Renjun bangun di pagi hari dengan tubuh yang sudah lebih bugar. Meski suhu badannya masih hangat dan kepalanya sedikit berdenyut, setidaknya rasa sakit itu tidak separah kemarin.Pria mungil itu segera mandi dan berganti pakaian. Hari ini ia harus melakukan bimbingan untuk laporan salahsatu tugas mata kuliahnya.
Renjun pikir Jaemin sudah kembali ke rumahnya namun ia justru dikejutkan dengan Jaemin yang tengah sibuk di dapurnya.
"Kau sudah bangun?" Tanya Jaemin.
Pria itu buru-buru menempelkan punggung tangannya di kening Renjun.
"Syukurlah, demamnya sudah turun. Ayo, sarapan dulu." Ucap Jaemin sembari menggandeng lengan Renjun.
Pria mungil itu tidak sempat menolak dan hanya menuruti perintah Jaemin.
Keduanya makan tanpa suara hingga Renjun berhasil menyelesaikan makanan miliknya.
"Aku sudah selesai dan harus berangkat ke kampus. Ada bimbingan hari ini dan aku takut terlambat. Kalau kau masih ingin —"
"Aku antar," Potong Jaemin.
Renjun hanya melihat kekasihnya yang tampak terburu-buru mengambil kunci mobil miliknya.
"Ayo." Ucapnya sembari menggandeng tangan Renjun.
Tidak ada yang bersuara selama perjalanan menuju kampus. Renjun memilih menatap jalanan dan Jaemin dibuat canggung harus mengatakan apa.
Hingga keduanya sampai, Renjun baru menatap pria di sampingnya tersebut.
"Terima kasih sudah mengantar dan merawatku. Aku pergi," Ucap Renjun.
"Aku akan menjemputmu nanti," Ujar Jaemin.
"Tidak perlu. Aku harus mampir ke toko buku dan ke laboratorium, jadi tidak perlu menjemputku. Hari ini jadwalmu berlatih basket, bukan? Semangat dan jangan lupa makan." Ucap Renjun sebelum turun dari kendaraan roda empat tersebut.
Jaemin tidak sempat membalas ucapan Renjun dan hanya mampu menatap punggung mungil kekasihnya.
Menghela napas panjang, Jaemin menatap gantungan berisi foto dirinya dan Renjun saat keduanya berjalan-jalan ke pantai satu tahun lalu.
Senyumnya mengembang sembari mengusap wajah Renjun yang tampak manis.
"Sudah lama sekali sejak terakhir kali aku mengajakmu pergi. Sepertinya menyenangkan kalau minggu ini aku mengajaknya berkencan. Renjun pasti senang," Monolog Jaemin.
Pria itu melajukan mobilnya meninggalkan pelataran kampus. Ia harus berganti pakaian terlebih dahulu sebelum berangkat kuliah.
Hari ini Jaemin kuliah siang, jadi ia bisa istirahat sebentar. Semalam ia kurang tidur karena menjaga Renjun.
.
Jaemin melangkah melewati koridor kampus, mengangguk kecil membalas sapaan teman-temannya dan mengabaikan para gadis yang terang-terangan mengaguminya.
Langkahnya berhenti saat retinanya menangkap Renjun tengah sibuk membaca sembari mengunyah cokelat dengan telinga tertutup earphone.
Renjun begitu manis hingga kedua sudut bibir Jaemin tertarik ke atas. Namun, senyuman itu mendadak luntur saat dua orang mahasiswa tiba-tiba mendekati kekasih mungilnya.
Jaemin bisa melihat gerak-gerik tidak nyaman yang diberikan Renjun. Pria mungil itu hendak pergi saat tiba-tiba salahsatu mahasiswa meraih pergelangan tangan Renjun dan membuat Jaemin ikut terkejut dan marah.
Pria itu berjalan cepat menghampiri kekasihnya dan dengan cepat menghempaskan genggaman mahasiswa tersebut dari pergelangan Renjun.
Jaemin berdiri di depan Renjun dan menatap tajam pria di depannya.
"Jangan menyentuh kekasihku," Ucap Jaemin tajam.
"Dia kekasihmu? Bukankah Yoona kekasihmu?" Tanya mahasiswa tersebut dengan senyum remeh.
"Atau kekasihmu ada dua?" Sambung mahasiswa satunya.
"Bukan urusanmu." Jawab Jaemin dengan sorot tajamnya.
"Kalau begitu, biar Renjun denganku saja. Kasihan dia harus menjadi kekasih keduamu," Ucap mahasiswa tersebut.
"Renjun, jadi kekasihku saja, ya? Aku akan pastikan kau bahagia. Lagipula, aku bisa membayarmu lebih banyak dibanding Jaemin," Lanjutnya.
Jaemin bisa merasakan tubuh Renjun semakin merapat pada punggungnya. Bahkan cengkeraman tangan Renjun pada ujung kemejanya terasa menguat.
Jaemin tidak tahan dan berakhir melayangkan satu pukulan kepada mahasiswa tersebut.
"Jaemin!" Pekik Renjun.
"Jaga bicaramu!" Teriak Jaemin.
Renjun menahan tubuh Jaemin yang hendak kembali memukul mahasiswa tersebut.
"Jangan Jaemin, kau bisa dapat masalah. Aku mohon jangan," Pinta Renjun.
Jaemin berusaha menenangkan dirinya saat merasakan tubuh bergetar Renjun yang tengah memeluknya. Dengan cepat pria itu membawa Renjun pergi dari sana.
Jaemin menatap wajah ketakutan kekasihnya dan mengusap wajah pria di hadapannya tersebut.
"Aku sudah pernah bilang bukan supaya jangan duduk di taman sendirian?" Ucap Jaemin.
Tidak ada jawaban dari Renjun yang membuat Jaemin menghela napas kemudian memeluk pria mungil itu dengan erat.
"Lain kali dengarkan ucapanku."
Renjun hanya mengangguk. Ia menghirup dalam-dalam aroma tubuh Jaemin yang membuatnya tenang.
Renjun melepaskan pelukannya setelah merasa membaik.
"Sudah lebihbaik?" Tanya Jaemin dan dianggukki oleh Renjun.
"Maaf membuatmu terlambat masuk kelas," Jawab Renjun.
"Bukan masalah. Ayo, aku antarkan kau ke kelasmu berikutnya." Ucap Jaemin dan dibalas anggukkan oleh Renjun.
Keduanya berjalan menuju kelas Renjun dengan bergandengan tangan hingga tiba-tiba datang Yoona dari arah berlawanan.
"Jaemin! Aku dengar kau bertengkar, apa kau baik-baik saja?" Tanya Yoona.
"Aku tidak apa-apa." Jawab Jaemin singkat sembari menyingkirkan tangan Yoona dari wajahnya.
"Ini semua pasti karena Renjun lagi, benar? Lagipula dia lelaki, kenapa diam saja? Harusnya dia bisa melawan. Kecuali dia sengaca mencari perhatianmu," Gerutu Yoona.
Renjun yang mendengar itu hanya mampu menunduk.
"Aku tidak masalah. Justru aku senang Renjun bergantung padaku. Aku akan lebih khawatir kalau Renjun tidak lagi membutuhkanku. Aku pergi, kelasku sudah mulai dari tadi," Ucap Jaemin.
Renjun yang mendengar jawaban tersebut tidak mampu menahan senyumnya.
"Terima kasih," Gumam Renjun.
Renjun tidak tahu, bahwa Jaemin memiliki cinta teramat besar untuknya. Sayangnya, rasa cinta yang terlampau besar itu membuat Jaemin sering menyakiti Renjun tanpa sadar hingga pria mungil itu mulai ragu dengan ikatan yang terjalin antara keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOURS
FanficTerlalu mencintai, hingga tidak sadar sudah tidak ada yang tersisa dalam hati. jaemren! bxb jaemin x renjun