"WANNA hold my hand?"
Langit yang tadinya terus menunjukkan tanda kekejaman sang surya itu seketika berubah teduh tatkala Jelita menuruni mobil Joshua diiringi dengan pertanyaan barusan seusai mereka berdiri bersebelahan.
Jelita masih sibuk menyusuri pandangan pada objek pijakannya sekarang—rumah bergaya modern tropis dengan dinding yang dirambati tanaman hias, juga pot hijau-hijauan yang mengelilingi ujung teras. Joshua bilang, ini rumah nenek dan kakeknya. Jauh diluar ekspektasi Jelita yang sempat berpikir bakal menemukan rumah sederhana dua tingkat bergaya lama.
"Ta?" wanita berbalut terusan floral di bawah lutut itu baru menoleh pada panggilan kedua Joshua. "Will you take my arm?"
Penuturan yang lancar namun agak meragu, Joshua menggerakkan lengan kanannya—well, minta digandeng. Pria yang nampak segar dengan kemeja lengan pendek dan celana selutut itu memainkan kunci mobilnya gugup sembari menunggu respon Jelita.
"Ya—bakalan keliatan awkward banget 'kan kalo kita cuma jalan samping-sampingan?" tambah Joshua lagi, dia tidak ingin meninggalkan kesan memaksa atau memanfaatkan kesempatan yang ada.
"Iya, sih."
Menyambut lengan Joshua dengan menenggerkan lengannya malu-malu, Jelita refleks menundukkan pandangannya untuk menatapi flat shoes-nya dan sandal kulit Joshua secara bergantian. Pria itu belum menunjukkan tanda-tanda akan menggiring Jelita masuk ke dalam rumah.
"Rasanya kaku banget, Ta." ujar Joshua, melirik lengannya yang digandeng Jelita. Jelita masih diam dan setengah terkejut tatkala tangan Joshua yang lain memindahkan tangannya—mengubah posisi menjadi saling mengenggam. Jemari besar Joshua menyelip pada sela-sela jemari lentik milik Jelita, dia mengulas senyum tipis sebelum berbicara lagi. "Like this. More comfy, isn't it?"
"Mh-hm.." respon Jelita seadanya, barulah Joshua memimpin langkah memasuki rumah dengan tautan tangan yang menjadi penyatuan keduanya.
"Jelita! Akhirnya sampe juga... Tante sengaja nungguin di sini biar ke belakangnya bareng-bareng. Yang lain ada di belakang."
"Halo, Tante.."
Di ruang tamu, Tante Agni menyambut. Cuping telinga Jelita bisa dengar ramainya pertemuan suara orang-orang yang berasal dari pintu belakang yang disebut Tante Agni barusan. Ini bukan kali pertama lagi untuk Jelita bertemu dengan orang tua Joshua terutama Tante Agni sejak sekian lama, sebelumnya Jelita sudah menyempatkan untuk main ke rumah mereka serta berbincang kecil sehingga cipika-cipiki pun sudah cukup dijadikan pembuka sapaan.
"Mas Josh! Long time no see!"
Masih berbincang kecil dengan Tante Agni, suara melengking itu bergema. Berasal dari seorang wanita bersurai tergerai yang tengah membawa nampan berisikan selada dan sayuran lainnya. Pipinya yang agak tembam membuat wajahnya jadi imut meski mata kucingnya bisa menusuk kapan saja.
Joshua menaikkan kedua alisnya, setengah tersenyum. "Wih, ada Janet juga? Kirain belum balik dari Auckland?"
"Aku baru landing dua hari yang lalu, sih. Kejutan aja suddenly nongol in here, hehehe.."
Jelita semakin berasa tinggal di planet Jaksel.
Yang dipanggil Janet itu menyempatkan tersenyum pada Jelita meski tak menyapanya lewat kata-kata. Sepertinya wanita itu lebih muda darinya mengingat panggilannya pada Joshua tadi yang mengenakan kata "Mas".
"Jo mana? Ikut 'kan?"
"Of course. Dia di belakang, smoking with Paklik-Paklik sekalian. You know, no ngudud no idup."
KAMU SEDANG MEMBACA
Afterglow | In Repair
FanficKenapa orang yang takut menyakiti hati orang lain malah tetap berpeluang disakiti oleh orang lain..? Juga kenapa orang yang kerap turut senang melihat kebahagiaan orang lain malah berkebalikan kerap menangisi kebahagiaannya..?