14. Bahagia yang sepihak

104 12 14
                                    

Hari ini adalah pertama kalinya aku menjadi seorang istri. Walaupun hanya sepihak namun aku merasa pernikahan kemarin adalah hal yang nyata.

Semua yang datang adalah bukti nyata akan pernikahan ini. Yang tidak ada hanyalah perasaan cinta dalam pernikahan ini.

Pagi itu aku terbangun jam 7 pagi, seekor kucing lucu menghampiriku di ranjang. Kucing yang sangat manis mendekatiku, serentak membuatku terbangun dan terkagum-kagum.

Manis sekali kucing ini, berwarna putih dan mata yang indah. Aku mengelus-elus nya dengan bahagia, karena tiba-tiba saja dia menghampiriku.

Tidak lama kemudian seorang wanita paruh baya menghampiriku. Namanya mbok rasmi, dia adalah asisten rumah tangga di rumah ini, ada satu lagi yang membantunya yaitu mba siti. Mereka berdua adalah asisten kepercayaan ibunya dika.

Mbok rasmi menghampiriku sambil membawakan teh hangat.

"Selamat pagi bu, selamat datang" ucap mbok rasmi dengan nada jawa nya yang kental.

"Pagi mbok" jawabku sambil tersenyum

"Naura emang suka sekali masuk-masuk ke kamar orang sembarangan bu, maafin ya" ucapnya seketika membuatku kaget dan teringat sesuatu.

Naura ??

"Naura siapa mbok?" Tanyaku penasaran

"Ya ini naura, kucing kesayangannya pak dika" ucap si mbok sambil mengambil naura dari pelukanku.

"Si mbok mau kasih makan naura dulu ya, ibu kalo mau sarapan saya sudah siapkan di meja makan" ucapnya dan kemudian pergi

Jadi selama ini naura yang tinggal bersama dika adalah naura kucing. Aku hanya tertawa kesal, mengapa aku bisa sebodoh itu mengira dika tinggal bareng dengan seorang perempuan.

Bahkan aku sudah tidak percaya lagi padanya. Aku menyalahkan diriku sendiri dan mulai kesal pada diriku. Semoga dika tidak tau apa yang selama ini aku pikirkan, gumanku.

Setelah mandi dan merapihkan kamarku, aku menuju meja makan untuk sarapan. Rumah ini masih asing untukku.

Si mbok menjelaskan tentang isi rumah ini, perannya di rumah ini adalah menyiapkan makan, mengurus naura, membersihkan kamar dan mencuci. Tugas mbak siti adalah membantu tugas mbok rasmi, katanya sih mbak siti adalah anaknya mbok rasmi. Jadi ibu mertuaku kasiahan pada si mbok akhirnya mempekerjakan mereka berdua.

Ibu mertuaku sekarang adalah orang kaya, buktinya dia ngga pikir panjang untuk mempekerjakan dua orang sekaligus. Jika dirumahku, ibuku yang mengerjakan semua pekerjaan rumah.

Seketika membuatku sedikit minder, bahkan aku tidak punya tittle apa-apa. Kaya aja engga? Berpangkat apalagi, sama sekali engga. Untuk berdampingan dengan dika sedikit membuatku tidak percaya diri. Terlebih dika adalah laki-laki yang tampan.

Aku duduk di meja makan sambil menyantap sarapanku. Untuk beberapa bulan kedepan aku akan tinggal disini, dan pekerjaanku akan terasa jauh jika tinggal disini.

Sesekali aku juga harus mampir ke kosan untuk sedikit membersihkan agar tidak terlalu kotor.

Setelah usai sarapan, aku jalan-jalan sekitar rumah. Rumah yang indah, rumah yang cantik, aku sangat suka sekali rumah ini. Kenapa aku bisa langsung suka rumah ini. Tidak tidak.. aku tidak boleh terlalu nyaman, karena ini hanya sementara, setelah ibu mertuaku ke singapur untuk berobat, maka aku harus angkat kaki dari sini.

Pandanganku terhenti ketika melihat sebuah foto di atas meja dekat jendela samping rumah. Foto itu adalah foto dika bersama seorang perempuan, perempuan itu cantik, namun kenapa rasanya hatiku tidak bahagia melihat foto ini ya.

Sudahlah, lagian bukan urusanku juga. Akhirnya ku letakan lagi di tempat semula. Kemudian dika keluar dari kamarnya. Penampakannya saat bangun tidur sangatlah keren menurutku.

Mengapa semakin dewasa dia semakin terlihat keren ? Mataku tidak berkedip, aliran darahku seketika terhenti. Kemudian angin kencang yang masuk dari sudut jendela menyadarkanku. Jangan gila deh ka, gumanku kesal.

"Udah sarapan?" Tanyanya padaku yang masih bengong di hadapannya.

"Mmm  udah, udah ko" ucapku sedikit gagu karna terkejut

"Oke" ucapnya yang kemudian duduk di meja makan.

"Harusnya hari ini pertemuan keluarga, tapi gue sibuk harus ke rumah sakit. Jadi ngga usah dateng" ucapnya

"Ohh iya gapapa ko, aku juga sibuk. Hari ini mau ke toko" ucapku, padahal sama sekali tidak sibuk dan aku ingin libur ke toko. Sial..

"Bagus deh, anggep aja rumah sendiri. Tapi jangan sampe ngerusak barang-barang yang ada" ucapnya

"Ya engga lah, buat apa juga dirusak."ucapku

"Bagus lah" jawabnya

"Itu.. foto yang disana itu siapa?" Tanyaku dengan suara terbata-bata

Kemudian dika mengarah pada foto yang kutunjukan. Dia terdiam, lalu melanjutkan makan.

"Okkee, gapapa ko kalo gamau jawab" ucapku.

"Itu Naura" katanya

"Naura?" Kataku dengan terkejut

"Naura, kan kucing kamu" ucapku

"Iya, kucing gue itu namanya naura juga. Kalo yang di foto itu naura pacar gue" jelasnya

"Ohh gitu, terus naura yang asli kemana?" Tanyaku penasaran

"Dia tau ngga kalo kamu udah nikah ?" Tanyaku lagi

"Engga, dia gak tau. Dia lagi di jauh. Belum bisa datang ke indo" jawabnya

"Dia lagi di luar negri gitu ?" Tanyaku lagi

"Iya dia lagi di prancis, sekolah dokter" jawabnya

"Ohh dokter" ucapku seketika mengakhiri perbincangan ini.

Obrolan pagi ini sudah cukup menjadikan pagar benteng untuk harapanku pada dika. Terlebih untuk hubungan kami yang tidak akan bisa berlanjut sampai kapanku.

Sudah jelas, dari tatapan dika saat membicarakan naura adalah tatapan yang sangat tulus, tatapan itu tidak pernah diberikan padaku. Terlebih naura cantik, dan dia adalah seorang dokter yang sama profesi nya dengan dika.

Sedangkan aku, jauh untuk menggapai dika.

Persahabatan dan Cinta (OnGoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang