JEHAN sebentar lagi akan menjadi seorang ayah.
Jelita tidak menyangka bahwa dirinya akan mendengar berita itu dari orang lain ketimbang dari mulut Jehan sendiri. Menandakan jarak yang tercipta antara Jelita dan Jehan memang telah benar-benar jauh-padahal, dibanding Nayna atau Bina, dulu Jehan jelas lebih dekat dengannya dari segi manapun hingga di titik mereka dipisahkan sebegini renggangnya.
Mau dibilang kecewa, seharusnya Jehan yang berhak begitu terhadap dirinya. Jelita yang lebih dulu menarik diri dan menciptakan jarak pada Jehan, seolah persahabatan mereka tak berarti apa-apa. Seolah Jehan tak pernah berjasa dalam hidup Jelita. Seolah... Jehan bukan satu-satunya orang yang ada untuk Jelita tatkala Mama digugat cerai oleh Papa tanpa harta benda yang tak berniat disisakan untuknya.
Jelita... menjauhi Jehan demi Viart.
Jelita... mengorbankan hampir semua demi Viart.
Sampai Jelita lupa apa arti kata berharga yang sebenarnya.
Bila dikilas balik, sebenarnya cemburunya Viart itu wajar. Tahu sendiri, ada kalimat populer yang mengatakan bahwa seorang perempuan dan laki-laki tidak bisa menjalin persahabatan yang murni. Salah satunya pasti menyimpan rasa mengagumi dalam hati. Hal itulah yang membuat Viart sejak dulu bisa dibilang tidak ada suka-sukanya terhadap Jehan.
Viart itu sangat posesif. Semakin Jelita tahu rasa lelaki itu sangat besar terhadapnya, semakin juga Viart mengekangnya sampai bernapas saja tidak bisa leluasa. Cemburunya menyebalkan, tak jarang dilebih-lebihkan.
Jehan telah lebih lama mengenal Jelita daripada Viart yang baru mengetahui nama Jelita ketika mereka menjadi mahasiswa baru di universitas yang sama. Logikanya, semisal Jehan sungguhan punya rasa suka, Jehan pastinya sudah mengungkapkan dari lama-seperti yang Jelita pahami, Jehan bukan orang yang gemar menyembunyikan sesuatu.
Jehan juga bukan tipe sahabat terjebak friendzone seperti layaknya kisah romansa tayangan televisi. Jehan tak pernah menunjukkan gelagat cemburu tiap kali Jelita bercerita hal-hal manis yang pernah dilakukan Viart padanya. Justru Jehan mendengarkan sambil turut senang, Jehan sangat mendukung hubungan Jelita dan Viart secara terang-terangan.
Pernah suatu ketika, Viart tidak bisa menjemput Jelita padahal mereka sudah berjanjian menonton film di bioskop. Hari itu diguyur hujan deras, jarak dari bioskop ke rumah Jelita masih jauh dari kata dekat. Tapi Viart yang sudah tiba di sana tetap memaksa Jelita datang bagaimanapun caranya. Jelita khawatir Viart akan merajuk dalam jangka waktu lama bila Jelita tak benar-benar datang. Untungnya, Jelita punya Jehan yang menggantikan tugas Viart untuk menjemputnya ke bioskop.
Sudah begitu, seharusnya Viart berterimakasih kepada Jehan. Kalau tidak ada Jehan, hubungan mereka barang kali sudah berada di ujung tanduk-hal yang sering terjadi sebab Viart gemar untuk membesar-besarkan masalah dibanding mau diajak mencari jalan keluar dengan pemikiran yang jernih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Afterglow | In Repair
FanfictionKenapa orang yang takut menyakiti hati orang lain malah tetap berpeluang disakiti oleh orang lain..? Juga kenapa orang yang kerap turut senang melihat kebahagiaan orang lain malah berkebalikan kerap menangisi kebahagiaannya..?