TW! Harsh word, lil bit physical abuse
(Kissing)Renjun merebahkan badannya di atas tempat tidur. Menatap langit-langit kamar untuk mengistirahatkan tubuh.
Ponselnya berdering, membuat Renjun terpaksa bangkit dan merogoh benda pipih tersebut dari ranselnya. Ia menemukan nama Jaemin pada top up notifikasi dan tersenyum begitu membaca pesan yang dikirimkan.
Pria itu segera membersihkan diri sebelum bersiap untuk bertemu Jaemin. Mengenakan t-shirt dan celana kain. Setelah merasa penampilannya cukup, pria itu berjalan menuju taman di dekat apartemennya untuk menunggu Jaemin.
Kedua sudut bibir Renjun terangkat. Hatinya menghangat memikirkan akan pergi berkencan dengan Jaemin malam ini.
Sayangnya, sudah setengah jam lebih Jaemin belum juga datang. Renjun mengirim pesan kepada kekasihnya tersebut, tapi tidak kunjung ada balasan.
Udara mulai dingin hingga Renjun bisa merasakan angin menembus kulitnya. Bahkan sesekali Renjun dibuat menggigil.
Hampir dua jam dan Jaemin masih belum datang. Tubuh Renjun kedinginan, tapi hatinya lebih sakit. Meskipun begitu, pria mungil itu tidak beranjak dari tempat duduknya dan memilih menundukkan kepalanya.
"Bodoh"
Mendongak, Renjun tersenyum menatap Jaemin berdiri di depannya.
"Kenapa kau masih disini? Kalau aku tidak datang apa kau akan tetap menunggu sampai besok?! Otakmu di mana?" Ucap Jaemin.
Tapi kalau aku pergi, kau pasti akan memukulku, Jaemin.
"Sekarang kau sudah datang, jadi tidak masalah," Jawab Renjun sembari tersenyum.
Jaemin berdecak kemudian melepas jaketnya, memasangkannya pada tubuh Renjun. Namun, seketika hidung pria bermata rubah itu menyipit.
Aroma jaket milik Jaemin berbeda. Jaemin biasa beraroma kayu jati, tapi Renjun mencium bau lain. Bau bunga mawar segar yang tentu bukan milik Renjun, karena dirinya memakai parfum beraroma vanila.
"Jaem, kau darimana?" Tanya Renjun.
"Aku dari rumah Yoona. Dia sendirian dan ketakutan, jadi aku menemaninya." Jawab Jaemin.
"Kenapa jaketmu beraroma mawar?" Renjun kembali bertanya.
"Mungkin parfum Yoona menempel, karena tubuhnya sedikit demam dan dia memelukku."
Renjun mengepalkan tangannya erat.
"Kenapa tidak mengabariku jika sedang bersama Yoona?"
Jaemin mengernyit mendengar pertanyaan Renjun.
"Ada apa denganmu? Kenapa cerewet sekali bertanya ini dan itu. Kau kesal karena aku tidak mengabarimu? Harusnya kau pergi saja kalau aku tidak datang setelah satu jam dan tidak seperti orang dungu dengan menungguku disini. Kau pikir ini keren? Kau merasa seperti kekasih yang begitu setia? Tidak. Kau justru kelihatan bodoh." Oceh Jaemin yang membuat Renjun menggigit bibir bawahnya.
"Kalau aku pergi apakah kau tidak akan memukulku? Kau selalu memukulku saat aku pergi, tapi mengomel saat aku tinggal. Memakiku dengan kalimat bodoh berkali-kali dan aku bahkan tidak boleh bertanya pada kekasihku sendiri?" Ucap Renjun sembari menatap Jaemin dengan sorot terlukanya.
"Kau menganggap ku apa, Jaemin? Ini bukan pertama kali kau mengingkari janji. Aku juga punya hati, Jaemin. Tolong lihat aku sekali saja. Jika memang tidak bisa maka lepaskan aku," Renjun melanjutkan ucapannya sebelum berdiri dan melepaskan jaket milik Jaemin.
Memberikan kembali jaket itu dan berlalu dari hadapan Jaemin dengan air mata membasahi wajahnya.
Hatinya begitu sakit meski ini bukan kali pertama Jaemin membatalkan janji sesukanya. Renjun lelah, tapi tidak bisa berhenti.
Renjun terkejut saat pergelangan tangannya tiba-tiba diraih dengan kasar. Otaknya belum sempat memproses saat Jaemin menariknya menuju kendaraan roda empat miliknya.
Renjun begitu terkejut bahkan saat Jaemin mendorongnya kasar agar masuk ke dalam mobil milik pria itu.
Dengan cepat, Jaemin duduk di kursi kemudi, mengunci pintu dan mencium bibir Renjun dengan kasar hingga pria mungil itu membelalakan mata kaget.
Renjun mencoba melepas ciuman Jaemin di bibirnya, tapi pria itu semakin memperdalam ciumannya. Menghisap dan menggigit bibir mungil milik Renjun, menahan kedua tangan Renjun dengan erat hingga pria itu tidak mampu memberontak. Setelah cukup puas, Jaemin baru melepaskan tautan bibir keduanya.
Pria itu menatap wajah Renjun yang memerah dengan bibir bengkaknya.
"Aku mencintaimu" Bisik Jaemin yang membuat Renjun menatap pria itu tepat di kedua bola matanya.
"Kau tidak mencintaiku. Kau menyakitiku, Jaemin."
"Aku bersalah"
Jaemin melepas cengkraman tangannya dari pergelangan Renjun. Mengecup sekilas bibir kekasihnya dan mengusap wajah basah pria di hadapannya.
"Aku bersalah. Ponselku mati dan aku tidak tega meninggalkan Yoona. Aku lupa kalau harusnya aku lebih tidak tega pada kekasihku yang menunggu sendirian. Aku minta maaf."
Jaemin berucap sembari mengecup punggung tangan milik Renjun.
Renjun sendiri hanya mampu menghela napas panjang. Ia tidak ingin berdebat lagi. Tenaganya sudah habis dan Renjun lelah baik secara fisik ataupun hatinya.
"Kita makan malam dulu oke?" Ucap Jaemin dan hanya dianggukki oleh Renjun.
Karena Renjun tahu, menolak pun tidak akan ada gunanya dan itu hanya akan membuat Jaemin marah.
Keduanya akhirnya menikmati makan malam bersama dan dengan cepat perasaan Renjun membaik.
Perlakuan manis Jaemin membuatnya lupa pada kejadian satu jam lalu, bahkan kejadian sebelum ini. Seolah sudah benar-benar jatuh dan terpikat, Renjun mengabaikan perasaannya sendiri.
.
🙂
KAMU SEDANG MEMBACA
YOURS
FanfictionTerlalu mencintai, hingga tidak sadar sudah tidak ada yang tersisa dalam hati. jaemren! bxb jaemin x renjun