23

25.8K 2.2K 468
                                    

Chenle memeluk tas bingkisannya sedari tadi. Sejak memasuki mobil Jisung ia hanya diam, entah pikirannya tiba tiba saja menjadi takut. Memgingat Jisung yang gugup saat mengajaknya untuk menemui sang ayah, ia yakin jika ayah Jisung bukan orang yang ramah.

"Kau baik baik saja? Apa demam mu datang lagi?" Tanya Jisung sembari melirik Chenle yang hanya terdiam kaku.

"Chenle?"

"...."

"Hey" di raihnya tanggan Chenle yang memeluk bingkisannya sangat erat.

"Kau gugup? Tanganmu dingin sekali"

"Jisung, apa ayahmu orang baik?"
"Eemmm, maksudku apa dia orang yang ramah dan mudah bergaul dengan teman temanmu?"

"Ayah? Jujur dia orang yang sangat pemilih"

"Jisuuuung, jangan membuatku semakin gugup" rengek Chenle.

"Aku berkata jujur, dulu saja saat aku mengenalkan fleur, mereka baru bisa akrab setelah 4 bulan, ayah memang pemilih tapi ia tak jahat"

"Fleur yang baik saja bisa sampai 4 bulan, bagaimana denganku?" Wajah Chenle semakin murung setelah mendengar penuturan Jisung.

Jisung hanya menggeleng, ia tak bisa menanggapi karena ia juga tak tau bagaimana reaksi sang ayah nanti. Tak lama mereka susah sampai di parkiran flat Jisung. Berkali kali Chenle mengatur detak jantungnya tapi perasaan gugupnya juga semakin menghampirinya.

Jisung yang melihat itu langsung menggenggam tangan Chenle lalu dikecupnya tangan halus itu.

"Jangan takut"

"Berhentilah membual park, aku yakin kau juga gugup" kesal Chenle

"A-aku hanya ingin menguatkanmu"

Jisung cukup takut untuk menekan password pintu flatnya, tapi ayahnya sudah menunggu. Dengan sedikit ragu ia membuka pintu itu, dan benar sang ayah sudah duduk di sofa rumahnya itu.

"Selamat pagi ayah" sapa Jisung kaku, apa apaan ini?

"Hai paman" sapa Chenle dengan cengirannya.

Tidak ada respon apapun dari pria paruhbaya itu. Chenle berinisiatif keluar dari belakang tubuh Jisung memberanikan diri untuk mendekat pada ayah Jisung.

"Paman, aku membuatkanmu sup ikan, apa paman sudah sarapan? Aku membuatnya tadi" ujar Chenle setelah duduk di sebelah ayah Jisung dan mengeluarkan bingkisannya.

"Apa kau kekasih Jisung?"

Oh to the point

"Ayah"

"A-aku" Chenle melirik pada Jisung mencoba untuk meminta bantuan. Jisung yang mengerti akan hal itu langsung mendudukkan dirinya di sebelah Chenle dan menggenggam tangannya.

"Ya, dia kekasihku, perkenalkan ayah, namanya Chenle"

"Kau memberiku ini tanpa memperkenalkan durimu dahulu anak muda?" Tanya ayah Jisung seakan tak peduli dengan ucapan anaknya.

"Ma-maaf, maaf paman aku terlalu antusias" chenle menundukkan kepalanya karena merasa bersalah.

"Kau membuat ini?" Tanya ayah Jisung lagi.

"Eoh? Ah iya paman, apa paman belum sarapan? Biar aku ambilkan piringnya" ujar Chenle lalu pergi mengambil peralatan makan untuk ayah Jisung.

"Ayah, kenapa suasana ini memjadi menyeramkan? Ayolaaah, lihat dia anak yang baik, jangan membuatnya takut"

"Kau memerintahku park?"

"Bukan begitu, hanya saja, segeralah mengakrapkan diri dengannya"
"Lihat bahkan ia masih sempat memasakkan sup untukmu"

Duality - Jichen ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang