Akhir Pekan dan Kisah Menyenangkan

2.7K 433 19
                                    

Renjun keluar dari kelasnya dan dikejutkan dengan kehadiran Yoona. Gadis itu menatap Renjun dengan pandangan tidak sukanya lantas bersidekap di depan pria mungil itu.

"Bisakah kau tidak mempersulitku dan Jaemin? Kau laki-laki, harusnya kau bisa berkelahi. Jangan manja, ingat kau bukan siapa-siapa. Sekeras apa pun kau mencoba, Jaemin akan tetap berada di pihakku," ucap Yoona.

"Memang kenapa kalau aku lelaki? Jaemin kekasihku dan sudah selayaknya dia menjagaku. Bukankah terbalik? Bukankah harusnya kau yang tidak mempersulit hubunganku dengan Jaemin? Kau hanya sahabatnya, sementara aku sekarang kekasihnya." Renjun menjawab ucapan Yoona tanpa takut, meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa jauh di dalam hatinya, ia khawatir hal ini akan menjadi perdebatan untuknya dan Jaemin.

"Kau—"

"Kenapa? Kau mau marah? Mau memukulku? Mau mengadukanku pada Jaemin? Katakan. Aku akan sangat berterima kasih kalau dia mau mendengarkanmu," ucap Renjun sebelum berjalan pergi meninggalkan Yoona di tempatnya.

Samar-samar, Renjun masih bisa mendengar teriakkan kesal Yoona namun pria itu mengabaikannya.

Menghela napas panjang, Renjun menatap tangannya yang tampak gemetar. Ia sering memilih diam saat orang-orang mulai berbicara seenaknya. Namun, entah keberanian dari mana hingga Renjun berani menjawab Yoona.

Menjadi kekasih Jaemin membuat Renjun takut dan khawatir pada pandangan orang-orang terhadapnya. Pria itu sering ketakutan tanpa alasan yang membuatnya pada akhirnya mengalah tanpa melakukan perlawanan apa pun.

"Renjun."

Renjun berjengit kaget saat seseorang menepuk bahunya. Ia menoleh dan mendapati Haechan dengan wajah dipenuhi senyum tengah menatapnya.

"Mau ke mana? Kenapa kau tampak bingung dan ketakutan?" tanya Haechan.

"Aku– aku tadi melihat serangga di kamar mandi, jadi aku buru-buru keluar karena mereka terlihat menggelikan." Bohong Renjun dengan wajah meyakinkan.

"Lucu sekali. Kau takut pada serangga hingga seperti ini. Sepertinya kampus kita memerlukan penyemprotan desinfektan supaya tidak ada serangga lagi," ucap Haechan dan dibalas anggukkan kecil oleh Renjun.

"Sekarang kau mau ke mana?" tanya Haechan lagi.

"Aku mau ke toko buku. Ada beberapa buku yang harus dibeli," jawab Renjun.

"Kebetulan aku juga mau kesana. Ayo, berangkat denganku saja." Haechan menarik pergelangan tangan Renjun tanpa menunggu jawaban pria mungil itu.

Keduanya tiba di toko buku dan mulai disibukkan dengan urusan masing-masing.

"Chan, aku sudah selesai," ucap Renjun.

"Oh, kalau begitu ayo," jawab pria berkulit tan tersebut.

Begitu selesai membeli buku, Haechan sempat menawari Renjun untuk makan malam sebelum pulang, tapi ditolak oleh pria itu.

Renjun tidak ingin di luar terlalu lama dan membuat Jaemin marah kepadanya.

Masuk ke dalam apartemen miliknya, Renjun dikejutkan dengan kehadiran Jaemin yang sedang duduk di depan televisi sembari menatap tajam ke arahnya.

"Dari mana?" tanya Jaemin.

"Dari toko buku," jawab Renjun setengah ketakutan.

"Bersama Haechan? Tidak bilang padaku? Apa kau lupa kejadian tadi siang? Kau memang sengaja memangsakan dirimu untuk pria-pria itu, bukan?" Jaemin memojokkan Renjun dengan berbagai pertanyaan.

"Jaemin, tidak seperti itu. Aku tadi bertemu Haechan di depan air mancur dan dia mengatakan kalau dia ingin pergi ke toko buku juga. Jadi, aku sekalian ikut dengannya." Renjun mencoba menjelaskan dengan hati-hati.

"Omong kosong! Kau sengaja mencari perhatian dengannya! Dan apa-apaan tadi? Kau mengoceh kepada Yoona hanya karena dia ingin bermain denganku?" cerca Jaemin.

"Apa maksudmu?" Renjun balas bertanya.

"Tidak perlu berpura-pura tidak tahu. Kau sengaja mendatangi Yoona hanya karena kesal dengannya, benar? Kau mengatakan hal-hal buruk kepadanya hanya karena kau tidak menyukainya. Aku sungguh tidak percaya kau sepicik ini," jawab Jaemin.

"Jaemin, apa kau percaya dengannya?"

"Tentu saja, dia sahabatku. Tidak mungkin dia berbohong padaku," jawab Jaemin lagi.

"Lalu bagaimana denganku? Aku siapa untukmu? Kenapa kau bahkan tidak mendengar penjelasanku? Bahkan sekalipun aku jelaskan, kenapa kau tidak percaya? Kenapa mudah untukmu percaya padanya, tapi sulit untukmu mempercayaiku? Aku ini siapa bagimu, Jaemin?" ucap Renjun dengan mata mulai berkaca-kaca.

"Kau tidak bisa menjawabnya? Aku tahu jawabannya." Renjun tertawa kecil, menertawakan dirinya sendiri.

"Kau selalu bersikap dingin kepadaku, mengumpatiku semaumu, kemudian bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa. Kau selalu memprioritaskan Yoona dengan alasan bahwa dia sahabatmu, tapi kau lupa bahwa aku kekasihmu— atau mungkin kau tidak pernah menganggapku kekasihku?" cerca Renjun.

"Apakah kau pernah sekali saja memikirkan aku, perasaanku, bagaimana aku saat diperlakukan denganmu seperti itu? Tidak. Kau tidak pernah memikirkannya karena bagimu aku tidak berarti apa-apa." Renjun menertawakan kebodohannya.

"Jaemin, aku lelah. Jangan lupa tutup pintunya jika sudah ingin pulang," tutup Renjun sebelum masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu.

Renjun menutup mulut dengan kedua tangan. Khawatir kalau tangisannya akan terdengar. Sikap Jaemin yang hanya diam sungguh menyakiti Renjun. Seolah hal itu menjawab bahwa Jaemin memang tidak benar-benar menyukainya.

Memukul-mukul pelan dadanya, Renjun berharap rasa sakit itu akan hilang besok pagi atau nanti. Pria itu meringkuk di atas tempat tidur, memilih memejamkan mata dengan wajah basah dan hidung merahnya.

Renjun tahu benar bahwa dirinya akan terserang flu besok pagi, tapi setidaknya ia puas sudah menyampaikan isi hatinya.

YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang