17. Sampai nanti kita

115 5 2
                                    

Tok.. tok.. tok..
Suara seseorang mengetuk pintu. Aku masih belum tersadar. Namun suara itu makin keras, membuatku terbangun dari tidurku.
Mataku langsung tertuju pada pintu, benar saja pagi buta ini ada orang yang bertamu.
Dengan badan sempoyongan, aku membuka pintu.

Ternyata dika.
Aku masih terkejut, apa ini masih mimpi. Pagi buta gini Dika ada disini.

"Kenapa chat gue dibaca doang, dipikir gue koran kali" Dika menggerutu lalu duduk di sofa. Membaringkan badannya dan sambil mengomel

Kemudian segera aku mengambilkan air putih untuknya.

"Kayanya semalem gue kecapean banget. Jadi ngga sempet bales chat. Lagian kan chat nya ngga urgent banget harus di bales kan" ucapku

"Oke.. lain kali gue ngga usah chat ya" Jawabnya ketus.

Aku mulai merasakan bahwa Dika sedang ngambek.

"Iya iya maaf.." ucapku dengan penuh penyesalan.

"Gue khawatir tau" ucapnya.

"Kenapa mesti khawatir? Kan gue ngga kenapa-kenapa." Jawabku singkat

"Ya syukur kalo ngga apa-apa" jawabnya lagi

"Tapi serius deh, lo ngapain pagi buta gini udah di kostan gue?" Tanyaku penasaran.

"Dibilang khawatir" jawabnya lagi

"Jadi beneran khawatir?" Tanyaku sambil senyum-senyum.

Persahabatan dan Cinta (OnGoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang