Part 1 : Moment

634 61 14
                                    

Malam ini sangat dingin dari biasanya. Terlihat seorang laki-laki nampak di pukuli oleh beberapa preman.

Sepertinya apes bagi lelaki itu, dia harus bertemu sekumpulan preman saat dia hendak pulang ke rumah. Padahal malam itu belum terlalu larut, tapi karena jalanan yang sepi membuat para preman itu mengencarkan aksinya lebih awal, dan kebetulan lelaki naas itu adalah dia.

Beberapa uangnya diambil dan para preman itu melempar dompet kosong itu ke muka lelaki yang terkapar dan bersimbah darah itu

Lelaki itu tidak kunjung berdiri setelah para preman itu meninggalkannya, dia terlalu lemah untuk itu.

Yang dia lakukan hanya mengusap wajahnya dari noda darah

Seorang perempuan remaja mungkin seumuran dengan sedang berjalan menatap laki2 itu dengan kantong belanjaan ditangannya. Sepertinya dia baru saja pergi berbelanja

Dia mencoba melewati lelaki     itu, dengan maksud tidak ingin terlibat dengan masalah. Siapa tahu saja mungkin lelaki itu bermasalah dengan para preman itu

Perempuan itu menundukkan wajahnya seolah-olah tidak menatapnya padahal tadi dia barusan berhenti cukup lama karena melihat perkelahian itu

Langkahnya kemudian terhenti saat dia mengenali wajah lelaki itu. Dia adalah adik angkatannya satu fakultas. Mencoba tidak peduli tapi tidak bisa. Walaupun tidak dekat dia mengenalnya

“Sassi noona~” lelaki itu mulai bersuara dengan sisa tenaganya. Lelaki itu menyadari kalau memang mereka saling mengenal

Tanggung sudah saling menyadari tidak mungkin Sassi meninggalkannya disana sendiri

"Jungkook."
Sassi mendekatinya setelah Jungkook memanggil namanya

“Lihatlah wajahmu Jung. Kau ini kenapa? Dirampok atau berantem?”

“Mereka mengambil uangku setelah memukuliku. Aku tidak memiliki uang untuk pulang”

Sassi merogoh sakunya, “Aku hanya berbelanja ke supermarket terdekat, aku tidak membawa dompet. Kajja kerumahku saja. Aku obati seperlunya dan meminjamimu beberapa uang.”

Seulas senyum tergambar di wajah Jungkook, akhirnya ada dewi penyelamat yang menghampirinya batinnya

****
***
**
*




Sassi menuntun tubuh kekar Jungkook ke rumahnya. Cukup perjuangan karena bagaimanapun tubuh Sassi sangat mungil dibandingkan dengan badan kekar Jungkook.

Untung letak rumah Sassi tidak jauh dari sana

Sassi mempersilahkan Jungkook masuk sesaat setelah dia menekan password di rumahnya.

Jungkook langsung di dudukkan di sofa, dan Sassi menaruh barang belanjaannya dan bergegas mencari kotak P3K.

Sassi menempelkan plester setelah memberikan alkohol pada luka Jungkook. Jungkook tampak meringis kesakitan

“Aww sakit noona.”

Sassi mendecih, “Ck, cuma luka seperti ini. Badanmu begitu besar masa kalah sama luka sekecil ini.”

Sassi memberi obat pada luka Jungkook yang lain, sungguh banyak sekali hampir seluruh tubuhnya

“Kau ini, katanya ikut taekwondo. Kenapa bisa kalah sih?”

“Aku seorang diri noona, mereka berlima. Kau berharap aku menang di keroyok begitu banyak orang. Mustahil.”

“Jangan-jangan kau percaya lagi pada film-film di laga yang selalu menunjukkan pemeran utamanya menang walaupun di keroyok?”

“Jhon wick seperti itu.”

“Dalam dunia nyata mereka tidak akan gantian menyerang seperti di film. Mereka akan langsung mengeroyok, bahkan Jhon wick saja saat di rampok, aku yakin dia pasti akan babak belur.

Sassi terkekeh.
“Iya, aku percaya kok.”

“Kenapa tidak lari sih kalau tahu akan kalah?”

“Aku tidak pernah mau lari, setidaknya walaupun aku tahu aku akan kalah. Aku tidak akan lari seperti pengecut.”

Tangan Sassi sempat terdiam saat ucapan itu terlontar. Tidak, Jungkook tidak sedang menyindir siapapun.

Kemudian keheningan terjadi lagi dalam beberapa menit ke depan.

“Sudah selesai.”

Sassi membereskan kotak P3K dan membawanya kembali ke tempatnya. Taklupa dia memberikan minuman hangat kepada Jungkook

Jungkook masih terduduk dengan mengamati ruang bergaya minimalis tapi nampak elegan. Di dominasi warna putih membuat rumah itu semakin cantik walaupun luasnya tidak seberapa

“Kau tinggal sendiri?”

Sassi tidak menggubris ucapan Jungkook dan memberikan beberapa lembar uang kepada Jungkook

“Pulanglah. Ini uang taxi untuk kau pulang. Kalau kau sakit kau bisa meneleponku nanti kalau kau membutuhkan biaya untuk ke Rumah sakit. Kau tidak perlu mengembalikannya cepat-cepat. Yang penting kau sehat dulu.”

“Kenapa tidak dijawab pertanyaanku? Kau tinggal sendiri?”

Sassi menatap gelisah pada jam dinding di rumahnya

“Pulanglah.”

“Kau menunggu seseorang? Kau takut kalau dia akan salah paham jika aku masih disini?”

“Sebuah hipotesa yang mengesankan Jungkook, aku hanya ingin kau segera pulang dan beristirahat. Agar lukamu segera sembuh.”

“Apa rumor tentangmu dikampus benar? Bahwa kamu-”

Sassi mengepalkan kedua tangannya mencoba menahan amarah, dia tahu apa yang akan Jungkook katakan

“Bahwa kau wanita simpanan seseorang.”

Sassi kembali kesusahan menelan salivanya, dia tidak memiliki jawaban atas pertanyaan Jungkook.

“Pulanglah.” untuk kesekian kalinya Sassi memintanya. Diulang berkali2 terkesan memohon

Jungkook mengalah, dia tidak mau mendesak Sassi dengan pertanyaan-pertanyaan bodohnya. Dia harusnya tahu diri bahwa Sassi sudah menolongnya, buat apa membuat ulah lagi

“Baiklah aku akan segera pulang.”

Jungkook mengambil uang yang Sassi berikan dan memesan taxi. Dari balik jendela dia menatap Jungkook yang sudah pergi menaiki taxi

Sassi mendesah nafas panjang. 

Kemudian kembali dia melakukan aktivitasnya. 

Tak banyak yang dia lakukan hanya membereskan sisa belanjaan tadi, dan membuang beberapa sampah

Selang beberapa menit terdengar seseorang yang sedang memasukkan password rumahnya. 

Tampak lelaki dengan surai pirang itu memasuki rumahnya dengan muka kusam, dia terlihat seperti kelelahan

“Oppa sudah pulang.”

“Siapkan air hangat, aku ingin berendam.”

Sassi menganggukkan dan tanpa diminta kedua kalinya diapun menyiapkan air hangat di bathup kamar mandinya, menunggu terisi penuh

“Tadi ada tamu disini?” lelaki itu menatap beberapa gelas yang Sassi sendiri lupa untuk membereskannya

“Ah tadi ada ahjumma tetangga rumah yang mampir memberikan paket yang nyasar ke alamat dia.” ucapnya tergugup

“Mana paketnya?”

“Itu- hanya alat rumah tangga, aku sudah membongkarnya bukan hal penting.”

“Memberikan paket semalam ini? Yakin kau tidak membawa laki-laki lain ke rumah ini?”

Sassi terdiam, tergugup sendiri dalam diamnya
“Tentu saja, mana aku berani melakukan itu Yoongi oppa.”

Lelaki yang dipanggil Yoongi itu menatap intens mata Sassi

“Kuharap kau benar. Awas saja jika kau memasukkan laki-laki lain dirumah ini. Akan ku penggal kepala kalian berdua.”

TOXIC  end √√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang