• 03

2.4K 308 31
                                    

⊱┊─╼𝓼𝓾𝓻𝓻𝓮𝓹𝓽𝓲𝓽𝓲𝓸𝓾𝓼 ╾─┊⊱

Pagi kembali menyambut. Kali ini Renjun memberanikan diri untuk mandi seperti biasa. Dan hasilnya, tubuhnya terasa perih semua. Ia juga sempat heboh sendiri saat memakai seragamnya. Padahal ia sudah berhati-hati, tetapi beberapa luka yang mengenai kain seragamnya terasa perih.

Kini, siaplah ia dengan semuanya. Hanya belum siap bertemu dengan Seulgi. Semalam ia tidak keluar kamar dan berpura-pura tidur ketika Seulgi pulang. Ya, terlalu gengsi untuk menemui Seulgi.

Akhirnya Renjun melangkah menuruni tangga rumahnya dengan perlahan. Berharap tak langsung bertemu dengan Mamanya. Namun, ekspetasi memang tidak bisa dibawa tinggi-tinggi.

"Jun? Udah siap? Baru mau Mama panggil. Ayo langsung berangkat aja. Mama harus dateng pagi. Kamu sarapan di mobil, gak apa-apa 'kan? Itu udah Mama siapin, tinggal bawa aja."

Renjun mengangguk lalu mengambil kotak bekal yang dimaksud Seulgi. Kemudian ia membuntuti Seulgi yang berjalan terlebih dahulu.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Renjun memakan sarapannya dengan canggung. Disampingnya Seulgi fokus menyetir.

"Kata Bibimu, kompres pake es lukamu yang bengkak supaya cepet kempis. Tau 'kan caranya?" Seulgi membuka obrolan.

"Iya, Ma. Tapi gak banyak yang bengkak kok. Sakitnya juga udah lumayan gak kerasa, kayaknya udah mau sembuh." Jawab Renjun.

Seulgi tersenyum. Ada perasaan lega dihatinya ketika akhirnya Renjun mau bicara dengannya. Mungkin ia tak akan lagi mengungkit tentang kejadian itu.

"Syukurlah." Ucap Seulgi.

Keduanya pun hanyut dalam pikiran masing-masing. Menikmati sebuah lagu yang mengalun dari radio mobil.

"Don't stop the music wae meomchwoisseo chumchudeut doraga.. life is a party so, ttakhi mwol anhaedo tick-tock-tick-tock. Life is going on, geujo heulleoga."

Keduanya sontak bernyanyi pada bagian reff. Kemudian tertawa sembari tetap bernyanyi. Hingga tak sadar mereka telah sampai di depan sebuah sekolah.

Renjun membuka seltbelt yang melilitnya. Kemudian turun dari mobil setelah pamitan. Namun langkahnya terhenti ketika teringat sesuatu. Ia kembali mendekati mobil Seulgi.

Seulgi membuka jendela. "Mama pulang jam berapa nanti?" Tanya Renjun.

Seulgi nampak berfikir. "Gak tau, kayaknya sedikit malam. Nanti Mama telfon kamu aja. Kalo Mama pulang telat, kuncinya Mama taruh di atas kusen pintu." Jawab Seulgi.

Renjun mengangguk mengerti. "Iya deh. Renjun masuk dulu. Mama hati-hati ya."

Seulgi tersenyum lalu menutup jendela mobilnya. Kemudian menjalankan mobilnya meninggalkan pekarangan sekolah Renjun.

Begitu pula Renjun. Ia berbalik memasuki sekolahnya. Tangannya menepuk pelan perut bawahnya yang.. seperti biasa, terasa nyeri.

Langkah Renjun terhenti kala ia mendengar suara tawaan beberapa orang. Ragu untuk melangkah memasuki kelas. Tetapi akhirnya kembali melangkah ketika ia sadar tak ada pilihan lain.

Beberapa orang tersebut berhenti tertawa kala Renjun memasuki kelas. Digantikan dengan bisikan dan kekehan.

Renjun dengan perasaan tak enaknya tetap melangkah untuk menyambangi mejanya. Namun..

Reinkarnasi | Renjun [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang