BAB 1

291 15 1
                                    

"1000 tahun lalu, hidup seorang Pangeran dari negeri Mahesri; negeri yang terletak di pinggiran lautan selatan. Pangeran Yan adalah pewaris tahta dari kerjaan Mahesri Putra dari Raja Delta dan Pe.rmaisuri Candrukuna. Pada usia 16 tahun Pangeran Yan diangkat sebagai Raja menggantikan Raja Delta yang telah wafat di medan perang, Pangeran Yan telah menikahi Putri Tanila atau Ratu Anilka pada usia 8 tahun. Saat itu, Pangeran Yan kecil menolak untuk menikahi Putri Tanila karena menganggap Putri tersebut angkuh dan egois karena mengandalkan statusnya sebagai Putri Sulung Kerjaan Timur yang dipimpin oleh Ayahnya; Raja Narga. Tapi pendangan Pangeran Yan kecil pada Putri Tanila berubah saat mereka sama-sama tersesat di hutan terlarang karena berburuh, malam itu Pangeran Yan kecil melihat sosok lain dari gadis kecil itu, yaitu gadis kecil rapuh dan penuh tekanan. Dan mulai hari itu juga Pangeran Yan kecil berjanji untuk melindungi Putri Tanila sampai akhir hidupnya. Walaupun nyawanya harus ditukar oleh kehidupan Putri Tanila."

Setelah gadis cantik itu membacakan kisah dari buku usang tersebut. Suara gemuruh tepukan tangan akhirnya terdengar.

"Wahh... Ceritanya bagus sekali," komentar gadis manis berseragam SD.

"Apa mereka berdua live happily like the story in general?" Kini giliran remaja lelaki berseragam SMP yang bertanya setelah meminum susunya.

Gadis berambut blonde itu mengangguk pelan lalu berkata, "Pa-" Namun terhenti saat seorang lelaki berambut acak-acakkan datang menyelanya.

"Raja Yan meninggal di medan perang demi menyelamatkan Ratu Anilka yang datang ke sana setelah melahirkan Putra Kecil mereka," sela lelaki berseragam SMA dengan wajah ganteng khasnya.

"Is that true, Mbak?" tanya gadis manis itu, lagi.

Dengan wajah jengkelnya gadis itu mengangguk.

"Hmm... Tapi cerita yang lo sebutkan itu bukannya cerita Pangeran Pahlevi dan Putri Samma?" Lelaki berseragam SMA dengan nama tag Arswal Prafindah itu kembali bertanya sambil mengambil roti selai yang ada di atas meja makan.

Kanita Prafindah; gadis yang juga memakai seragam yang sama dengannya itu langsung menjawab, "Kisah mereka hampir sama. Bedanya, Pangeran Pahlevi hanya bisa mencintai Putri Sariimma tanpa bisa melindunginya, tidak seperti Pangeran Yan yang bersungguh-sungguh melindungi Putri Tanila sampai-sampai dia harus mengorbankan kehidupannya." Lalu mengambil satu lembar roti dan mengoleskannya dengan selai coklat kesukaannya.

Awal berdesis, "Sama ajah bucin! Gue berangkat dulu yah!" pamitnya sambil berjalan keluar dari rumah mewah itu.

"Mas! Tannu ikut! Mbak Nita, Mas Bam, Tannu berangkat yah!" ujar gadis manis itu, lalu berjalan terburuh-buruh keluar rumah.

"Lo nggak ikut Bam?"

"Males. Nanti ajah," balas lelaki itu, pelan.

Nita terkekeh lalu menatap lelaki itu kembali. "Apa menurut lo setelah Ayu mengundurkan diri sebagai Menantu Prafindah, ada gitu perempuan yang bisa menggantikan dia?"

Bams langsung menggeleng. "Menurut gue nggak ada, Mbak. Karena cuma Mbak Ayu yang bisa mendampingi Mas Awal sebagai penerus tahta Prafindah."

.
.
.

"Arswal Prafindah..." Baru saja lelaki itu ingin masuk ke dalam mobil setelah mengantarkan Tannu ke SD MERAH PUTIH langsung terhenti saat mendengar suara seseorang yang sangat ia kenali. Dan tentunya aroma ini. Ia sudah dapat menebak dengan pasti.

"Ada apa, Yu?" Awal lantas berbalik, dan benar saja. Rahayu Velet sedang berdiri dengan senyum anehnya. Tumben sekali.

Gadis itu lantas mengeluarkan satu buah dupa dan menyalakan korek api di depan lelaki tersebut. Yang membuat Awal langsung terbatuk-batuk karena bau menyengat dari dupa itu. "Lo mau manggil ifrit jenis mana lagi, Yu?"

Sedang Ayu hanya diam. Diam. Lalu menatap Awal dengan tatapan nanar dan ekspresi datarnya. "Selamat ulang tahun perjodohan yang ke-9 tahun, Mas!"

"Hah?" Awal langsung mengeluarkan ponselnya dan melihat tanggal 31 Januari, ternyata.

"Sudah 3 tahun Direktur Lee belum mengesahkan pembatalan pertunangan kita." Ayu menatap lelaki itu dengan tatapan tajam. "Gue mau pembatalan pertunangan kita. Harus batal sebelum angka-10."

Setelah mengatakan itu Ayu langsung membuka pintu mobilnya dan mengambil tasnya. Lalu berjalan ke arah mobil Awal. Gadis itu langsung masuk dan duduk diam di kursi samping pengemudi. "Kita bentar lagi telat, Mas...," ucap Ayu sambil tersenyum miring.

Awal hanya mendesah kasar seakan merutuki nasibnya sendiri. "Dah egois, serakah pula."

"I heard it, Mas..."

"Hal segampang pertunangan kita aja lo gak bisa... Apa yang lo bisa sih, Wal?" ucap Ayu, dengan nada meremehkan. Dari kecil lelaki itu memang tidak dapat diandalkan dalam semua hal, Awal hanya tau bermain game dan juga menggoda wanita. Ayu kembali menatap Awal yang fokus mengemudi. "Gue kasihan sama cewek yang bakal jadi Istri lo nanti, Mas..."

Awal hanya bisa memegang kepalanya, seakan sudah pusing dan tidak tau lagi cara menghadapi calon mantan tunangannya ini. Apalagi di situasi lampu merah seperti sekarang. "Gue bisa adopsi salah satu nama bintang jadi nama lo," sahut Awal dengan dengan nada serius dan meyakinkan.

"Hah?" Tawa Ayu langsung menggelegar yang membuat Awal juga ikut tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Lo emang gila, Mas," ujar gadis itu disela tawanya.

"Kenapa? Terlalu kekanak-kanakkan yah?"

"Lo emang dari dulu lebih childish daripada gue."

***

Hai, semoga kalian enjoy membaca cerita ini.

FATED: MAYBE, IN ANOTHER LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang