Temu tanpa Kata

3.7K 408 66
                                    

Melihatmu diam-diam, seperti penggemar. Hanya ini, satu-satunya cara aku dapat memastikan kamu baik-baik saja.
.
















Renjun kembali masuk kuliah. Ia langsung ditodong Haechan dengan berbagai pertanyaan. Tentang darimana dirinya atau kenapa tiba-tiba menghilang. Namun, tidak ada jawaban yang Haechan inginkan.

Renjun hanya tertawa kecil, membuat Haechan sadar bahwa pertanyaannya menyentuh ranah pribadi Renjun dan seharusnya ia tidak memaksa untuk mendapatkan jawaban.

Perasaan Renjun sudah lebih baik dibanding dua minggu lalu. Ia lebih bisa mengontrol diri meski sesekali matanya akan berubah panas saat mengingat Jaemin.

Pria itu masih mencoba menyesuaikan diri dengan ketidakhadiran Jaemin. Sebab, bagaimanapun juga, Jaemin memiliki pengaruh yang luar biasa dalam hidup Renjun.

"Ren, kenapa melamun?" Renjun kembali pada kesadarannya saat Haechan mengguncangkan lengannya.

"Maaf, aku masih belum sepenuhnya fokus. Pikiranku masih ke mana-mana," jujur Renjun.

"Kau ada masalah dengan Jaemin?" tanya Haechan. Sementara Renjun hanya melihat pria di depannya tersebut tanpa berniat menjawab.

"Jaemin sejak tadi melihatmu. Jadi, aku penasaran saja apa kalian ada masalah atau bagaimana," lanjutnya.

Maka, begitu mendengar penuturan Haechan, Renjun menoleh untuk mencari keberadaan Jaemin.

Ketemu.

Retina keduanya saling bersibobrok. Meski tidak ada kalimat apa pun yang keluar, sorot mata keduanya seolah menunjukkan betapa mereka teramat merindukan satu sama lain.

"Chan, aku masih ada kelas setelah ini. Aku duluan, ya," ucap Renjun dan tanpa menunggu jawaban Haechan, pria bermata rubah itu melangkah lebih dulu.

Ia tidak bisa terlalu lama berada di ruangan yang sama dengan Jaemin. Rasanya tidak nyaman dan menyesakkan. Jadi, Renjun memilih pergi walau hati kecilnya menginginkan melihat Jaemin lebih lama.

"Renjun."

Renjun menegang di tempatnya. Tangannya terkepal erat begitu indera pendengarannya menangkap suara yang sangat familiar untuknya.

Terlebih saat aroma mint mulai mendekat, Renjun semakin gugup. Ia ingin terus berjalan, tapi tidak bisa. Akhirnya, pria itu memberanikan diri menoleh, menatap Jaemin dengan sorot lelahnya.

"Ren, bisa kita bicara sebentar?"

"Bicaralah," jawab Renjun singkat.

"Aku ingin minta maaf atas semua kesalahan yang sudah kulakukan. Aku sadar bahwa aku bersikap tidak adil kepadamu," ucap Jaemin.

"Aku sudah memaafkanmu, tapi untuk melupakannya, aku masih berusaha. Aku tidak menyimpan dendam padamu, tapi rasa sakitnya begitu membekas sampai kadang aku membenci diriku yang tidak mudah melupakan sesuatu," jawab Renjun.

"Jaemin, masing-masing dari kita belum dewasa. Kita masih egois dan merasa paling tahu, padahal hubungan kita kacau sejak awal," lanjutnya.

"Aku sudah memaafkanmu, sungguh. Karena itu, ayo sama-sama memperbaiki diri. Kalau nanti semesta memberikan kita kesempatan lagi, semoga kita sudah menjadi lebihbaik dibanding sekarang," tutur Renjun.

Jaemin mencoba mencerna kalimat Renjun. Pria itu menatap wajah mantan kekasihnya tersebut, kemudian tersentak kaget begitu menyadari maksud ucapan mantan kekasihnya.

"Artinya, aku tidak punya kesempatan?" tanya Jaemin memastikan.

"Aku sudah memberikanmu banyak kesempatan, Jaemin. Namun, sekarang kesempatan itu sudah habis. Karenanya, aku ingin kita saling memperbaiki diri terlebih dahulu, sampai kita tidak perlu meminta kesempatan satu sama lain, tapi kesempatan itu tercipta karena kita sendiri." Renjun menjawab dengan tenang.

Jaemin sendiri kembali diam. Bola matanya bergerak gelisah, sampai akhirnya pria itu menghela napas panjang.

"Kau benar, ayo memperbaiki diri dan kembali menjadi lebih baik. Aku harap, sampai saat itu, semesta berbaik hati kepada kita," ujar Jaemin.

Renjun tersenyum simpul. Ada perasaan begitu lega dan seolah beban dalam hatinya berkurang banyak.

"Boleh aku memelukmu sekali saja?" tanya Jaemin dan dibalas anggukkan oleh Renjun.

Keduanya saling berpelukkan dengan erat. Menghirup aroma tubuh masing-masing dan untuk pertama kalinya, Jaemin berharap pada Tuhan bahwa ia akan jatuh dengan orang yang sama nantinya. Dengan Renjun.

Renjun melepas pelukannya dan kembali tersenyum hangat kepada Jaemin. Menepuk pelan bahu pria itu kemudian berpamitan, meninggalkan Jaemin yang masih setengah tidak rela.

Kisah mereka berakhir di babak ini. Entah bagaimana kedepannya nanti, Jaemin harap, semesta merestui mereka.




Selamat tinggal dan sampai bertemu kembali dengan kita yang sudah menjadi lebih baik.















BABAK SATU SELESAI
















Hai, masih ada yg inget dan nunggu cerita ini gak sih? Maaf baru sempet update dan makasih buat yg setia baca, vote, dan komen. Kalian mood banget.

Babak 1 selesai, tapi tenang, masih belum tamat, kok. Cuma, aku memang mau fokus ke book sebelah dulu habis ini. BTW, jaga kesehatan, ya. Sakit tuh gak enak hehe.

Udah, gitu aja. Sampai ketemu di babak selanjutnya 🥰

YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang