Aku (tidak) Baik-Baik Saja

2.6K 389 9
                                    

Hari pertama tanpa Jaemin—

Tidak benar-benar tanpa Jaemin, sebab pagi-pagi sekali, pria itu sudah mengirim pesan selamat pagi dan mengingatkan Renjun untuk makan. Sempat terkesima karena Jaemin jarang melakukan hal itu.

Biasanya, Jaemin akan mengabaikan Renjun yang sedang kesal, sebab ia tidak pernah berani marah atau Jaemin akan mengumpatinya dan kali ini, untuk pertama kalinya Renjun marah hingga memutuskan beristirahat dari hubungan mereka.

Renjun sudah memikirkannya baik-baik mulai dari semalam, apakah hubungan mereka sebaiknya dilanjutkan atau berhenti.

Renjun mengulang kembali momen yang sudah mereka lewati dan mempertimbangkannya dengan baik.

Keputusannya masih sama, mempertahankan hubungannya dengan Jaemin. Namun, ia akan melihat bagaimana sikap Jaemin untuk satu minggu ini. Jika Jaemin bersikap pasif, Renjun akan memutuskan berhenti.

Menghela napas panjang, Renjun melanjutkan langkahnya menuju kelas.

Dirinya dikejutkan dengan Haechan yang tiba-tiba merangkulnya.

"Selamat pagi!"

"Astaga! Haechan, kau membuatku terkejut," ucap Renjun.

"Kau tampak melamun. Jadi, aku sengaja mengejutkanmu supaya kau tidak melamun lagi. Aku dengar, ada arwah yang akan merasuki tubuh orang yang sedang melamun di pagi hari seperti ini," cerita Haechan.

"Jangan membual," jawab Renjun sembari menyingkirkan lengan Haechan dari bahunya.

"Aku tidak membual. Kau tahu anak fakultas sebelah yang menjadi duta kampus tahun lalu? Dia kerasukan saat pagi-pagi melamun di taman kampus," ujar Haechan.

"Iya, iya, aku percaya," ujar Renjun.

Keduanya melanjutkan langkah menuju lantai dua hingga tidak sengaja bertemu dengan Jaemin yang hendak turun. Entah alasan apa yang membuat Jaemin sudah berada di kampus sepagi ini, tapi Renjun bisa melihat wajah sayu milik kekasihnya.

"Renjun," gumam Jaemin pelan.

Renjun berdeham kecil dan segera melanjutkan langkahnya. Mengabaikan Jaemin yang masih berdiri di tempatnya, memandangi punggung sempit milik Renjun.

"Ren, kau mau ke museum? Ada museum di Gangnam dan aku mendapatkan dua tiket berkat ayahku. Kalau kau tidak mau, aku bisa mengajak temanku yang lain," ucap Haechan tiba-tiba.

"Oh? Kapan?" tanya Renjun.

"Besok siang, bagaimana?"

"Boleh, kebetulan kuliahku hanya sampai pukul sebelas," jawab Renjun.

"Oke, besok aku akan menghubungimu."

Keduanya masuk ke kelas masing-masing dan disibukkan dengan mata kuliah.

.

Begitu menyelesaikan mata kuliahnya hari ini, Renjun memilih mengistirahatkan tubuhnya sebentar di taman kampus. Memejamkan mata dan menikmati angin sore yang menerpa wajahnya. Renjun tidak tahu bahwa Jaemin tengah memandanginya. Berdiri di tempat yang tidak bisa Renjun lihat.

Pria itu tersenyum simpul melihat wajah tenang Renjun yang terpejam.

Setelah Renjun mengatakan ingin istirahat kemarin, Jaemin menyadari ketakutannya kehilangan Renjun semakin besar.

Jaemin sadar bahwa ia tidak bisa kehilangan Renjun, tapi dirinya juga tidak bisa melepaskan Yoona begitu saja. Ayah Yoona menitipkan gadis itu kepadanya. Belum lagi, mereka sudah bersama sejak kecil. Tidak mudah bagi Jaemin mengabaikan Yoona begitu saja.

Padahal bukan itu yang Renjun inginkan. Jaemin masih belum memahaminya.

Renjun tidak sama sekali meminta Jaemin agar mengabaikan atau meninggalkan Yoona. Renjun hanya ingin Jaemin bersikap tegas. Tahu apa yang harus dipilih dan diprioritaskan. Sebab, seringkali Renjun merasa kehadirannya justru seperti orang ketiga.

Jaemin menatap Renjun yang sudah bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menjauh. Lantas setelahnya, Jaemin ikut beranjak dari tempatnya.

Pria itu berjanji mengantar Yoona pulang dan sudah setengah jam Yoona menunggu Jaemin di kantin.

Jaemin menatap sahabatnya yang tengah sibuk memainkan ponselnya, kemudian berjalan menghampiri gadis itu.

"Maaf lama," ucap Jaemin.

"Tidak apa-apa Jaemin. Ayo pulang, aku lapar. Sebelum sampai rumah, kita makan dulu, ya?" ucap Yoona yang dianggukki oleh Jaemin.

Jaemin mengendarai mobilnya dan berhenti di depan restoran hotpot yang membuat kedua alis Yoona bertaut bingung.

"Jaem, kau mengajakku makan hotpot? Aku tidak bisa makan pedas kalau kau lupa," ucap Yoona yang membuat Jaemin terkejut. Pria itu tengah memikirkan Renjun hingga tanpa sadar membawanya ke restoran favorit kekasih mungilnya tersebut.

"Maaf, aku lupa," jawab Jaemin.

"Kau baik-baik saja?" tanya Yoona.

"Aku baik. Hanya sedikit mengantuk karena semalam begadang mengerjakan tugas," bohong Jaemin.

"Bukankah kau bilang padaku ingin tidur bahkan saat masih pukul sembilan?" Yoona kembali bertanya.

"Benar, aku sudah tidur. Baru setengah jam sampai salahsatu temanku mengirim banyak pesan sampai melakukan panggilan suara. Ternyata ada tugas yang harus diselesaikan. Akhirnya aku terpaksa bangun dan baru bisa tidur kembali pukul empat."

Bohong. Jaemin melanjutkan kebohongannya dengan lancar.

Semalam, ia pergi keluar agar kepalanya tidak dipenuhi rasa takut akan kemungkinan terburuk dari hubungannya dengan Renjun.

Jaemin mengunjungi tempat-tempat yang menjadi saksi hubungannya dengan Renjun dan pagi-pagi sekali mengunjungi rooftop kampus hanya untuk menenangkan diri.

Beruntungnya, kebohongan itu dipercayai Yoona.

"Makanya, besok kalau ada tugas langsung dikerjakan supaya kejadian seperti ini tidak terulang kembali," ucap Yoona dan dianggukki oleh Jaemin.

"Ayo, kita ke restoran biasa."

Jaemin mengangguk dan segera melajukan kendaraan roda empatnya menuju salahsatu restoran favorit Yoona.

Jaemin benar-benar kacau, padahal baru satu hari Renjun tidak berada di sekitarnya. Sayangnya, pria itu belum memahami benar keinginan kekasih mungilnya dan masih belum tahu harus memilih keputusan apa.

.
















Hai, maaf baru update dan maaf ngebosenin atau gak nyambung. Jujur otak aku juga lagi gak konek, tapi harus update. Makasih yg setiap baca, vote, dan komen. Kalian mood banget 🥰

YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang