• 08

2.3K 289 2
                                    

⊱┊─╼𝓼𝓾𝓻𝓻𝓮𝓹𝓽𝓲𝓽𝓲𝓸𝓾𝓼 ╾─┊⊱

Lagi-lagi banyak orang menggunjing tentang jembatan di Sungai Han. Untuk ketiga kalinya dalam kasus yang berturut-turut, Jembatan Sungai Han menjadi TKP sebuah kasus kecelakaan.

Seorang pria yang diduga masih berumur belasan tahun menabrakkan diri kesebuah truk yang tengah melaju dengan kecepatan sedang.

Peristiwa itu membuat jembatan ini menjadi padat dan sulit bergerak. Deretan mobil dengan perasaan kesal melaju perlahan-lahan. Dari deretan tersebut, mobil Yixing menjadi salah satunya.

Mobil yang Yixing kendarai melaju lambat akibat jalanan yang padat. Kini ketiga orang itu sampai di tujuan utamanya, yaitu jembatan sungai Han. Hanya ini tempat yang dirasa Joy akan Renjun kunjungi.

Perasaan Joy semakin tidak enak ketika melihat kondisi jalanan yang padat. Dikursi belakang, Karin ketakutan. Seandainya ia bisa menahan kantuknya lebih lama lagi.

Joy menggigit kukunya panik. "Gak bisa. Aku harus turun." Final Joy.

"Joy-" Baru saja hendak Yixing hentikan, namun wanita itu sudah duluan membuka pintu lalu turun dari mobil. Kemudian berlari kecil dipinggir jembatan melewati barisan mobil-mobil yang juga terjebak macet.

Sama halnya dengan Joy, Karin langsung membuka pintu tanpa persetujuan Yixing. Ia terlalu diselimuti pikiran negatif serta hati yang rasanya ada yang mengganjal.

Yixing hanya menghela nafas membiarkan mereka. Toh, nanti didepan ia juga akan bertemu lagi dengan keduanya.

Langkah Joy terhenti didepan sebuah kertas panjang bertuliskan police line. Nafasnya terengah, netranya langsung menemukan seorang pria bersimbah darah yang baru saja diletakkan diatas sebuah brankar oleh tim medis.

Waktu seolah terasa berhenti, pendengarannya perlahan menuli. Tak ingin lagi mendengar dengungan khas ambulance yang terus saja ia dengar. Pejaman mata pria itu membuat hati Joy kembali menggila.

Dibelakangnya, Karin sontak tenjongkok lemas. Menatap lurus pada Renjun. Sepupunya yang sudah ia anggap seperti saudara kandung. Hatinya tersenyuh. Alisnya mengkerut seiring air mata yang berjatuhan.

Berbeda dengan Joy. Tak ada sepatah isakan dari mulutnya. Ekspresinya mengatakan, bahwa ia menyangkal peristiwa yang barusan terjadi. Kakinya berlari kencang kearah ambulance yang baru saja pintunya hendak tertutup.

"Renjun!!" Teriakkannya menarik perhatian beberapa orang asing disana.

Tubuhnya dihalangi oleh tangan seseorang ketika hendak menghampiri Renjun. "Nona, anda tidak boleh sembarangan melewati garis polisi."

Joy menghentakkan tangan pria tua itu. "Saya keluarganya!" Bentaknya. Ia langsung memasuki ambulance kemudian mobil itu melaju dengan kencang. Membelah panjangnya jalan jembatan di sungai Han.

Dengan tangannya yang bergetar, Joy menangkup kedua bahu Renjun perlahan. Ia menggumam nama Renjun. Dilihatnya darah mengucur dari beberapa bagian tubuh Renjun.

Disebrang, terdapat perawat yang mencoba untuk menghentikan darah yang mengucur dari kepala pria itu. Lalu disebelahnya, terdapat perawat yang berusaha keras untuk memompa jantung Renjun yang melemah. Kemudian seorang lagi bertugas membacakan detak jantung Renjun.

Untuk kesekian kalinya, hati Joy hancur. Ia terlalu panik hingga bingung pada apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Tangan bergetarnya memeluk kakinya lalu menenggelamkan wajahnya disana dengan tangisannya.

Ketiga orang medis yang sedang sibuk itu merasa cukup terganggu, namun mereka masih memakluminya.

Walau bukan anak kandungnya, Joy tentu saja merasa sangat hancur ketika melihat banyak darah yang keluar dari tubuh Renjun. Sejak lahir hingga Renjun sebesar ini, Joy selalu menyayanginya. Terkadang juga mereka sering berlibur bersama. Membuat Joy yang selalu menginginkan anak lelaki, akhirnya merasa terkabul dengan kehadiran Renjun. Tetapi itu tak mengurangi rasa sayangnya pada Karin anak kandungnya. Mengingat seberapa besar perjuangannya untuk mendapatkam hasil dua garis biru di sebuah benda kecil itu.

Reinkarnasi | Renjun [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang