Di rumah Karin"ehh Juna udah sampai" ujar Lola temannya Karin yang juga satu kelompok dengannya.
Juna hanya membalas dengan senyum tipis dan ia mulai mengeluarkan buku serta laptop miliknya sebagai alternatif pekerjaan mereka.
Juna merasa ada yang aneh, kenapa hanya ada mereka berdua? ditambah lagi mereka trus saja mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Juna yang sama sekali tidak penting itu juga membuat Juna enggan untuk menanggapi mereka.
Karena terus saja merasa dianggurin Karin maupun Lola malah asik ngobrol satu sama lain. Ini membuat kepala Juna mumet saking berisiknya.
"Lilis mana?" tanya Juna memotong pembicaraan antara Karin dan Lola yang sama sekali tidak penting
"ia tidak bisa datang sudahlahh kita saja" jawab Karin
Jam sudah menunjukkan 21.45 dan hanya Juna yang benar-benar bekerja.
"emm sepertinya aku harus pulang" ujar Juna
"ehh jangan pulang kan belom selesai" cegah Karin
"lo duduk aja sini di luar sedang hujan" cegah Lola juga
Lola benar di luar sedang hujan deras, Juna gak mungkin hujan-hujanan tengah malam gini.
"gue lapar nih rin"
"ambil noh makanan di dapur" jawab Karin
tanpa basa basi Lola pergi ke dapur
Juna benar-benar merasa tidak nyaman berada disini apalagi bersama perempuan-perempuan seperti mereka dan sekarang hanya ada dia dan Karin di ruangan itu.
"wahh lo pinter yah" ujar Karin sambil mendekat dengan Juna
Tentu saja Juna tetaplah Juna. Ia tak suka terlalu banyak berbicara.
"gue gerah banget nih, panass" ujar Karin lalu melepas bajunya dan ia terlihat hanya menggunakan baju tipis lengan satu jari.
"duarrrrr" suara petir bergerumu bagaimana bisa Karin mengatakan panas sungguh aneh bukan!! itulah yang sedang dipikirkan Juna
Lagi lagi Karin melalukan hal yang tak terduga ia mendekat lebih dekat dengan Juna
"aku sungguh sudah tak bisa menahannya lagi" ujar Karin sambil menarik kerah baju Juna
Karin semakin menggila ia mendorong Juna ke sopa lalu ia berusaha mencium Juna lagi. Tapi ketika bibirnya hampir menyatu dengan bibir Juna, Juna pun mulai bertindak dan mendorongnya.
Segera ia kemas barangnya, lagi lagi Karin menarik lengannya dan membuat Juna jatuh dipelukannya. Tapi Juna bukanlah lelaki yang mudah tergoda. Ia berusaha untuk pergi.
"GAK WARAS LO " ujar Juna dengan muka yang tampak kesel lalu pergi tanpa menghiraukan di luar sedang hujan.
~~00~~
Di sisi lainEmm malam ini aku dengan rasa terpaksa harus belajar dengan kak Nata karna ada salah satu mata pelajaranku nilainya jelek dan pak fahri malah menyuruhku untuk diajarkan dengan kak Nata dan kebetulan kak Nata memang anak yang pintar terutama pada pelajaran matematika.
Sebenarnya tidak ada salahnya. Kak Nata orangnya sangat ramah, kelihatannya juga baik dan aku akui dia tampan. Tapi entah kenapa bukan kak Nata yang ku harapkan.
"bagaimana sudah satu setengah jam nih, masa blom selesai" ujar kak Dika
"susah kak" jawabku dengan mudahnya
"yang mana? "
"hampir semua" ujarku sedikit tersenyum
Kak Nata kelihatan sedikit kewalahan ia juga tampak menghela nafas.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMAN SAMPAI AKHIR || ON GOING
Ficção AdolescenteKetika aku mulai menyukai seorang lelaki dan semua orang menganggapnya tidak normal Dia cowok tanpa nafsu? Dia gay? Aku tidak peduli yang aku percaya dia hanyalah Juna namanya Juna. -Rara- Part tidak akan banyak...