Peter dan ayahnya menuruni tangga dengan perlahan, Ayah peter tau jika anaknya bisa langsung melompat dari atas dan tak terluka sedikitpun karena gedung yang tak terlalu tinggi namun yang diperlihatkan Peter sepertinya ia sangat menghormati ketidakmampuan yang dimiliki ayahnya dalam hal tersebut, sehingga ia ikut menuruninya dengan perlahan seperti yang ayahnya lakukan.
Dalam perjalanan menuju lantai dasar, terdengar suara makian yang cukup keras dari salah satu pintu apartement yang terdapat di lantai dasar, Peter menghiraukanya namun setelah sampainya ia dilantai paling bawah Peter bertemu dengan anak yang kemarin ia lihat, ia adalah anak yang sedang berteduh dibawah bayang-bayang gedung apartement sambil memandang keatas dan bersenderan di pohon yang terdapat di dekat gerbang. Peter memandanginya dengan heran, karena anak itu hanya membiarkan tubuhnya sebagai sandbag yang dipukul tanpa melakukan sedikitpun perlawanan.
Peter dengan niat untuk membantu mendatangi tempat dimana anak itu dipukuli oleh seorang perempuan yang sedang memegang setongkat kayu, tanpa ingin membuat perempuan itu marah, ia hanya berdiri didekat mereka berdua sambil tersenyum kearah perempuan tersebut, hal itu membawa suasana aneh sekaligus juga menyeramkan, dimana seseorang memandangi seorang yang lainnya dengan senyuman dan tak mengatakan sepatah katapun, dalam beberapa detikpun perempuan tersebut merasa tidak nyaman dengan situasi yang ada disana dan segera kembali masuk ke apartementnya.
Anak tersebut pun hanya terdiam dengan wajah yang sudah banyak bekas lebam, sambil sedikit melirik kearah Peter, begitu juga yang dilakukan Peter, ia tak mengatakan sepatah katapun dan segera pergi dengan sedikit lirikan.
Ayah Peter yang sudah tahu apa yang dilakukan anaknya pun hanya melihatnya dari kejauhan sambil menunggu Peter menyelesaikan urusannya, setelah itu mereka berjalan kembali ke sekolah untuk menyelesaikan urusannya.
Ditengah perjalanan, suasana kota terlihat seperti layaknya kota terbengkalai pada umumnya, dimana tak banyak orang yang keluar dari rumahnya, dan banyak gelandangan yang mencoba untuk bertahan hidup dengan memanggang tikus-tikus liar yang berkeliaran di pemukiman warga kota Z.
Rumah-rumah dihinggapi tanaman liar yang menjalar, sepertinya mereka tidak terlalu mempermasalahkan tanaman yang tumbuh ditembok-tembok rumah mereka.
Saat Peter berjalan, banyak orang yang memandang kearah Peter dan ayahnya, itu karena mereka berdua terlihat sangat rapih, dan terlihat seperti orang dari kota yang nyaman yang tak sengaja terdampar di Kota Z dikarenakan makhluk-makhluk yang ada diluar sana.
Sesampainya mereka di sekolah, semuanya terlihat sangat normal, dimana semua siswa mengenakan seragam dan juga banyak yang mengenakan lencana yang berbeda-beda, Peter berjalan dengan normal di belakang ayahnya dengan jarak yang tidak terlalu dekat, hal ini dimanfaatkan oleh beberapa siswa yang ingin menunjukan kemampuan mereka dengan memainkan psikologi target yang diincarnya dengan menabrakan badan besar mereka ke target yang mereka inginkan.
Peter yang hanya berjalan seperti biasa tanpa berharap sesuatu akan terjadi pun menabrak seorang murid yang ingin memulai aksinya, namun yang terjadi adalah peter yang badanya tidak terlalu besar dapat merobohkan siswa yang ditabraknya tadi, meskipun murid tersebut mempunyai badan dan tinggi yang lebih besar daripada yang dimiliki oleh Peter.
Peter yang tau akan situasi apa yang telah terjadi padanya pun tak menghiraukan apa yang telah terjadi dan melanjutkan jalannya dengan santainya, tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Hal ini adalah hal yang membuatnya mempunyai musuh pertamanya di sekolah barunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Genius : The last one
Science FictionBagi beberapa orang mungkin menjadi Genius adalah sebuah hal yang mereka impi-impikan, Tapi menjadi satu-satunya orang yang Genius adalah sebuah kutukan. Setidaknya itu yang Peter rasakan untuk sekarang, Pernahkah kalian membayangkan penelitian yan...