Sebelum kalian membaca cerita ini kalian harus tau, ini bukan cerita seperti di novel yang biasa kalian baca, chapter berisikan bukan sebuah drama dan konflik yang berkepanjangan. Ini hanya cerita pendek yang aku rangkum menjadi sebuah Judul yaitu Isi waktu dan di setiap babnya berbeda2 judul dan juga genre. So, kalian kalo udah baca ini ngak akan kecewa nantinya kalo pas baca satu bab Tamat. Namanya juga Cerpen cerita pendek. 👌Happy reading
Kedua gadis yang masih memakai seragam putih abu-abu itu tengah asik memakan siomay di pinggir jalan, sesekali di isi gelak tawa yang mengisi percakaan mereka berdua entah apa yang mereka bicarakan sehingga beberapa pengendara sepeda motor yang berlalu lalang menoleh ke arah mereka.
Salah satu gadis itu menyadari begitu banyak tatapan orang-orang yang berkendara memperhatikan mereka dengan tatapan heran, ia pun menghentikan tawanya lantas segera menepuk bahu teman di sebelahnya “udah kenapa Li, ketawanya. Kita di liatin orang-orang, tuh liat.” Beritahu Mawar. Gadis yang di sapa Li itu langsung mengangguk menyetujui ucapan sahabatnya, ia pun merasa malu saat menyadari ada beberapa orang memperhatikan mereka.
"Li, kamu udah nentuin mau masuk kuliah jurusan apa?" Tanya mawar yang masih asik mengunyah siomaynya.
"Udah." Jawab Liana tanpa menatap wajah sahabatnya.
"Apa?"
Dengan tegasnya Liana menjawab “sastra.”
“iiih, ngak keren banget kamu, Li. Katanya mau jadi orang sukses kenapa ngambil jurusan itu?” Pernyataan mawar membuat Liana menghentikan kunyahannya lalu menatap mawar dengan tatapan penuh tanya.
“memangnya kenapa?Masalahnya dimana?” Liana bertanya sekaligus heran kenapa sahabatnya bisa berbicara Seperti itu.
“ya ngak keren aja. Ni iya, jurusan kedokteran, politik, Ekonomi, atau menejement bisnis gitu,itu kan lebih keren. Tegas Mawar lalu tersenyum bangga setelah menuturkan pendapat kepada temannya.
"ngak jelas kamu," Liana menggeleng-gelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan pemikiran Mawar yang menurutnya ngawur.
“ngak jelas apanya? Tuh liat. Om aku yang lulusan sarjana sastra ujung-ujungnya jualan nasi Padang, padahal udah nerbitin beberapa judul buku, memang menghasilkan uang, tapi hidupnya gitu-gitu aja ngak ada kemajuan kalo ngandelin hasil penjualan buku, ngak cukup untuk hidupnya bahkan mau beli Motor buat jemput anaknya sekolah aja ngak kesam -pean. Tapi liat sekarang ujung-ujungnya berakhir dengan berbisnis,kan. Sekarang aja belum ada dua tahun dia udah memiliki lima cabang rumah makan, Itu tandanya berbisnis itu lebih menjamin untuk sukses dari pada jadi penulis." Mawar memetik Kedua jarinya di depan wajah sahabatnya membuat Liana tersenyum miring tidak peduli ucapan Mawar yang menurutnya sok tau dan ngawur.
“aku belajar sastra belum tentu juga Jadi penulis, kan jadi dosen bahasa juga bisa atau bekerja di perusahaan perceta -kan misalnya. Tapi emang aku pengen jadi penulis sih. kaya Asma Nadia.” Ucap Liana dengan tatapan menerawang kedepan membayangkan bagaimana nantinya ia dewasa akan menjadi dosen atau penulis terkenal seperti Asma Nadia.
"Denger ya mawar.” Kesel Liana yang menurutnya meremehkan cita-citanya menjadi penulis “anaknya Bu Desi, yang katanya Cita-cita pengen jadi Mentri seperti ibu Susi, kamu sok tau. Emang jalan hidup manusia kamu yang ngatur?" Liana menyentil dahi sahabatnya sedikit keras.
“aarrgghhh sakit, li.” Liana nampak tidak peduli mendengar ringisan mawar.
“pokonya kamu sekolah politik bareng aku aja titik.Udah jelas cita-cita aku tuh punya jabatan, Hidup kita dan keluarga pasti terjamin" lagi-lagi Mawar meremehkan keinginan Liana yang ingin Menjadi sastrawan.
“Mawar, menurut aku kesuksesan itu tidak diukur dengan seberapa jumlah uang yang kita miliki atau setinggi apapun jabatan yang kita pegang. Sukses itu ketika kita bisa berman -faat untuk orang lain dan memotivasi mereka agar menjadi lebih baik kedepannya, sehingga mencetak generasi-generasi hebat, terutama di Negara tercinta kita ini itu yang benar." Liana menghela napas setelah panjang lebar memberi nasehat kepada sahabatnya Mawar.
Tanpa mereka sadari si Abang tukang siomay memperhatikan percakapan yang tadinya obrolan biasa. Menjadi perdebatan.
“ck,susah kalo ngomong sama orang yang berbeda prinsip." Ketus mawar sambil mengibaskan rambutnya ke belakang. Sedangkan Liana memilih sabodo amat dengan pendapat mawar tentang cita-citanya ia lebih memilih menghabiskan siomay yang tinggal suapan terakhir.
“eeh neng, prinsip si prinsip tapi siomaynya di bayar dulu dong, sayakan mau ngider lagi ke tempat lain." Mawar dan Liana saling berpandangan lalu tersenyum dan tertawa terbahak.
“maaf ya bang, ke asikan ngobrol kita.” Dengan perasaan tidak enak kedua gadis itu memberikan dua lembar uang sepuluh ribuan kepada Abang siomay lalu pergi meninggalkan tempat itu dengan saling dorong menyalahkan “kamu sih Li, kan jadi malu kita. Mana abang siomaynya ganteng lagi.” Sesal mawar yang di balas gelak tawa Liana.
AND
Bagaimana mau sukses jika istirahat sebelum lelah, sering bermalas-malasan tidak mau berusaha dan mencoba, tidak percaya diri. Ingat, berusahalah sebelum kita tidak bisa apa-apa di saat kita belum menjadi apa-apa karena kita tidak tau kapan Allah menghentikan napas kita dan membuat kita berakhir di Dunia.
___________________________________________________
Gimana2 pesannya nyampe ngak? 😉 jangan lupa vote 💚
Salam fositif
Evisharelove_🍒
KAMU SEDANG MEMBACA
Isi Waktu
CasualeIni bukan squel cerita Novel yang penuh drama yang berkepanjangan, cerita ini adalah kumpulan Cerita pendek dengan sejuta kisah yang biasa terjadi di sekitar kita atau mungkin yang biasa kita alami. Romance, Humor, Spritual dan tingkah Abshur ada da...