeonjun terarahkan padanya saat ia lewat. Ia sedikit menunduk saat melewati ketiga manusia yang sedang kebingungan itu.

"Dia siswi baru itu kan? Ngapain dia jam segini?" tanya Yeonjun saat siswi itu sudah menjauh.

"Mungkin ada urusan di ruang guru. Entah, biasa murid baru." Soobin mengedikkan bahu.

Sementara itu Beomgyu terfokus ke jari tangan siswi tadi.

"Aku tidak suka siswi itu," ucapnya serius. "Dia mengambil sepatuku."

Yeonjun terkejut, Soobin menutup mulutnya.

"Kau jangan asal menuduh. Dia murid baru!" Yeonjun memukul bahu Beomgyu pelan.

Beomgyu menatap punggung siswi yang sudah menjauh itu.

"Kalian tidak lihat jarinya? Maksudku, kukunya. Lihat." Beomgyu mengambil sesuatu yang sangat kecil dari dalam lokernya, kuku palsu yang sudah dihias.

"Woah. Kurasa itu kukunya, dia tidak sadar kalau kukunya lepas?" Soobin berpikir keras.

"Dia sengaja," ucap Yeonjun tiba-tiba. "Aku yakin dia juga sengaja melewati kita untuk menunjukkan kukunya, haha." Kemudian Yeonjun terdiam. "Tapi buat apa?"

"Aku tidak tahu." Beomgyu melempar kuku palsu itu ke luar ruangan. "Kuharap dia salah loker. Aku akan menulis sesuatu di dalam lokerku. JANGAN AMBIL BARANGKU LAGI."

Nyatanya hal itu terjadi pada Beomgyu lagi dan lagi. Beomgyu tidak pernah suka mengambil risiko dengan memberi tahu hal itu ke guru atau murid lainnya, kecuali Soobin dan Yeonjun. Beomgyu tidak ingin menarik lebih banyak orang untuk mengetahui hal itu.

...

Siswi itu sekarang sudah menggantikan posisi Beomgyu sebagai murid terpintar di sekolah. Dia juga disukai semua murid, semua guru, bahkan semua pegawai sekolah. Dia pandai menyembunyikan sesuatu, bahkan sampai sekarang tidak ada yang tahu kalau siswi itu begitu terobsesi dengan semua barang milik Choi Beomgyu.

Dia bahkan bisa mengetahui semua hal yang dikerjakan Beomgyu di setiap harinya. Beomgyu tahu, Soobin dan Yeonjun pun tahu. Keluarga Beomgyu pun tahu. Hanya, pihak sekolah tidak ada yang percaya.

Blue HourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang