prolusio: joshua gautrama

2K 374 281
                                    

maybe sometimes
we're delicate, and unsure,
and we don't know what we're ready to want,
so all that we're really looking for
are people with good intentions towards us...
hoping for gentle in the unknown

—butterflies rising

prolusio: kursi yang masih terasa hangat dan mac and cheese di momen kurang tepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

prolusio: kursi yang masih terasa hangat dan mac and cheese di momen kurang tepat

*

JOSHUA Gautrama bisa saja jadi seorang dosen yang sedikit jual mahal meski dia masih terbilang baru beberapa tahun menekuni profesinya ini. Namun mau bagaimana pun, dia tidak akan mampu melakukannya sebab rasa tidak enak hati selalu muncul kapan saja ketika dia dihadapkan beragam insan dalam lingkungan dimana dia berada.

Seperti sekarang contohnya, tiga orang mahasiswi berdempul tengah mengerubunginya tatkala kelas sudah selesai sepuluh menit yang lalu. Agaknya Joshua menyesal akan kebiasaan dirinya yang nyaris tidak pernah meninggalkan kelas duluan sebelum seluruh mahasiswa membuat kelas yang ditempatinya menjadi kosong. Juga kebiasaan dirinya yang tak pernah terburu-buru dan tahu caranya untuk tetap tenang dalam keadaan apapun, pada ujungnya kerap bikin dirinya lelah sendiri sebagai timbal baliknya.

"Tamara, saya sudah membantu nilai kamu, kalau kamu lupa." Joshua berujar, ketiga mahasiswi yang melingkari mejanya itu tadi beralibi ingin membantu Joshua membereskan infokus dan makalah-makalah tugas kumpulan yang diberikan dua minggu lalu. "Saya rasa kamu seharusnya nggak ada urusan lagi dengan saya?"

Parfum dengan tiga jenis aroma berbeda menusuk indra penciuman Joshua. Seperti ditumpahkan satu botol penuh ke baju-baju ketat yang membalut ketiganya padahal hari ini mereka hanya punya dua jam kelas yang perlu dihadiri. Tamara, si cantik dengan make up cukup berlebih itu ibaratnya mama geng dari dua wanita lain—Kezia dan Angel. Ingatan Joshua masih bagus untuk mengingat nama-nama mahasiswa yang dirinya ajari.

"Wah, gila lo, Ra! Nilai lo semester ini ditambahin Pak Joshua?! Kok nggak cerita?!?!" respon nyaring itu datang dari Angel si rambut ikal, dia menatap Tamara penuh tanya.

"Serius, Ra?" ditimpali Kezia. Dia agak gemuk, bedak yang dipakai kalau diperhatikan jelas sekali berusaha menutupi beberapa jerawat besar-besar yang ada di pipinya. Tidak secantik Tamara maupun Angel, namun Joshua bisa bilang kalau Kezia ini mendingan dari keduanya. Dia pintar dan tahu sopan—yah, poin terakhir jadi lumayan minus karena lingkungan pertemanannya terlibat dengan Tamara dan Angel.

"Apa yang perlu lo berdua iriin? Nilai kalian jauh lebih bagus dari gue!"

"Siapa yang iri??" alis yang sedikit lebih tipis dari logo nike itu tertaut, menatap curiga antara Tamara dan Joshua. "Jangan-jangan... lo open BO gratis ke Pak Joshua?!?! Gila lo, Ra! Sebego-begonya, masa iya lo sebego itu sampe terang-terangan bertingkah sebagai ayam kampus ke dosen sendiri?!"

Afterglow | In RepairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang