4. Berakhir Sampai Disini

43 23 106
                                    

♡selamat membaca♡

.
.
.

Setelah beberapa hari menghilang akhirnya aku berani kembali ke apartemen. Aku juga kembali ke kantor untuk melakukan pekerjaan seperti biasa. Aku juga memutuskan kembali menghubungi pacarku untuk mengakhiri hubungan ini.

"Halo Taeyong, bisakah kita bertemu?" aku memberanikan diri menelpon Taeyong

"Hayoon, kamu kemana sayang? Aku mencarimu kemana-mana. Maafkan aku Hayoon," jawab Taeyong terkejut karena aku menelponnya.

"Nanti malam kita bertemu di kafe dekat Sungai Han tempat dulu kita pertama kali bertemu jam 7 malam"

Aku langsung mematikan telepon setelah mengatakan itu. Hatiku terasa sangat sakit. Rasanya seperti tertusuk ribuan duri. Orang yang selama ini aku percaya dan sangat aku cintai tega berkhianat. Mungkin Tuhan ingin menunjukkan padaku bahwa Taeyong bukanlah orang yang terbaik bagiku.

Tepat pukul 7 malam aku sudah berada di kafe. Tetapi, aku tidak melihat tanda-tanda adanya Taeyong. Apa Taeyong benar-benar sudah tidak mencintaiku? Keputusanku untuk mengakhiri hubungan ini sudah sangat bulat. Meskipun dalam hatiku yang paling dalam aku masih sangat mencintai Taeyong. Tetapi, aku memiliki prinsip untuk tidak memberi kesempatan walapun hanya sekali pada orang yang telah mengecewakanku. Hal ini bukan tanpa alasan karena jika seseorang diberi kesempatan pertama maka dia akan meminta kesempatan kedua dan seterusnya aku tidak mau itu sampai terjadi sama saja aku jatuh dalam lubang yang sama.

"Selamat malam sayang! Aku membawakan bunga kesukaanmu. Hhmmm baunya sangat harum," tiba-tiba Taeyong datang dari belakang membuyarkan lamunanku.

"Tidak usah berbasa-basi lagi. Aku sudah muak dengan semua ini Tae," jawabku.

"Apa maksudmu Hayoon? Aku hanya ingin menjelaskan bahwa apa yang kamu lihat itu tidak seperti,"

"Sudahlah tidak ada yang perlu dibahas. Aku hanya ingin mengakhiri hubungan kita," belum selesai Taeyong berbicara aku sudah memotong pembicaraannya.

"Tapi kenapa Hayoon? Apa kamu lupa hari-hari yang selalu kita jalani selama dua tahun ini? Semudah itu kamu mengakhirinya?"

"Jangan membuat keadaan tambah rumit Tae. Aku hanya ingin mengakhiri hubungan ini,"

"Tapi aku tidak ingin mengakhiri hubungan ini Yoon,"

"Itu terserah kamu bukan urusanku. Mulai hari ini kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi," aku pergi meninggalkan Taeyong yang masih terpaku di kursinya mendengar perkataanku.

"Hayoon tunggu! Aku mohon berikan aku kesempatan kedua. Sekali saja Hayoon,"

Aku berlalu begitu saja meninggalkan Taeyong yang terus saja memohon. Sebenarnya aku sangat ingin mempertahankan hubungan ini, tapi apa daya. Aku tak kuasa lagi menahan air mataku. Saat berada di mobil aku menangis sejadi-jadinya. Dadaku sesak rasanya aku ingin mati saja. Aku melajukan mobil ke rumah So Hee karena dia adalah satu-satunya orang yang dapat kupercaya.

"So Hee!" aku mengetuk pintu apartemen So Hee.

"Astaga Hayoon, kamu kenapa?" tanya So Hee yang melihat kondisiku sangat berantakan.

"Aku dan Taeyong putus,"

"Tapi kenapa Yoon? Seharusnya kamu memberi kesempatan pada Taeyong untuk menjelaskan. Bisa saja dia bukan selingkuhan Taeyong,"

"Hiks hiks hiks. Gak So Hee kamu gak ngerti. Wanita itu bahkan manggil Taeyong sayang. Apa lagi jika bukan selingkuhannya?"

"Ya sudah sini jangan menangis lagi. Bukankah ini pilihanmu? Jadi jangan menangis. Kamu harus bisa melupakan Taeyong. Dan satu hal lagi apapun keputusanmu aku akan selalu mendukungmu Yoon," So Hee memelukku dengan erat.

"Makasih ya So Hee. Kamu memang sahabat terbaikku,"

Taeyong di Agensi

"Kenapa lo hyung? Kusut banget mukanya. Katanya setiap latihan harus semangat tapi hyung sendiri malah gak semangat," ucap Mark pada Taeyong.

"Ah aku hanya sedikit sedih," jawab Taeyong.

"Gara-gara H eonni?" tanya Jaehyun.

"H siapa?"

"Yang ada di hp lo ada kontak yang tulisannya my love H. Siapa tuh?"

"Jaehyun! Pasti buka hp gue kan?"

"Ampun hyung enggak kok cuma lihat notifnya,"

"Ah sudahlah gak usah dibahas lagi," jawab Taeyong.

Hayoon di Kantor

Hari berganti hari kini aku mulai bisa menikmati hari tanpa Taeyong meskipun sangat berat tapi aku mulai terbiasa. Biasanya pagi hari Taeyong menelponku tetapi kini aku mengalihkannya dengan mendengarkan lagu yang membuatku semangat di pagi hari. Di kantor aku juga lebih banyak berinteraksi dengan para karyawanku agar aku tidak lagi mengingat Taeyong. Aku yakin aku pasti bisa hidup tanpa Taeyong.

"Hari ini akan ada rapat lagi setelah makan siang," ucapku pada karyawanku.

"Baik nona,"

Seperti biasa aku akan ke kantin jika waktu istirahat sudah tiba. Tiba-tiba saja aku merasa sangat mual melihat makanan yang aku pesan dan aku jadi merasa sangat pusing. Karena rasa pusingku tidak bisa aku control lagi, aku memutuskan untuk membatalkan rapat dan pergi ke apartemen So Hee untuk beristirahat disana.

Sesampainya di rumah So Hee ternyata dia sedang bersama pacarnya. Aku memang datang di waktu yang salah.

"So Hee tidak apa-apa aku pulang saja," ucapku pada So Hee.

"Jangan Hayoon biar aku saja yang pulang," jawab pacar So Hee.

"Baiklah terima kasih,"

"Duduk sini Yoon. Ada apa? Muka lo sangat pucat apa lo sakit?" tanya So Hee.

"Aku merasa sangat pusing dan mual, So Hee,"

"Kenapa kok bisa gitu? Ke rumah sakit yuk gue anterin,"

"Gak deh, gue minum obat aja pasti bakal sembuh,"

"Eh tunggu deh Yoon. Jangan-jangan lo hamil," ucap So Hee membuatku terkejut.

"Idih ada-ada aja deh lo Hee,"

"Tapi beneran lho Yoon. Gejala lo itu kayak orang lagi hamil. Apa gak sebaiknya lo cek dulu pakai alat? Tunggu sini ya gue beliin di depan,"

So Hee pergi membeli alat tes kehamilan. Apa yang dikatakan So Hee ada benarnya juga. Tapi, bagaimana jika aku benar-benar hamil? Apa yang harus aku lakukan?

Menurut kalian gimana ceritanya? Kasih tahu aku dong😁

💓Terima kasih sudah mampir

💚jangan sampai ketinggalan setiap babnya

Jangan lupa vote dan komen ya

The Beautiful LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang