Brian, sedari tadi memperhatikan Chandra yang tengah melamun. Tatapan matanya memang tertuju pada empang, tapi raga lelaki itu jelas tidak pada tempatnya.
Sebenarnya bukan hanya ada Brian dan Chandra. Di sana juga ada Satria dan Yohan yang tengah memancing. Entanhlah, tidak ada angin, tidak ada hujan, tidak ada badai, tiba-tiba Chandra mengajak rombongan untuk memancing bersama.
Lebih tepatnya memaksa agar mereka semua mau di ajak memancing. Chandra sampai harus menggelontor voucher gratis makan untuk mereka agar mau menemaninya memancing.
Tentu saja tidak ada yang akan menolak, memang tidak ada teman yang tidak membikin rugi. Batin Chandra.
Tapi mereka mulai bosan, ini sudah hampir enam jam dan selama itu ketika mereka mengajak beribacara Chandra, pria itu seakan merasa di abaikan keberadaanya. Ingin rasanya Brian mendorong tubuh Chandra agar jatuh kedalam kolam ikan.
"Udahan yuk! Balik." Ujar Brian sambil melihat hasil pancingannya yang sudah satu ember penuh, sedangkan ember Chandra hanya terisi tiga ekor ikan, karena saking kusyunya pria itu melamun.
Mata hari semakin meninggi, waktunya mereka untuk pulang.
"Bentar, belum gelap." Jawab Chandra tanpa memandang Brian.
"Gelap gigi lo! Kenapa sih lo, betah banget dari tadi diem mulu kayak lagi sawan. Biasanya lo paling rewel kalau gue ajakin lama-lama nge-gym, ini malah nggak mau balik! Nggak dapet jatah dari istri lo ya?" Tanya Brian penasaran.
"Boro-boro jatah. Bini gue ngambek, gue nggak di bolehin tidur satu kamar, bang!"
Brian dan yang lainya yang mendengar itu otomatis menertawakan Chandra seperti kesetanan. "Mampus cok! Mari gawe perkoro opo koen?" Tanyanya di sela-sela tawa. (Mampus cok! Hanis buat masalah apa, lo?)
"Diem lo!" Desis Chandra.
"Nggak boleh tidur satu kamar, tidur di luar, di anggurin sama istri, nggak ada bedanya sama jomblo!" Satria ikut menimpali.
"Asu!" Balas Chandra sambil mendengus.
"Yeiy udah minta pengampunan belum sama ibu ratu?" Tanya Yohan.
"Pengampunan dari Jonggol! Keberadaan gue di rumah aja di anggap kasat mata. Kesel banget lah gue, nggak bayangin kalau sampek berhari-hari gue di anggurin."
Mereka kembali menertawakan Chandra. "Emang kamu bikin ulah apa sih sampek Dyandra kayak gitu? Setahu aku Dyandra itu bukan tipe cewek menye-menye yang dikit-dikit suka ngambek, marah, cemburu gak jelas?"
Chandra mengangguk menyetujui ucapan Satria. Dyandra memang bukan tipikal wanita seperti itu, dengan Rose saja, wanita itu tidak gentar sedikitpun, apa lagi dengan Sonya yang notabennya hanya seorang karyawan restoran. Kan sedikit aneh, tapi memang kejadiannya terlalu kontroversial, mungkin itu yang membuat Dyandra marah.
"Gue habis jatoh gak sengaja ngejatuhin karyawan gue. Tapi yang jadi soal, posisinya ambigu banget anjir!!! Gue niban cewek yang telentang di bawah gue, kebetulan Dyandra juga pas lihat. Kan apes?" Ujar Chandra sambil memelas meratapi nasibnya.
"Udah deseu sogok belum? Kasih iming-iming apa gitu? Tu anak cepet lumer kok kalau yeiy kasih berlian."
Punggung Chandra langsung menegak, ia menatap mereka secara bergantian penuh minat.
Brian menaikan satu alisnya. "Beliin kesukaanya lah, bro! Nggak usah berlagak miskin!"
Ya, sepertinya bukan ide yang buruk.
□■□■□
"Mih!!" Suara Dyandra menggema di dalam mansion milik keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Mantan. ☑
RomanceTujuh tahun telah berlalau. Chandra pikir ia sudah berusaha kembali menata hatinya dan membuka hati kepada wanita lain. Akan tetapi, bersamaan dengan itu, sosok dari masalalu Chandra, yang pernah pergi meninggalkannya kini kembali berusaha mendekat...