Cinta Membuatku Takut

2.7K 443 75
                                    

Cheating!





Lepaskan aku, kamu menggenggamnya terlalu erat dan itu menyakitiku.
Renjun
















Renjun menyusuri koridor kampusnya sembari bersenandung. Telinganya disumpal earphone dan kedua sudut bibirnya mengembang ke atas. Renjun masih menikmati paginya saat tiba-tiba retinanya menangkap sosok Jaemin tengah berjalan dengan perempuan berwajah cantik dan populer. Perempuan yang juga menjadi kapten cheer kampus mereka. Perempuan yang menjadi 'sahabat' Jaemin.

Namun bukan itu masalahnya.

Masalahnya adalah tentang bagaimana Jaemin memeluk pinggang gadis itu bahkan menyampirkan hoodie miliknya pada bahu Yoona. Meskipun wajah Jaemin tetap datar, sikap pria itu jelas menunjukkan sebaliknya.

"Jaemin dan Yoona tampak serasi, ya? Aku senang melihat mereka."

Ucapan seorang mahasiswi di belakangnya membuat Renjun enggan beranjak. Ia penasaran.

"Tapi, bukankah Jaemin sudah punya pacar? Dia kekasih Renjun, bukan?"

"Tapi menurutku tetap cocok dengan Yoona. Jaemin yang cool dan perhatian dengan Yoona yang manis dan manja."

Menghela napas panjang, Renjun merutuki diri sendiri yang tidak beranjak dari tempatnya.

"Renjun!"

Pria itu menoleh dan ia sempat melirik pada dua mahasiswi yang sempat membicarakannya. Keduanya tampak terkejut namun Renjun abai dan memilih membalas sapaan Haechan.

"Hai."

"Kau sudah belajar untuk kuis hari ini?"

"Sudah, aku membaca sekilas tadi pagi."

Renjun berjalan bersama Haechan sembari bercanda. Pria itu mampu membuat Renjun tertawa hingga ia tidak sadar ada Jaemin dan Yoona yang tengah duduk di kursi tunggu.

"Murahan."

Renjun menghentikan tawanya tiba-tiba setelah mendengar ucapan Jaemin. Pria mungil itu menatap tidak percaya pada Jaemin yang tengah menatapnya tajam.

Tanpa mengatakan apapun, Renjun hanya tersenyum kecil kemudian melanjutkan langkahnya.

"Ren, kau baik-baik saja?" Tanya Haechan.

"Tidak, aku sakit hati."

Haechan memilih diam setelah mendengar jawaban Renjun. Keduanya menjadi canggung, atau sebenarnya hanya Haechan yang canggung.

Setelah mendapatkan tempat duduk, Renjun benar-benar dibuat tidak fokus. Pikirannya melayang pada ucapan Jaemin dan Renjun membenci perasaan tidak nyaman tersebut. Maka setelah mata kuliahnya berakhir, Renjun memilih menenangkan diri dengan berjalan-jalan di taman.

Pria itu mengabaikan pesan dan panggilan masuk dari Jaemin. Ia tidak sanggup membaca kata kasar yang dilontarkan Jaemin untuk nya.

Renjun mendongak agar air matanya tidak jatuh. Pria bermata rubah tersebut duduk di salahsatu bangku kosong dan melamun, berusaha menenangkan diri.

Sepanjang hubungannya dengan Jaemin, Renjun tidak pernah protes dengan kata kasar yang dilontarkan kekasihnya tersebut. Namun, melihat Jaemin terang-terangan memperlakukan gadis lain seperti tadi membuat hatinya sakit.

Kembali menghela napas, Renjun beranjak dari tempat duduknya. Kepalanya terasa berat dan pusing hingga Renjun ingin cepat-cepat merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.

Sayangnya, begitu sampai di apartemennya, Renjun dikejutkan dengan kehadiran Jaemin dan ia tahu sebentar lagi Jaemin akan segera memakinya.

"Hei, bodoh! Darimana saja, kau? Kau sengaja tidak membalas pesanku untuk mencari perhatian, bukan?! Bertingkah seperti jalang, tertawa dengan lelaki lain, dan bertingkah seperti korban. Kau memuakkan!" Teriak Jaemin dengan wajah merah menahan amarahnya.

"Apa bedanya dengan kau, Jaemin? Kau memeluk dan memperhatikan gadis lain. Lalu kenapa aku tidak boleh?" Jawab Renjun sembari menahan sakit di kepalanya.

"Kau pandai sekali membela diri. Tidak sadar kalau tingkahmu memuakkan? Kau tidak tahu malu dan apa itu tadi? Kau menanyakan soal aku? Aku dan Yoona hanya sahabat sementara kau dan dia—"

Renjun tidak lagi mendengar ucapan Jaemin sebab tubuhnya sudah lebih dulu terjatuh ke lantai.

"Renjun!"

Jaemin bergegas menghampiri kekasihnya yang tergeletak di lantai. Mengangkat tubuh kekasihnya dan memindahkannya ke atas tempat tidur.

Jaemin menyentuh kening Renjun yang terasa panas dan berdecak pelan. Perasaannya menjadi panik hingga pria itu tersandung kaki meja saat hendak mengambil air untuk mengompres Renjun.

Dengan cekatan Jaemin mengompres kening kekasihnya. Melepas sepatu yang masih melekat di kaki pria itu dan mencari obat demam.

"Kenapa kau selalu membuatku khawatir," Gerutu Jaemin.

Pria itu membawa obat penurun demam dan kembali menghampiri Renjun. Mencoba membangunkan pria itu dan berhasil. Memaksa Renjun menelan obatnya sebelum kembali menyelimuti tubuh kekasihnya tersebut.

Jaemin mengusap kepala Renjun penuh sayang.

"Maaf, aku menyakitimu lagi."

Menghela napas panjang, Jaemin menuju dapur untuk membuatkan Renjun bubur.

Jaemin tidak pernah ingin menyakiti kekasih mungilnya, tapi sikapnya selalu menunjukkan kebalikannya.

Jaemin hanya takut Renjun pergi darinya hingga ketakutan itu membuatnya tidak terkontrol. Belum lagi bayangan masalalu yang membuatnya terus berkata kasar pada Renjun.

Jaemin segera menyiapkan makanan milik Renjun dan kembali menghampiri kekasihnya. Membangunkan Renjun agar mau makan terlebih dahulu.

Dengan cekatan, Jaemin menyuapi Renjun. Tidak memaksa saat pria itu berhenti di suapan kelima. Memasangkan penurun demam di kening Renjun lantas membetulkan posisi tidur pria mungil tersebut agar merasa nyaman.

Jaemin mengecup pelan bibir Renjun yang napasnya terasa panas.

"Cepat sembuh Sayang, aku mencintaimu."

YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang