4. Mahardika Ganesha Putra adalah ..

147 21 18
                                    

Namanya dika. Mahardika Ganesha Putra adalah teman bermainku saat masih kecil. Dika pindah rumah saat berumur 3 tahun. Kami mulai bertetangga akrab saat mereka datang ke desa kami. Rumah kami berhadapan, tidak jauh jaraknya hanya tertutup pohon pohon besar saja.

Saat berumur 5 tahun, aku dan dika sering bermain bersama. Terkadang aku menginap di rumahnya, dia pun pegitu. Seperti keluarga saja. Terkadang dia makan siang di rumahku, makan malam di rumahku, akupun begitu.

Orang tua dika sibuk, jadi dia jarang sekali di rumah. Dia lebih banyak menghabiskan waktu di rumahku. Bercanda bersama ibuku dan ayahku. Tidak jarang dika membuatku iri padanya, karena ibuku lebih membela dia saat kami sedang bertengkar.

Aku ingat saat dika sakit, ibuku adalah orang yang paling panik saat itu. Mereka membawa dika ke puskesmas terdekat, karena jarak rumah sakit sedikit jauh dari desa kami. Saat itu aku masih sangat kecil, aku berlarian ketakutan. Bukan karena dika sakit, melainkan ketakutan melihat ibuku menangis.

Tidak jarang ibuku memberi dika uang saku, ya begitulah ibuku. Sangat menyayangi dika.

Entah kapan aku mulai merasakan perasaan berbeda padanya. Yang jelas rasa ini sungguh menggangguku. Aku sering merasa tidak nyaman ketika dika masuk ke rumahku dan tiba tiba santai di depan tv ku. Namun itu memang kebiasaan dia, orang tuaku tidak melarang. Namun aku merasa tidak nyaman, saat dika datang, jantungku mulai berdetak kencang, wajahku mulai memerah. Aku mulai parno saat itu, itulah yang membuatku semakin hari semakin menjauh darinya.

Pernah suatu ketika dika tertidur di depan tv. Saat itu rumah sedang sepi, ibu dan ayah tidak ada. Aku duduk di sebelahnya, aku perhatikan terus wajahnya. Aku masih penasaran apa sih yang buat jantungku ini jadi deg degan terus setiap ketemu dia.

Setelah ku lihat lihat tidak ada yang aneh. Hanya saja mengapa setelah dia tumbuh besar dia begitu tampan, matanya indah, hidung mancung yang indah, alis yang rapi, bibir yang manis, kulit yang putih bersih. Kenapa wajahnya sempurna sekali. Saat masih kecil aku bahkan tidak ada waktu untuk melihat lihat penampakannya. Sekarang aku baru sadar, kenapa cewek cewek pada jatuh cinta sama dika. Iya karna dia tampan, apalagi coba, ditambah mulutnya yang manis sekali kalo ngomong.

Tak sadar saat itu dika terbangun, namun wajahku masih menatap tajam wajahnya dengan kedekatan 10cm. Dika tersenyum lalu menggodaku.

"Ganteng yah" ujarnya dengan sangat percaya diri.

Aku terkejut dan langsung salah tingkah, hendak pergi namun dia menarik kakiku.

"Lepasin ka" rintihku

"Ya mau kemana, sini dulu" katanya

"Mau ke kamar, lu kan bau baru bangun tidur" kataku ngeles

"Siapa juga yang tidur, orang gue cuma merem" katanya lagi sambil meledek

"Lepasin ngga, kalo engga gue jambak rambut lo" kataku dengan suara kesal

"Iya iya nih dilepasin" katanya sambil melepaskan kakiku. Aku langsung berlari ke kamar, jujur ini tuh moment paling absrud dalam hidup aku. Mati gaya gitu, ketauan lagi liatin dia tidur. Malu banget sumpah, kayanya seminggu deh rasa malu nya baru ilang.

Dika adalah pemain badminton yang handal, dia menjadi perwakilan sekolah untuk kejuaran kabupaten. Menurutku ini satu satunya prestasi dia. Karena dalam bidang pelajaran dia sama sekali tidak ada keahlian.

Dika sangat terkenal di sekolah semenjak dia sering menjadi wakil sekolah untuk kejuaran di kabupaten atau antar sekolah. Kalau di sekolah dulu julukannya adalah taufik hidayat nya sekolahku. Ganteng, keren, jago lagi. Menurut survey yang membuktikan semua itu, bukan aku yang mengada ngada.

Jadi sudah jelas, seleraku terlalu tinggi. Dika bukan orang yang pantas aku gapai, karena dia terlalu tinggi. Dika juga bukan orang yang pantas bergadengan denganku karena kami tidak sepadan. Itulah yang aku pikirkan dahulu, kami tidak sama. Dika yang sempurna, dan aku yang tidak jauh dari kesederhanaan.

Terkadang mimpi yang terlalu tinggi bisa membuat kita lelah untuk mencapainya, karena aku tidak tinggi maka lebih baik aku menunduk saja, tidak usah bermimpi terlalu lebih untuk bersamanya.

Sejak saat aku tau perasaan ini beda padanya, aku mulai menjaga jarak dengannya. Memperbaiki lagi sikapku padanya, terlebih cewek cewek yang cantik selalu berada disampingnya, kapanpun, dimanapun. Sering sekali aku merasa minder, mungkin jika bukan karena kami bertetangga, dika tidak akan melirikku sedikitpun.

Dika selalu berganti ganti pacar, terkadang aku juga bingung, pacarnya yang mana. Namun itu bukan urusanku, terkadang juga aku mengabaikannya, namun lebih sering aku merasa sedihnya.

Persahabatan dan Cinta (OnGoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang