#Danau kenangan

0 3 0
                                    

mata bulat nan cantik itu tengah pokus menatap hamparan rerumputan  yang luas dengan semilir angin yang menemani-nya di kala sore tiba. Menunggu senja dan menikmati cahaya -nya suatu  keharusan bagi  gadis  itu kala hatinya sedang bersedih. Sudah  hampir satu jam gadis itu tak beranjak dari kursi yang  ia  duduki, entah apa  yang  membuatnya  nyaman sampai ia tak menyadari  bahwa ada seseorang yang tengah memperhatikannya dari  balik pohon yang tak jauh dari tempat yang ia singgahi.

mata gadis itu beralih mentap danau yang terletak tak jauh darinya, tatapannya sulit di artikan  seolah  menyiratkan sebuah kerinduan yang mendalam juga luka yang  membekas sehingga  buliran  bening  menetes begitu saja dari  kelopak mata tanpa  di  minta. kaki  jenjang nan indah itu melangkah bergerak begitu saja membawa tubuhnya ke arah danau yang mungkin penuh dengan kenangan.

💚💚💚

Seorang  bocah  laki-laki  berlarian  kesana kemari dengan tawa yang tak pernah luntur di wajahnya dengan  netra menatap langit berharap layang-layang yang putus mengarah padanya dan ia yang akan menangkapnya.

      "Rey, jangan lari kesana bahaya."   Peringat  anak  gadis  yang sebaya dengannya terlihat sangat khawatir yang pada saat itu sedang menemaninya bermain layang-layang.

       "tidak apa mei, ini seru. Aku pasti bisa menangkap layang-layang vano yang putus." balas laki-laki itu tanpa memperduli -kan kekhawatiran teman perempuannya.

       "sudahlah Rey, kita bisa membelinya lagi. di sana bahaya, kau bisa jatuh kedanau nanti," Teriak  meira lagi  kala temannya Reyhan berlari semakin dekat ke arah danau. Reyhan nampak tidak perduli dengan teriakan teman perempuannya ia malah semakin  semangat  saat layang-layang yang ia kejar semakin dekat.

meira menatap vano yang tengah sibuk akibat  layang-layang yang ia terbangkan putus menyisakan benang yang kusut.

       "vano bisa kah kau beri tahu temamu, Reyhan terus berlari ke arah danau, aku khawatir dia_" ucapan Meira dipotong oleh Vano.

       "Aku sudah melarangnya, Mei. Si bocah pala batu itu tidak akan mendengarkan kita,” jawab vano malas. karena ia tahu betul sikap keras kepala Reyhan sahabatnya.

       “meiraaaa,” Teriak Reyhan.

Byuuuur

Meira  yang  mendengar  ada  yang  memanggil namanya menoleh  ke  arah  suara  begitupun dengan vano yang ada di dekat meira. Mata mereka membulat seketika  saat menyaksi -kan sahabatnya Reyhan jatuh tercebur ke danau.

         "Reyhan,"  Teriak Meira dan Vano. Mereka berlari  ke pinggir danau menyaksikan dengan      jelas sahabatnya yang membutuhkan  pertolongan yang nampak kesusahan untuk bernapas.

Meira terus menjerit  menyebut nama Reyhan sedangkan vano  nampak prustasi bocah 6 tahun itu nampak kebingung an  harus  melakukan apa, ia tau Reyhan tidak bisa  berenang begitupun meira dan dirinya. Ia nampak  menyesali  yang selalu  menolak saat orang tuanya menuruhnya berlatih renang,  jadi di saat keadaan  genting seperti ini ia tidak bisa melakukan apa-apa.

vano menatap ke arah Reyhan yang masih berjuang untuk mendapat oksigen di dalam air "bertahanlah Rey, aku akan mencari bantuan." vano berlari menjauhi danau untuk mencari bantuan.

          "cepat cari bantuan Van." vano mengangguk sebelum ia meninggalkan meira.

keadaan meira sudah sangat kacau air mata sudah membanjiri wajahnya yang memucat, sedangkan suranya tak henti-hentinya berteriak memangil nama sahabatnya  agar bertahan karena bantuan akan segera datang.

         "Reeey.ku mohon bertahanlah." jerit meira saat melihat pergerakan Rey mulai melemah di permukan air.

          "Ya,Tuhan selamatkanlah temanku" jerit meira sambil menatap lagit.

tak berselang  lama, vano datang dengan beberapa  orang dewasa  berlari  ke  danau dimana  Reyhan jatuh, tapi sayang seribu sayang keadaan Reyhan  sudah  mengambang di  dasar air tanpa  pergerakan  sedangkan meira tergeletak  pingsan di pinggir danau.

💚💚💚

 
Gadis berusia 19 tahun itu masih menangis tersedu dengan tatapan  tak  lepas  dari  danau  di hadapannya  kala kepingan memori  belasan tahun lalu kembali muncul di ingatan. Kenangan menyakitkan itu terus menghantuinya selama ini. Rasa  bersalah, penyesalan  selalu  menjadi mimpi buruknya selama ia hidup sampai sekarang.

         “Maafkan aku Rey,” teriaknya penuh penyesalan.

Andai  waktu  itu  Meira tidak takut air, pasti ia akan mau belajar renang dan hal itu pasti akan menyelamatkan sahabatnya saat itu. Meira sudah pernah mencoba melupakan kejadian itu dengan tak pernah mengunjungi  danau yang menjadi tempat ia bermain dengan teman-temannya saat itu, tapi  hasilnya nihil  ia semakin di hantui kerinduan bahkan sampai terbawa mimpi. Jadi, Meira memutuskan untuk mengunjungi danau itu satu tahun sekali di hari tepat kematian sahabatnya mau tidak  mau, sanggup atau  tidak meira harus bisa melakukannya agar ia bisa belajar mengikhlaskan  kepergian sahabatnya. Sekarang tepat hari kepergian Reyhan makanya Meira ada di sini, di Danau penuh kenangan. Canda tawa, keriuhan kala ia bermain dengan dua kawan laki-lakinya masih  tercetak  jelas di ingatan termasuk peristiwa mengerikan itu, sekarang ia hanya bisa merangkum -nya menjadi satu, yaitu kenangan.

      “Kau tau Meira, dia pasti akan marah padaku, jika melihatmu menangis seperti ini.” Ucap  seorang  laki-laki  yang baru saja menghampiri  Meira, membuat  Meira  terkejut dan langsung menolehkan pandangannya ke asal suara.

     “Vano, sejak kapan kau ada di sini?” bingung meira.

Vano menghampiri sahabat sekaligus calon istrinya dengan tatapan  iba, andai  Meira  tau Vano  pun sama halnya, sama-sama kehilangan sahabat yang ia sayang  bahkan ia yang harusnya merasa bersalah dan menyesal  atas kejadian itu, sebab ia yang mengajak  mereka berdua  bermain layang-layang waktu itu, yang membuat Vano semakin menyalahkan dirinya, Vano bukan hanya tidak bisa berenang dan tidak bisa menyelamatkan Reyhan, tapi ia juga  terlambat mencari bantuan andai waktu bisa di putar  kembali, ia  tidak akan memaksa teman-temanya  untuk  bermain. Tapi  kini  Vano sadar  tidak baik berlarut dalam keterpurukan. Sedih boleh, kecewa  boleh  asal cepat kembali bangkit karena masih ada hari esok yang harus kita jalani, masih banyak rintangan yang harus kita lewati untuk menciptakan kebahagiaan yang sudah semestinya kita rasakan.

Vano menangkup wajah Meira membingkai seluruh wajah sahabat sekaligus calon istrinya menghapus air mata  yang membasahi wajah cantik Meira.  Memberikan tatapan meneduhkan sekaligus  memberi  kekuatan  untuk  wanita di hadapannya.

        “ku mohon  jangan menangis  lagi,  hapus rasa  bersalah edan rasa penyesalanmu  itu hanya akan  membuatnya  semakin bersedih. Percayalah Reyhan akan bahagia jika kita mengikhl- askannya.” Meira mengangguk, dengan air mata yang  masih berlinang, Reyhan yang menyaksikan itu langsung  membawa Meira kedalam dekapannya, memberi  kehangatan sekaligus kekuatan. Reyhan  tahu  betul Meira yang  paling terguncang atas kejadian itu, maka disinilah tugasnya untuk menybuhkan luka itu menjaga dan menyayangi Meira bukan hanya sekedar  sahabat  tapi  sekaligus  menjaga  wanita yang  akan menemaninya sampai akhir hayat.

AND

Isi WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang