"EIY, ada siapa nih? Kayak kenal?"
Sudut bibir Jelita tertarik seiring dengan keluarnya sosok Jehan dari ambang pintu balkon, menyudahi penantian Jelita selama lima belas menit tadi. Pria itu menjinjing plastik berlogo khas minimarket yang terletak tak jauh dari lantai dasar apartemen. Ini sudah seminggu lebih sejak Jehan meminta Joshua mempertemukan dirinya dengan Jelita. Hari ini baru bisa terkabul, faktor kesibukan keduanya yang banyak berbentrokan.
"Yakin, gak kenal?" sahut Jelita, wajahnya menyaingi raut jahil Jehan.
"Hampir jadi nggak kenal beneran, orang nggak pernah ketemuan?" sindir Jehan sembari duduk di kursi kosong dengan meja berbentuk bundar sebagai pembatas antara dirinya dan Jelita, plastik yang ia bawa sekalian diletakkan di atas meja.
"Pas acara tunangan Nayna kan ketemu?"
"Ketemu sih ketemu. Tapi gak ngobrol dan cuma liat-liatan doang, berasa bisa telepati kali?"
Jehan tengah mengeluarkan beragam makanan tatkala Jelita menjawab, "Ya mau gimana lagi? You know kan apa alasannya?"
"Udah hapal diluar kepala malah." Jehan terkekeh kecut lalu menyerahkan sebotol minuman berwarna merah muda, "Buat lo. Masih suka mogu-mogu stroberi, 'kan?"
Menerima dengan senang hati, Jelita melirik botol dan wajah Jehan secara bergantian. "Inget aja. Padahal sendirinya lebih suka stroberi."
"Apa sih yang gue lupa tentang lo, Ata? Lo sahabat gue dari jaman gue masih cacingan. Yakali cuma perkara makanan yang lo suka aja gue sampe lupa?"
Jehan memang dari dulu akrab memanggil Jelita dengan nama "Ata". Jauh dari sebelum Atta Halilintar dan keluarga gledeknya berkecimpung di dunia entertainment, panggilan itu merupakan salah satu yang Jelita suka. Namun sekarang, cukup terdengar asing di telinga mengingat Jelita lebih sering mendengar nama Atta disebut-sebut di media ketimbang Ata yang keluar dari mulut Jehan.
"Mogu-mogu itu minuman, btw." koreksi Jelita. Segel botol berukuran sedang itu dibuka dengan mudahnya kemudian meneguknya perlahan.
"Lah itu? Lo kunyah juga? Berarti termasuk makanan, dong?"
"Ya masa nata de coco-nya gue langsung telen gitu aja?"
"Jangan, entar malah nyangkut di tenggorokan. Gak lucu kalo lo tiba-tiba punya jakun."
"Ih sumpah nih orang dari dulu gak berubah pemikiran anehnya.." Jelita menggeleng-geleng, tertawa sejenak.
"Nothing has changed about me, Ta. Jehan still Jehan. You have known me for a dozen years now."
"But it feels like I don't know you yet in past few years."
"No, you still know me well. Cuma gak sespesifik dulu aja." hibur Jehan, pria itu menangkap sekelebat muramnya Jelita. "Bini gue cemburu kalo lo makin lebih banyak tau tentang gue daripada dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Afterglow | In Repair
FanfictionKenapa orang yang takut menyakiti hati orang lain malah tetap berpeluang disakiti oleh orang lain..? Juga kenapa orang yang kerap turut senang melihat kebahagiaan orang lain malah berkebalikan kerap menangisi kebahagiaannya..?