Dari jauh Lea melihat Wira sedang berbicara dengan Manda-guru baru yang baru saja mengajar beberapa hari di sekolahnya. Sepertinya keduanya saling kenal, pikir Lea.
Tanpa Lea sadari seseorang telah berdiri di sebelahnya sambil berbicara. "Manda adalah mantan pacarnya saat SMA."
"Astaga, Pak Arman! Mengagetkan saja," sahut Lea terkejut.
Lea kembali mengarahkan tatapannya ke arah Wira. 'Jadi dia punya mantan. Padahal cantik kenapa putus?' gumam hati Lea.
"Cantik, tapi tidak secantik yang terlihat."
Lea kembali terkejut. 'Apa dia bisa baca pikiran orang?'
Namun, apa yang Arman ucapkan membuat kening Lea mengerut. 'Tapi, apa maksud dari perkataannya itu?'
Arman menatap Lea lalu berkata, "Hindari wanita menyebalkan itu dan jangan berurusan dengannya."
"Apa maksud Bapak?" Lea bingung.
"Kalau penasaran tanyakan saja pada Andra," ucapnya lalu pergi.
"Hah?"
Lea masih bingung dengan maksud dari ucapan Arman, tapi ada satu hal yang bisa dia mengerti. Sepertinya Arman tidak menyukai wanita itu.
Lea kembali menatap Wira dan Manda. Kali ini terlihat Wira sedikit kesal dengan lawan bicaranya itu. Lea tidak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan, namun dia bisa melihat jelas ekspresi kesal di wajah Wira.
"Ah, apa yang kulakukan? Kenapa juga aku harus peduli, toh bukan masalahku," gumam Lea, namun ada bagian kecil di hatinya yang merasa tercubit.
"Lea!" Dari jauh ada yang memanggil namanya.
Seorang gadis manis menghampiri Lea lalu merengkuh lengannya. "Kucari dari tadi ternyata di sini. Ke kantin yuk, aku lapar," ujar gadis itu.
Lea mengangguk pada teman dekatnya yang bernama Lily. Gadis itu baru saja kembali masuk sekolah setelah hampir dua bulan di rawat di rumah sakit akibat kecelakaan yang dialaminya.
●●●●●
"Kamu tadi ngapain bengong begitu, ada masalah?" tanya Lily.
Lea menggelang, kini keduanya telah duduk di bangku kantin setelah memesan dua mangkuk bakso dan es jeruk.
"Kukira kamu ada masalah di tempat baru. Apa kamu betah tinggal di rumah kenalan orangtuamu itu?"
"Mereka semua baik kok, Tante Tania juga sangat baik, karena dia aku jadi betah."
'Hanya saja akhir-akhir ini tingkah anaknya itu bikin aku jadi nggak betah,' lanjut batin Lea.
"Boleh nggak kapan-kapan aku main?" tanya Lily dengan tatapan berseri-seri.
Lea terlihat kikuk. "Kalau itu aku harus izin dulu, aku agak sungkan dan takut merepotkan mereka kalau bawa teman pulang ke rumah."
Lily mengangguk tanda mengerti. "Baiklah...."
Lea tersenyum. "Kamu benar sudah sembuh total?" tanya Lea mengalihkan topik.
"Seperti yang kamu lihat, kakiku sudah bisa dibuat jalan dengan normal. Dokter hanya melarang untuk melakukan aktifitas berat."
"Syukurlah...," Lea tampak lega.
"Maaf, membuatmu jadi khawatir," ujar Lily.
"Bukan cuma khawatir, tapi aku juga takut. Kamu koma selama lebih dari dua minggu, kukira aku akan kehilangan kamu, Ly!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Adorable Love
RomancePernahkah kamu membayangkan tinggal serumah dengan guru killer-mu yang selalu berpenampilan culun saat di sekolah, namun kenyataannya memiliki paras tampan serta tubuh perfect yang tidak diketahui olah satu sekolah? Leandra Clarissa sebelumnya tidak...