[26]

1.3K 243 51
                                    

Pernikahan mereka seharusnya tidaklah semudah ini. Ada proses panjang yang harus di lalui. Apa lagi kalau pernikahan mereka di Indonesia yang harus segera di daftarkan di catatan sipil setibanya mereka di Indonesia.

Chandra tidak tahu apakah proses di setiap negara akan sama atau berbeda. Tapi yang Chandra tahu, Dyandra dengan circle sosisalnya serta kemampuan melobinya, membuat pastor mau menikahkan mereka di gereja wilayah ini. Padahal awalnya Chandra sempat ragu, apakah bisa? Apakah boleh? Dia hanya berbekal keyakinan dan nekat. Tapi seolah Tuhan berpihak kepadanya, semua niat baiknya seakan di permudah.

Jika sudah menikah seperti ini, bukankah hanya kematian yang bisa memisahkan mereka? Seperti sumpah untuk sehidup semati bersama.

Ponsel milik Chandra berdering. Pria itu buru-buru mengangkatnya sebelum membangunkan Dyandra yang baru saja tertidur setelah aktifitas panasnya.

Terpampang nama Satria di layar ponsel milik Chandra.

"Ya?"

"Apa kamu benar-benar jadi terbang ke Jerman?"

"Iya."

"Sama Dyandra?"

"Hmm..."

"Aku nggak tahu kenapa kamu mendadak terbang ke Jerman tanpa mengatakan alasannya. Tapi di sini sedang kacau, keluarga Dyandra ngirim orang keman-mana buat nyari dia. Aku khawatir. Apa bang Brian juga ikut ke Jerman?"

"Ya, bang Brian sama aku." Chandra terdiam sebentar dengan menatap wajah polos Dyandra yang tengah tertidur lelap. "Sat..."

"Ya?"

"Aku sama Dyandra udah nikah."

Hening. Tidak ada jawaban dari seberang sana.

"Aku membawa Dyandra ke Jerman untuk menikahinya, Sat. Sore tadi ada bang Brian dan bang Yohan."

"Bercanda lo nggak lucu, njir!"

"Aku serius, Sat. Dyandra sudah legal menjadi istriku sekarang. Sorry aku nggak ada kasih tahu kamu lebih awal. Pikiranku kalut, semuanya serba menda--"

"Bang Brian dan om Yohan yang jadi saksi?"

"Iya!"

Terdengar Satria yang tengah meghela nafas panjang. "Selamat buat kalian berdua."

"Kamu nggak apa-apa?"

Satria terkekeh kecil. "Aku cuma kecewa karena nggak bisa jadi saksi di pernikahan kalian. Tapi aku lega karena pria itu kamu. Aku merasa telah menyerahkan adikku ke pria yang tepat. Kamu terlihat serius karena mempunyai nyali yang besar untuk berurusan dengan keluarga Dyandra. Om Jaremmy memang perlu di kasih pelajaran biar sesekali beliau senam jantung."

Chandra tersenyum mendengar ucapan Satria.

"Jadi, apa rencana kalian setelah ini?"

"Belum tahu, tapi kita harus balik dulu ke Indonesia, mungkin besok."

"Oke! Tolong jaga Dyandra baik-baik. Kalau Dyandra sampek kenapa-kenapa, lo yang gue cari pertama!"

"Iya! Bye!" Tanpa menunggu jawaban dari Satria, Chandra terlebih sahulu mengakhiri panggilan itu. Kadang Chandra juga tidak paham. Usia Chandra dan Satria jelas lebih tua Satria. Tapi kenapa Chandra tidak pernah ada sopan-sopannya dengan pria itu? Begitu pula Satria yang terlihat tidak pernah mempernasalahan itu.

□■□■□

Saat membuka mata, Dyandra tidur berada di dalam dekapan Chandra, di bawah selimut yang sama. Matahari sudah bersinar ternang, entah jam berapa saat ini. Dyandra enggan beranjak dari tempat tidur, sekujur tubuhnya terasa sakit. Apa lagi bagian pinggangnya ke bawah. Ini memang bukan yang pertama bagi mereka, tapi sekali lagi, Chandra selalu berubah menjadi binatang buas jika sudah berurusan dengan tubuh Dyandra. Tapi tidak masalah, Dyandra menyukainya. Chandra bahkan baru mengizinkannya tidur saat sudah menjelang pagi.

Rumah Mantan. ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang